Senin, 22 Mei 2017

Cerita Silat Lawas Sekali Karya Siau Ping TjinTjin Mirah

Baca Juga:

Seri Oey Eng Burung Kenari
Tj ji int tj ji in    Mi irah  
Karya : Siau Ping Saduran : T
Sumber DJVU : Manise
Ebook oleh : Dewi KZ
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/  http://dewikz.byethost22.com/
http://cerita-silat.co.cc/  http://ebook-dewikz.com
Lelakon Oey Eng si Burung Kenari
TJINTJIN MIRAH
Dituturkan oleh : T
ADD PUBLISHING Jakarta - 2009
TJINTJIN MIRAH
Oleh : Siao Ping Alih bahasa: T
Cetakan Pertama : Majalah Mingguan Star Weekly 1951
Cetakan Kedua : ADD Publishing - Juli 2009
Cerita Detektip berjudul Tjintjin Mirah, Lelakon Oey
Eng si Burung Kenari, merupakan cerita bersambung yang
dimuat di Majalah MingguanStar Weekly dalam 1 nomor
penerbitan.
Star Weekly no. 309, tanggal 1 Desember 1951, hal. 19,
20
-oo0dw0oo-
Pada jam 11.10 malam, park telah jadi sunyi. Melainkan
dua orang, masi tidak mau berlalu dari situ. Tapi mereka
terpisah dua puluh yards satu dari lain. Duduk di korsi besi
ada satu anak muda dengan tampang muka kucel, seperti
langit ketutupan megah mendung, matanya mengawasi air
sungai yang seperti tidak kenal katenangan, sinar matanya
pun guram. Di lain fihak ada satu nona muda dan eilok,
yang terus awasi ia.
Sudah ampat jam si nona perhatikan pemuda itu. Dia itu
bukan seperti lagi tunggui kawan, bukan sedang kagumin
sang gelumbang. Ia tidak bisa mendugah dengan pasti.
Achir-achirnya mendadak  pemuda itu berbangkit,
bertindak ka tepi sungai, ia seperti hendak lompatin loneng,
ia seperti hendak air, atau ia lantas mundur pula, dalam
kesangsian. Ia kembali ka korsinya, air matanya melele
kaluar.
"Ach, sudahlah!" kemudian ia buka mulutnya, mengelah
napas.
Ia berbangkit pula, menuju ka tepi sungai, akan sekali ini
terus terjun ke air dengan tidak bersangsi lagi, maka sakejab
saja, air yang deres telah gulung ia, bawa ia anyut.
Si nona terperanjat, tetapi zonder ayal, zonder sangsi, ia
lari ka tepi, buat terjunkan diri, akan susul pemuda itu,
bebokong siapa ia jambret begitu lekas - dengan bernang
cepat dan pandai - ia bisa susul pemuda itu. Keliatannya
dengan gampang ia bisa betot pemuda itu ka tepi, buat
diangkat naik ka darat.
Tatkala itu, itu anak muda masi belon tenggak banyak
air.
"Kenapa kau cari mati?" tanya si nona - kitapunya Nona
In Hong.
Anak muda itu mengawasin sekian lama, dengan sinar
matanya yang lemah.
"Aku musti binasa, tidak sekarang, tentu besok...," ia
menyaut, dengan lemah.
"Kerna cinta, eh?"
Pemuda itu goleng kepala.
"Kerna kamelaratan, tentu?"
Lagi sekali, pemuda itu goyang kepalanya.
"Kenapa dan?"
"Kerna satu barang kuno...."
"Apa kau maksudkan kau kailangan satu barang kuno?
Brapa harganya itu? Aku rasa aku bisa bantu kau...."
Angin dingin menyampok mereka, sampe dua-duanya
bergidik.
"Mari ikut aku, di rumahku kau bisa bicara," kata In
Hong.
Setengah jam kemudian, Ong Djiak Gie, si anak muda
yang nekat, sudah duduk di dalam kamar tetamu yang
anget dari rumahnya Miss In Hong di Hongkew Road.
Hiang Kat - kaponakannya Miss In Hong - telah keringin
ia punya pakean, dan Kat Po, sumoay dari si nona, telah
suguhkan kopi panas. Dan, sembari minum kopi, ia
tuturkan iapunya Ltsukeran!
"Aku ada satu verkoper barang kuno. Seminggu
berselang, satu bekas teman sekolahku datang padaku,
minta aku jualkan iapunya tok-pan dari jeman Keizer Kong
Boe dari Ahala Han. Ia minta hanya ampat-puluh dollar,
sedang harganya yang benar ada anem-puluh dollar. Aku
tidak punya uang, aku bawa itu tok-pan pada Thia le Hok,
sudagar barang kuno. Ie Hok brani bayar ampat-puluh lima
dollar, maka yang lima adalah bagianku. Tapi ia janjikan
tiga hari, katanya guna panggil achli akan preksa tok-pan
itu. Kutika tiga hari kemudian aku datang pada Ie Hok, ia
pulangin itu tok-pan seraya ia ancam aku akan jangan sekali
lagi bawakan ia barang palsu! Aku preksa itu tok-pan,
semua-muanya sama, tetapi ini benar ada tok-pan tiruan,
maka aku jadi kaget. Tempo aku berkeras, ia usir aku.
Tentu saja aku jadi tidak berdaya, mengadu pada polisi,
saksi tidak ada, ia ada satu sudagar ternama, mana polisi
percaya aku. Di lain fihak, aku tidak mampu ganti uangnya
sobatku. Begimana sekarang? Tidak ada lain jalan, aku jadi
nekat...."
"Apa bisa jadi Ie Hok bisa bikin barang palsu dalam
tempo tiga hari?"
"Tidak. Ia mustinya sudah sedia yang tiruan." "Sekarang
apa kau mau, kau ingin itu tok-pan kembali atau uangnya
saja?"
"Aku harap bisa bayar ampat-puluh dollar pada sobatku
itu...'-
"Sayang kita tidak punya jumblah begitu besar!" kata Kat
Po, yang polos. "Kita biasa urus jumblah besar tetapi untuk
disebar pada badan amal...."
Ampir Kat Po buka resia, baiknya Hiang Kat keburu
kedipin ia mata. Dan sukur Ong Djiak Gie tidak bercuriga.
"Aku harap siocia bertiga tidak capekan hati buat
urusanku ini," kata ia.
"Jangan berduka, Tuan Ong, kitapunya In Siocia akan
bantu kau," kata Hiang Kat.
In Hong berpikir, sampe ia kata, "Tuan Ong, lagi sepuluh
hari, kau bawa tok-pan palsu itu ka mari, buat trima
uangnya ampat-puluh lima dollar. Di mana Thia Ie Hok
tinggal?"
Djiak Gie kasi tau alamatnya Ie Hok, tapi ia awasin
nona kita.
"Percaya aku, tapi ande-kata kita salah janji, kau masi
punya tempo akan terjun ka sungai!" In Hong bilang.
Atas itu, Djiak Gie manggut, kemudian ia pamit pulang.
*********
D i dalam kamar tetamu dari gedongnya yang besar dan
indah, sudagar besar Thia IeHok menyambut tetamunya,
Miss In Hong, yang dandan dengan saderhana, tetapi
kaeilokannya tidak jadi sirna.
Di tangannya si nona ini ada satu bungkusan kertas. Ie
Hok ketarik atas orang punya kecantikan.
"Aku girang atas kunjungankau, nona. Apa aku bisa
berbuat untuk kau?"
"Aku dengar tuan ada sudagar barang kuno, aku hendak
jual akupunya gambar lukisannya Tong Pek Houw dari
Ahala Tong. Sabenarnya aku merasa berat akan keluarkan
ini...."
Miss In Hong bicara dengan sikep likat kerna jengah.
"Tulung kasi aku tengok dulu gambar itu, nona."
In Hong beber gambarnya di atas meja, tapi Ie Hok
bukan awasin gambar itu hanya orang punya cincin mirah
di jeriji manis, ia terperanjat tempo si nona minta ia preksa
gambar itu.
"Kenapa kau hendak jual ini gambar, nona?"
"Aku perlu uang, tuan...."
"Tapi ini ada gambar tiruan," kata sucjagar barang kuno
itu, satu achli.
"Apa? Tiruan? Ach, kalu begitu, gambar ini tidak
berharga sapeser buta...."
"Aku tidak pedayakan kau nona. Gambarnya Tong Pek
Houw memang banyak, tidak kurang juga yang palsu. Kau
perlu uang, kenapa kau tidak jual saja kaupunya cincin?"
"Cincin?" dan In Hong mengelah napas. "Ini cincin ada
tetinggalan ibuku almarhum, mirah ini palsu dan ibu dulu
beli di depan greja Seng Hong dengan harga yang murah
sekali. Aku tidak niat jual ini cincin, ka-satu ia ada tanda
mata dari ibu, ka-dua harganya tidak ada...."
In Hong unjuk roman sedi, dengan sapu-tangan ia susut
matanya.
Tapi Ie Hok terus pandang cincin itu, sampe In Hong
gulung gambarnya.
"Ma'af, tuan, aku telah ganggu kau. Sampe ketemu
pula!"
"Tunggu dulu, nona!" Ie Hok menyegah, selagi orang
putar tubuh. "Bisa jadi aku kliru liat, maka mautah besok
lohor jam tiga kau datang pula, aku nanti undang achli akan
preksa gambarmu ini?"
"Baik, tuan, besok aku akan datang pula. Trima kasi!"
Kapan In Hong sampe di rumah, Kat Po sambut ia
dengan, "Apa kabar? Berhasil?"
"Ie Hok benar achli, ia lantas liat kepalsuannya gambar
kita. Tapi ia ketarik sama cincinku ini."
"Dan?"
"Aku ingin ajar adat, agar lain kali ia tidak tipu orang
pula."
"Begimana kau hendak berbuat?"
"Besok kau boleh ikut aku, asal kau tutup mulut!"
"Baik!"
Dan besoknya, In Hong bersama Kat Po, telah kombali
ka gedongnya Ie Hok di mana sudah berkumpul tiga orang
lain, katanya achli-achli gambar kuno.
Mereka ini sudah lantas goyang-goyang kepala kapan si
nona telah beber gambarnya di atas meja.
"Sayang, Miss In Hong, tiga sobatku pun liat gambar ini
bukan yang tulen," kata Ie Hok dengan menyesal.
"Ya, aku pun tidak sangkah," saut In Hong seraya
berbangkit, romannya masgul. Ia hendak pamitan.
Kat Po tidak puas, hingga matanya mengincar ka
sakitarnya. Ia ingin samber salah satu barang kuno, yang
berada di meja dan di tembok, untuk gantikan tok-pannya
Djiak Gie. Tapi In Hong lirik ia.
"Tapi, nona, duduklah dulu," Ie Hok mengundang. Ia
berlaku sangat manis-budi. "Biar jual beli batal kita bisa
duduk bicara...."
In Hong duduk dengan roman terpaksa, Kat Po telad ia.
"Kalu kau perlu uang, nona, ande-kata kau mufakat, aku
bersedia akan beli cincin kau," kata tuan rumah.
"Kau penuju cincinku ini, Tuan Thia?" In Hong tegesin.
"Brapa, kau taksir?"
"Ampat-puluh dollar!" saut Ie Hok dengan cepat.
Kalu tadi ia nampaknya heran, sekarang In Hong
tertawa.
"Lima-puluh, nona, harga paling tinggi aku bisa brikan!"
Ie Hok naekin sendiri. *
"Kalu bukannya yang palsu, cincin ini barangkali
berharga delapan-puluh dollar," kata In Hong. "Sayang aku
bukannya orang dagang... Tapi ini ada mirah tiruan, harap
tuan tidak main-main sama aku..."
"Tidak, nona, aku tidak main-main! Aku mau beli cincin
kau buat lima-puluh dollar."
"Apa bisa jadi mirah palsu ini ada resianya?" In Hong
tanya, agaknya ia heran.
"Resianya sih tidak ada, aku hanya suka saja. Jangan siasiakan kans, nona!" Ie Hok membujuk.
"Tidak, tuan, aku tidak mau jual...."
"Kenapa sih kau tidak hendak jual, nona?"
"Seperti aku sudah bilang, ini ada tanda mata ibuku...."
Lagi-lagi In Hong tepes matanya.
"Toch kau bisa dapati lain barang, upama potret
ibumu...?" kata Ie Hok pula.
"Maski begitu, tuan, begimana bisa, barang palsu dijual
mahal-mahal?" kata si nona. "Aku tidak brani jual barang
palsu sebagi barang tulen!"
Kat Po kutik sucie itu, supaya itu cincin dijual, tapi In
Hong kasi tanda supaya sumoay ini diam.
"Nona, apa aku boleh liat-liat cincinmu itu?" achirnya Ie
Hok minta.
"Tentu, Tuan Thia."
Dan In Hong letakin tangannya di atas meja, ia tidak
lolosin cincinnya itu.
Ie Hok ambil kaca, akan preksa batu itu, ia merasa
bahwa ia tidak salah liat. Iapunya tiga kawan, yang diminta
bantuannya, juga melihat mirah tulen.
"Ada apanya yang luar biasa pada cincinku ini?" tanya In
Hong seraya tarik pulang tanganya.
"Luar biasa atau tidak, aku ingin beli cincin kau ini,
nona," Ie Hok mendesak.
"Toch aku sudah terangkan, mirah ini ada tiruan, Tuan
Thia!" In Hong pastikan. "Wet pun melarang buat jual
tiruan sebagi yang tulen. Apa kau hendak paksa aku langgar
undang-undang?"
"Jangan memikir sampe di situ, Miss In. Aku yang
hendak beli, cara begimana kau bisa dibilang melanggar
wet?"
"Jadi benar-benar tuan mau beli mirah palsu ini?"
achirnya In Hong tegaskan.
"Benar, aku hendak beli cincin ini, cincin palsu seperti
kau katakan!" Ie Hok pun tetapkan.
"Kalu begitu, baiklah," In Hong achirnya menyerah.
"Tuan-tuan, bersama adeku ini, tulung kauorang menjadi
saksi. Cincin palsu ini Tuan Thia mau beli dengan sukanya
sendiri, buat harga lima-puluh dollar kontan, dan apa juga
jadinya kemudian, ia tidak boleh menyesal...."
"Pasti tidak!" Ie Hok berikan janjinya.
In Hong lantas loloskan cincinnya itu, selagi ia berbuat
demikian, Ie Hok letaki uang di atas meja, maka begitu
cincin diserahkan, uangnya lantas diterima. Si nona sendiri
yang buka cincinnya.
"Trima kasih, Tuan Thia. Tuan-tuan, sarnpe ketemu
pula!" Sambil kata begitu, dengan bawa uangnya, In Hong
berlalu bersama Kat Po.
Baru saja mereka sampe di luar, selagi mereka mau naeki
sam-loen-tjia, keliatan Ie Hok dan tiga sobatnya lari keluar
dengan terbirit-birit, mukanya tuan rumah ada pucat,
sikapnya gugup bukan main.
"Miss In, tunggu, tunggu!" demikian ia bertreak-treak
memanggil.
"Ada apa, Tuan Thia?" In Hong tanya, dengan unjuk
roman heran.
"Miss In, cincinmu ini ada mirah palsu, ia tidak berharga
lima-puluh dollar...," kata Ie Hok, suaranya tidak lampias.
"Eh, kau aneh, Tuan Thia!" nona kita bilang. "Siapa
bilang mirah itu tulen? Berulang-ulang aku sudah tegaskan
mirah itu ada tiruan...."
"Kutika aku preksa, itu ada mirah tulen," Ie Hok kata.
"Begitu? Inilah aneh. Katiga tuan ini toch menyaksikan
bahwa mirah ini ada palsu. Tidakkah begitu, tuan-tuan?"
Tiga achli itu melongoh, bergantian ia awasin si nona
dan tuan rumah.
Ie Hok bengong, tangannya masi pegangin itu cincin
mirah. "Nah, sampe ketemu, tuan-tuan!"
Dan In Hong bersama Kat Po linyap dengan sam-loentjia.
Kutika mereka sampe di rumah, Kat Po lampiaskan
kaheranannya.
"In Hong, aku tidak mengarti lelakon kau ini?" ia tanya.
"Saderhana saja, adeku!" saut In Hong dengan sabar.
Dari sakunya, ia keluarkan satu cincin mirah. Ini ada cincin
yang tulen, yang tadi aku pake di jariku. Selagi tadi aku
loloskan ini, yang palsu aku telah sediakan di tanganku.
Bukankah aku ada pegang saputangan, buat menepes air
mata? Mereka tentu tidak bisa liat gerakan tanganku. Tapi
dasarnya achli, mereka bisa lantas ketahui kepalsuannya
cincin itu. Tapi kita sudah bikin perjanjian pasti, apa Ie Hok
bisa bikin? Ia suka menipu, ia boleh trima bagiannya!" Kat
Po tercengang, achirnya ia bersenyum.
*********
Sepuluh hari kemudian, waktu mendusin pagi, Ie Hok
berdiri bengong di depan meja di dalam kamarnya. Di atas
meja itu ada iapunya tok-pan palsu, yang ia serahkan pada
Djiak Gie. Dilacinya, linyap iapunya cincin mirah palsu,
yang ia beli buat lima-puluh dollar dari Miss In Hong. Dan
iapunya tok-pan tulen, terbang entah ka mana, kerna tokpan itu tidak ada di lain meja di dalam kamarnya itu.
Kemudian, dari dalam tok-pan palsu itu, ia dapetin
salembar kertas dengan ini tulisan ringkes,
"Uangmu lima-puluh dollar bukan harganya cincin
mirah palsu, hanya ada harganya tok-pan tulen dari Ong
Djiak Gie, tapi juga itu tok-pan, bukannya hakmu, hanya
ini kaupunya, yang tiruan."
Di bawah itu surat ada lukisan kecil seekor burung
kenari. Mukanya Ie Hong menjadi pucat, ia keluarkan
keringat dingin. "Oh, Oey Eng, Oey Eng!" ia berseruh
dengan terguguh.
TAMAT

Rabu, 17 Mei 2017

CERSIL ANEH DEWASA KUDA KUDAAN

CERSIL ANEH DEWASA KUDA KUDAAN
BACA JUGA:
-Seri Oey Eng Burung Kenari
Kuda- -kudaan    Kumal la 
Karya : Siau Ping Saduran : T
Sumber DJVU : Manise
Ebook oleh : Dewi KZ
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/  http://dewikz.byethost22.com/
http://cerita-silat.co.cc/  http://ebook-dewikz.com
Cetakan Pertama : Majalah Mingguan Star Weekly 1951
Cetakan Kedua : ADD Publishing - Juli 2009
Cerita Detektip berjudul Kuda-Kuda'an Kumala,
Lelakon Oey Eng si Burung Kenari, merupakan cerita
bersambung yang dimuat di Majalah Mingguan Star
Weekly dalam 1 nomor penerbitan.
Star weekly no. 305, 3 Nopember 1951. hal 17, 18
Oudara Tjie Wie, untuk tipu-dayaku, aku butuhkan
bantuan kau. Aku ingin dapat pinjam pake kaupunya huicui-ma, itu kuda-kuda'an kumala ijo, yang harganya tinggi
ta'dapat ditaksir...," demikian katanya Detective To Tjie An
dari kota Shanghai, pada hartawan Liok Tjie Wie, dalam ia
ini punya kamar tetamu yang indah.
"Kenapa mesti capekan hati, sudaraku?" Tjie Wie tanya.
"Buat kau toch ada gampang sekali akan bekuk sesuatu
orang jahat?"
Hartawan ini nampaknya ada tida mengarti.
"Sebab dia ada beda daripada penjahat yang kebanyakan!
Ande-kata sekarang ia berada di kantor polisi, dengan tak
ada bukti, aku tidak mampu cekuk padanya, tida sekalipun
salembar rambutnya! Aku perlu kumala kau, supaya bukti
dan orang aku bisa ringkus berbareng!"
"Siapa sih dia itu?" Tjie Wie tegaskan.
"Miss In Hong!"
"Miss In Hong? Miss In Hong yang mana?"
"Oey Eng, si Burung Kenari!"
"Ach...! Kau sebenarnya mau tangkap In Hong atau Oey
Eng?"
"Aku hendak bekuk Oey Eng tetapi ia selalu muncul di
depanku selaku In Hong, inilah sukarnya! In Hong ialah
Oey Eng, Oey Eng ada In Hong, tetapi...."
"Oey Eng? Apa bukannya lie-hui-cat, si bandiet
perempuan yang bijaksana, yang gemar mengamal dan
mendermah?"
"Benar dia!"
"Kalu begitu, dengan pinjamin kumalaku pada kau,
sama saja aku mendermah pada Oey Eng...," kata Tjie Wie
achirnya. Ia memang tau siapa dianya si Burung Kenari, si
Nona Baju Kuning.
"Kau jangan takut, sudaraku," Tjie An membujuk. "Aku
nanti pasang puluhan orangku yang pande dan gaga buat
lindungin kumalamu itu, aku hanya ingin Oey Eng masuk
dalam jebakan!"
"Ande-kata kumalaku itu terbang juga...?" Tjie Wie
bersangsi.
"Aku akan kerahkan polisi, buat dapati pulang! Aku
perlu itu kumala cuma buat tuju hari, di hari ka-delapan,
pagi-pagi, aku akan anterkan pulang dengan tidak kurang
suatu apa. Aku akan pertarokan jiwaku, sobat...!"
Achir-achirnya, Detective To bisa dapati hui-cui-ma
itu....
To Tjie An telah pinjam ruangan dansa dari Wen Yi
Club di antara dua straat Rue Lafayette dan Avenue Petain
untuk mengadakan tentoonstelling dari kuda-kuda'an
kumala yang mahal. Ia telah pasang banyak orang polisi
akan jaga gedong itu di luar dan dalam.
Ruangan itu bisa muat bebrapa ratus orang. Kumala
ditaro di tengah-tengah, di atas meja yang terkurung dengan
lankan kuningan, di ampat penjurunya ada divan dan korsikorsi, untuk tetamu atau penonton duduk beristirahat.
Ia sendiri, bersama A Poan, pembantunya yang gemuk,
yang ia percaya betul, berdiam di satu kamar dari mana
marika bisa mengintip ka dancing hall dengan laen orang
tidak bisa liat mereka.
Gedong itu sendiri berada di pusatnya suatu taman,
terpisah dari tetangga paling dekat masi ada 4-5 tumbak
jauhnya. Dalam surat-surat kabar ada dimuat tentang ini
tentoonstelling, yang maksudnya yag benar adalah
undangan buat si Burung Kenari.
Di hari pertama, mulai jam 9.00 pagi, tetamu telah
masuk beruntun dan bergantian. Mereka ada dandan rapi
dan indah, harga karcis yang tinggi membuktikan mereka
ada dari kaum atas, yang paling miskin adalah bangsa achli.
Tjie An dan orang-orangnya yang tidak pake seragam,
senantiasa ada pasang mata.
Pada jam 2.00 lohor muncul dua pemuda potongan
buaya darat, tetapi pakeannya indah dan dari bahan mahal,
mereka cendorongkan diri di lankan, menyaksikan sampe
lama, seperti yang tidak bosen. Kemudian orang tua dengan
pakean dekil dan banyak tutusannya, yang juga agaknya
ada sangat ketarik hati sama kumala itu. Tentu saja, mereka
tida bisa lolos dari pengawasan polisi.
Kemudian lagi tertampak tiga nona yang cantik dengan
pakeannya yang indah, satu antaranya ada elok luar biasa,
hingga semua penonton jadi menoleh dan mengawasin.
Buat si mata keranjang, dengan meliat tiga si manis ini,
harga karcis yang mahal telah tida jadi mahal lagi....
Mereka ini dekatin lankan, atas mana dua pemuda dan si
orang tua berpakean dekil lekas-lekas membagi tempat,
hingga mereka bisa datang dekat dan bisa meliat kumala
dengan leluasa.
Dari kamarnya, Detective To kenalin Miss In Hong alias
Oey Eng serta ia ini punya sumoay Kat Po dan keponakan
perempuan Hiang Kat.
"Kau liat, A Poan! Dugahanku tida meleset, di hari
pertama In Hong telah datangmenonton, dengan ajak dua
kawan...."
Tjie An bicara dengan girang dan bangga, hatinya puas.
Justeru itu di luar lankan terdengar suara brisik, kapan A
Poan mengintip, ia liat si orang tua dan dua buaya sedang
berklai, dengan seruh.
"Pasti mereka ada konconya In Hong dan mereka
hendak buyarkan perhatiannya polisi," kata Tjie An.
"Bisa jadi. Tapi, mana ia bisa turun tangan...?"
"Tapi liat itu anem babi tolol!" kata Tjie An.
Benar, anem agen telah pisahkan tiga orang itu, hingga
perklaian jadi sirep. Tapi tiga orang itu tetap belon mau
berlalu.
"Sebenarnya kumala ini mau dibawa pulang atau tiada?"
Kat Po bersuit. Itulah ada omongan resia mereka. "Ketika
barusan mereka berklai, aku sudah mau turun tangan...."
"Jangan sembrono," In Hong bersuit, dengan
cegahannya.
"Aku ingin nyerbuh berbareng sama Hiang Kat aku nanti
gempur itu anem agen dan sigra lompat ka jendela. Apa
mereka bisa bikin?"
"Ingat pada penjagaan yang  kuat sekali," In Hong
peringati. Mereka tetap berbicara dengan bersuit. "Aku mau
tunggu sampe malam."
"Nah, sabentar malam saja kita kombali!" Kat Po bersuit
pula.
"Kauorang pulang duluan, aku mau menilikin
sabentaran lagi," In Hong pun bersuit.
Kat Po ajak kawannya pergi, di blakang mereka
kemudian menyusul si dua anak muda dan si orang tua
dengan pakean dekil. In Hongsebaliknya duduk di divan
dan ia keluarkan pena dan notes, akan mencurat-coret.
Tjie An terus pasang mata. Ia ingin ketahui orang tulis
apa tetapi ia tida bisa dekatin nona itu. Maka achirnya, "A
Poan, pergi suru satu agen yang menyamar dekatin Hong,"
ia prentah.
A Poan berlalu, akan lakukan itu prentah. Maka sabentar
kemudian, satu agen menghampirkan In Hong, akan duduk
di samping ini nona, dengan matanya saban-saban melirik
orang punya buku notes.
Seperti orang tida engah atau tak perdulian, In Hong
terus kasi kerja penanya. Ia melukis hui-cui-ma, ia gusek, ia
menulis lagi, gusek pula, demikian bebrapa kali, maski ia
bisa melukis dengan bagus. Ia bikin agen di sampingnya
jadi tida sabaran. Achirnya ia melukis satu divan, di atas itu
ada lukisan ia sendiri sedang menulis, di samping ia, sambil
ulur leher, ada seekor anjing polisi sedang melongok
lukisannya!
Kapan ia tampak itu sindiran, si agen gusar bukan maen,
tapi ia cuma bisa berlalu dengan mendongkol. Ia pergi buat
kasi lapor per telepon pada Tjie An.
"Ia benar pintar dan brani," A Poan puji nona itu. "Apa
ia bakal kena dijebak?"
"Aku merasa pasti!" saut Tjie An, yang toch kertek gigi,
saking mendelu;
Kira jam 6, penonton mulai surut, dan pada jam 8,
semua pintu lantas ditutup. Semua penonton pulang. Polisi
sendiri, kecuali yang jaga di luar, semua naek ka loteng,
buat dahar dan beristirahat. Tapi malamnya, Tjie An siap.
"Sabentar ia bakal datang," ia kasi tau. "Kasi ia masuk,
jangan kasi ia keluar! Kita musti bekuk ia orang dan
barang!"
A Poan dapat kewajiban menjaga api, saluran ruangan
digelapi, kebetulan sekali, malam itu tidak ada rembulan
dan bintang pun jarang.
Sunyi belon lama, di tembok keliatan orang berlari-lari,
pakeannya item. Ia linyap sabentaran, lantas ia muncul
pula. Ia loncat turun ka taman, terus menuju ka jendela ka
mana ia naek dengan gunai bandringan. Ia bisa masuk ka
dancing hall dengan merdika, sebab kendati polisi liat ia, ia
diantep saja. Ia bertindak ka lankan, ia lompatin itu, ulur
tangannya da kumala berada di tangannya.
Di saat ia putar tubuh, buat berlalu, mendadakan api
semua jadi terang dan di sekitar ia, agen-agen polisi todong
ia dengan revolver. Ia dandan serbah item, mukanya
ditutupi topeng, sampe tangannya ada pake sarung tangan
item. Ia manda kedua tangannya dipegang keras oleh dua
agen.
Tjie An menghampirkan, buat pasang borgolan.
"Miss In, aku tidak nyana ini malam kitaorang bisa
bertemu secara begini!" kata itu detective sambil tertawa.
"Kau sedang malam atau kepandeanmu kurang sampurna?"
Orang serbah item itu diam saja.
Kerna orang membungkem, Tjie An menyamber sama
tangannya, topeng terlepas dan... ia berhadepan sama satu
muka lelaki yang kisutan!
"Hei, siapa kau?" detective ini berseru dengan
pertanyaannya.
Masi saja si serbah item itu diam saja.
"Tuan, dialah si orang tua dengan pakean rombeng yang
tadi siang berklai di sini sama itu dua pemuda luntanglantung!" berseruh satu agen.
"Apakah kau ada orangnya In Hong?" tanya Detective
To dengan lesuh.
"In Hong siapa? Aku tida kenal In Hong!" achirnya kata
orang tangkapan itu.
"Lie-hui-cat Oey Eng, si Nona Bpju Kuning!" Tjie An
jelaskan.
"Aku baru datang dari Szechuan, aku dengar nama Oey
Eng, aku tida kenal orangnya. Aku tida punya hubungan
sama Oey Eng itu!"
Tjie An rampas pulang kumala dari tangannya bandiet
itu, dengan ati-ati ia letakin pula di tempatnya, kemudian ia
prentah bandiet itu dibawa ka kantor polisi.
"Jaga supaya orang tida ketahui kita telah bekuk dia ini.
Lekasan sedikit! Oey Eng musti datang ini malam! Lekas
pademin api!"
Prentah itu diturut dengan sigra.
Tapi malam itu orang melek dengan perasaan kuciwa,
Oey Eng tida muncul, juga tida di malam ka-dua. Malam
ka-tiga, malam ka-ampat, semua liwat dengan sepi saja.
Malam ka-lima diliwatkan dengan lesuh dan masgul. Di
malam ka-anem, pada jam 12, Tjie An dengar suara
membeletuk di meja.
"Api, lekas!" ia prentah, bahna heran, sebab selanjutnya,
ruangan tetap sunyi.
Di bawah terangnya listrik, kumala tetap di tempatnya,
hanya di atas meja ada nancep sebatang pana kecil, yang
menusuk sepotong kertas dengan tulisan begini,
"Tuan Detective, Bertrima kasi yang kau hendak
persembahkan kumala berharga padaku, adalah tida hormat
akan tampik itu, maka besok malam, jam 12 tepat, aku akan
datang buat trima itu."
Tanda tangannya ada satu lukisan seekor burung kecil.
Meliat jurusannya, pana itu masuk dari jendela barat,
tapi aneh, di situ polisi tida dapati orang datang atau pergi.
Besoknya, hari pengabisan, tetamu sudah kurang
banyak, ada jam 6, ruangan sudah kosong, kendati
demikian, Tjie An malah perkeras penjagaan dan A Poan
dipesan wanti-wanti menjaga api.
"Malam ini ada malaman pertarungan yang
memutuskan!" ia kasi tau.
Lekas sekali, lonceng telah unjuk jam 7.55. Lagi 5 menit,
lantas sampe jam 8.00. itu waktu, tentooonstelling akan
sudah ditutup, semua pintu dan jendela akan dirapeti dan
dikunci. Hingga orang akan tinggal tunggui datangnya si
Burung Kenari....
Mundar-mandir di muka lankan, Tjie An senantiasa
awasi lonceng di tembok.
Adalah di sa'at itu, di pintu muncul satu nona, yang eilok
luar biasa, bajunya kemeja kuning, celananya celana jas
panjang warna kuning juga. Tubuhnya langsing, siapa
pandang ia, tentu musti terus mengawasin!
"Tuan Detective, kau juga menyaksikan kumala?" In
Hong menegor sambil mesem manis, dengan tindakan
tenang, ia mendeketin lankan.
"Eh, Miss In, kau datang sekarang?" detective itu balik
menegor. Ia tidak menyangkah. j
"Jam penutupan 'kan jam 8.00? Sekarang masi ada
tempo bebrapa menit, apa aku boleh turut menyaksikan?"
tanya si nona.
"Ya, masi ada bebrapa menit...," Tjie An jawab dengan
mata dipasang awas.
"Aku percaya Oey Eng bakal menang, Tuan Detective!
Apakah kau ijinkan aku berdiam di sini, akan menonton
kepandeannya si Baju Kuning itu?"
"Dengan kau berdiam di sini, Oey Eng tentu lebih
bergumbirah. Baek, aku mengasi perkenan," Tjie An
meluluskan.
"Kau baek sekali, tuan, trima kasi. Aku girang sekali.
Tapi aku hendak terangkan pada kau, upama kata Oey Eng
berhasil mencuri kumala, ia tida ada sangkutannya sama
aku!"
"Kita nanti liat saja, Miss In, bukti barang ada di tangan
siapa!" detective itu jawab. "Aku tau, kau pun pande, tidak
kalah daripada Oey Eng, siapa tau kalu-kalu kau pun gatel
tangan?"
"Trima kasi buat pujian kau! Di antara Oey Eng dan aku,
bedahnya ada seperti langit dengan bumi. ..I"
Marika saling awasin, si nona bersenyum manis.
"Duduk saja kurang gumbirah, Tuan Detective, apa kau
suka titahkan orang seduh kopi?" kata In Hong kemudian.
"Tentu, Miss In!"
Lantas berdua marika duduk berhadepan di depan meja
di luar lankan, sambil irup kopi, marika pasang omong
pintu telah dikunci, jendela telah dijaga keras, laen marika,
yang jagai kuda-kuda'an kumala ijo.
Suara lonceng, sabelas kali, memecahkan kasunyian.
Tida ada hamba wet yang menyangkah bahwa In Hong
brani turun tangan di depan begitu banyak orang polisi,
selagi api terang benderang seperti siang, melaenkan Tjie
An sendiri, yang terbenam dalam kesangsian, kerna ia tau
orang punya kebranian dan kegagahan. Diam-diam A Poan
dipesan akan sigra tembak siapa saja yang brani ganggu
pesawat penyalah api!
Tjie An bersenyum waktu ia dapat pulang kapercayaan
atas dirinya.
"Tuan Detective, apa kau bersenyum kerna percaya Oey
Eng tida bakalan mampu lolos dari sini?" In Hong tanya.
"Ia bisa keluar dengan borgolan pada kedua tangannya!"
Tjie An jawab.
"Aku percaya, begitu merdika ia di waktu masuknya,
begitu merdika juga ia di waktu berlalunya...," si nona kata
sambil tertawa, sikepnya suajarnya sekali.
Lonceng sekarang mengunjuk pada angka 11.58! Lagi
dua menit saja!
"Tuan To, Oey Eng akan sigra datang, kau ati-atilah!" In
Hong peringeti. Ia geraki kaki dan tubuhnya, ia nyender di
korsinya.
Tjie An tertawa.
"Aku telah menjaga keras, api jni malam tida nanti bisa
dipademkan!" kata ia. "Sekali ini, Oey Eng musti
menyerah...." Jarum lonceng pindah menjadi 11.59! "Oey
Eng, Oey Eng, apa kau brani turun tangan?"
Sambil kata begitu, Tjie An awaskan In Hong secara
menantang. Tapi si nona tetap bersenyum, romannya
anteng luar biasa.
Lonceng lantas saja berbunyi: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
11 ... 12! Dan berbareng sama berkleneng dua-belas itu, api
padem semua dengan tiba-tiba,ruangan jadi gelap luar
biasa, sebab justru barusan cahya ada terang istimewa!
Tjie An semua jadi kaget, sakejab itu, marika terguguh,
tetapi lekas juga, lampu-lampu battery dikasi menyalah,
menuju ka meja di dalam lankan....
Kumala telah linyap!
Kutika In Hong disuluhkan, ia duduk tetap di korsinya,
seyumannya menyungging mukanya yang putih, alus dan
eilok-manis!
Di sa'at itu, dari luar, di wuwungan rumah tetangga
sebelah barat, datang suara, "To Tjie An, kumala sudah jato
ka dalam tanganku! Siapa berkepandean, mari, aku
tunggu!"
Belasan senter menuju ka wuwungan rumah itu, di sana
berklebat satu bayangan kuning, sebelah tangannya
menyekel satu buntelan!
Baru saja Tjie An mau prentah menembak, atau
kupingnya dengar, "Ati-ati, tuan, kau nanti tembak kumala
berharga itu!"
Itulah ada suaranya In Hong, tawar dan mengejek.
"Jangan menembak! Hayo ikut aku!" Tjie An lalu
bertreak. "Kurung itu rumah!"
Tjie An lantes lari ka pintu, yang dipentang dengan sigra,
bersama orang-orangnya, ia memburuh keluar.
In Hong ditinggal sendirian, melirik ka sekitarnya, ia liat
tidak ada laen orang. Dengan satu lompatan, ia melesat ka
depan jendela, yang madepi jalanan kecil yang sunyi. Di
situ ada tiang listrik, nangkel di tiang itu, ada nona Hiang
Kat, yang nyamar jadi tukang listrik. Ialah yang putuskan
kabel, membikin gedong jadi gelap seluruhnya.
In Hong sambitin satu buntelan pada kawannya itu, yang
terus mengilang setelah sanggapi buntelan itu. Ia sendiri
lekas kombali ke korsinya, akan duduk menyender seperti
tadi. Ia puas meliat Hiang Kat, terutama Kat Po, sudah
kerja dengan sampurna.
Tjie An berameh balik denganlekas, sebab Oey Eng tida
ketan gkap.
Kapan marika sampe di dancing hall, In Hong lagi
duduk nyerande sambil bersenyum.
TAMAT

Cerita Silat Terbaik Indonesia Iblis Ular Hijau Karya Aryani W

Cerita Silat Terbaik Indonesia Iblis Ular Hijau Karya Aryani W
Baca Juga:


TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
I Ibli is    Ular    Hi ijau  
Karya : Aryani W
Ebook oleh : Dewi KZ
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/& http://dewi-kz.info/
http://cerita-silat.co.cc/& http://kang-zusi.info/
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Iblis Ular Hijau
Iblis  Hijau  merasuk  sukma  Meminjam  tubuh  tuk
dirinya
Merajalela  menyebar  bencana  Dalam  kehidupan
manusia !
Wesi  Aji  (besi  bertuah)  sangat  berarti  Jadi  pusaka
penjaga diri !
Orang bijak berhati-hati Meneliti apa isi Wesi Aji!
Lereng Malabar, medio Jan’91
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Daftar Isi :
Iblis Ular Hijau
Daftar Isi :
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bab 1
“BAGAIMANA, Eyang?”
Tak usah khawatir. Asal  Eyang datang, “anakmu pasti
sembuh  kembali.  He-he-he.”  Kakek  itu  berkata
menenangkan hari Raden Purwolumakso yang berjalan di
belakangnya.  Memasuki  kamar  di  mana  anaknya  tengah
terbaring sakit.
“Saya  percaya,  Eyang.”  kata  Raden  Purwolumakso
mengiyakan.
“Heh-heh-heh,  ada  kuasa  gelap  mengotori  kamar  ini.
Untung  kau memanggilku  datang  untuk mengusir  setansetan di  kamar ini!” Ki Dukun  Sutokriyip berkata dengan
melebarkan  matanya  memandang  ke  pembaringan  yang
tertutup kelambu  itu, “hemm, siapkan saja api pedupaan
dan  kemenyan  serta  jangan  lupa  bokor  berisi  air  serta
tiga warna bunga yaitu melati,  mawar dan kenanga, lalu
bawa  cepat  ke  kamar  ini,”  perintahnya  kepada  Raden
Purwolumakso.
“Baik,  Eyang.”  Raden  Purwolumakso  lalu  menyuruh
isterinya  untuk  memenuhi  permintaan  dukun  itu.
Isterinya mengiyakan lalu  keluar dari  dalam kamar, tidak
berapa  lama  kemudian  dia  telah  masuk  kembali  sambil
membawa barang-barang yang diperlukan.
“Hehh-heh-heh,  taruh  saja  di  tengah  kamar!  Ya,  di
situ.  Kalian  berdua  boleh  menunggui  atau  keluar  dari
kamar  ini  menunggu  di  depan!”  Sambil  berjalan  ke
tengah  kamar  di  mana  peralatan  itu  sudah  diletakkan
oleh  isteri  Raden  Purwolumakso,  menengok  pada  kedua
suami  isteri  itu  kembali  lalu  berkata  lagi,  “Kalau  kalian
berdua  tetap  di  sini,  duduklah  di  sudut  kamar  itu  dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
jangan  membuat  gaduh.  Apabila  nanti  ada  sesuatu,
harap  kalian  berdua  tetap  tenang,  jangan  menimbulkan
suara yang dapat mengganggu konsentrasiku!”
Raden  Purwolumakso  dan  isterinya  mengangguk  lalu
keduanya  berjalan  ke  sudut  kamar  yang  telah
ditunjukkan  oleh  Ki  Dukun  Sutokriyip,  duduk  berendeng
saling berpegang tangan.
Dukun  Sutokriyip lalu  duduk bersila, melolos keris dari
sarungnya,  kemudian  diletakkan  di  dekat  perapian.
Mengeluarkan  semua  peralatan  yang  dibawa  dari
rumahnya, yaitu batu akik, tengkorak manusia kecil yang
telah  berwarna  kehitaman  dan  masih  banyak  lagi
kantong-kantong  yang  entah  berisi  apa.  Menaruhnya  di
depan lalu  ia duduk  bersila menghadap ke pembaringan,
di  mana  seorang  gadis  cantik  berusia  enam  belasan
tahun  tidur  telentang  dengan  muka  yang  pucat
kehijauan. Kedua mata  anak gadis itu tertutup rapat dan
nafas-nya  tersendat-sendat,  kelihatan  sukar  sekali  untuk
bernapas.
Raden  Purwolumakso  yang  duduk  di  sudut
memandang  anaknya  yang  sedang  sakit  dengan
sepasang mata tak berkedip,  penuh dengan rasa kasihan
dan  khawatir.  Isterinya  tidak  kuasa  lagi  menahan  air
mata  yang  mengalir  keluar  dari  pelupuk  matanya,
melihat  keadaan  anaknya  yang  sedang  kesakitan  itu.
Keduanya  teringat  akan  peristiwa  yang  belum  lama  ini
terjadi  menimpa  keluarga  mereka.Matahari  telah  naik
tinggi  dan  cahayanya  telah  terasa  menyengat  di
permukaan  kulit.  Sebagian  ada  yang  memasuki  daun
jendela di  rumah-rumah dan mengusir  bau pengap yang
tidak  enak  di  pernapasan,  menggugah  orang  dari  mimpi
dan membangunkan dengan sinarnya yang menyilaukan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tidak terkecuali  dengan  tempat  tinggal  keluarga  Raden
Purwolumakso,  juga  mendapat  bagian  dari  kehangatan
sinar mentari pagi ini, semua penghuni rumah itu tampak
sudah  bangun  dan  kelihatan  sedang  mengerjakan
pekerjaan masing-masing. Raden Purwolumakso  nampak
tengah menikmati sinar matahari pagi dengan isterinya di
pendapa,  menghadap  ke  arah  matahari  yang
menyehatkan di  pagi hari itu. Ketika itu lewatlah seorang
pembantu  setengah  tua  sambil  membawa  keranjang
cucian di pelataran depan.
“Yem, Astuti apa sudah keluar dari kamarnya?”
“Belum  ndoro  kakung,  sedari  pagi,  hamba  belurn
melihat  Den  Roro  Astuti,”  jawab  Mbok  Giyem,  sesudah
bersimpuh  di  lantai  depan  kedua  suami  isteri  itu.  Lalu
lanjutnya, “Mungkin Den Roro Astuti sakit, Gusti?”
“Hemm, ya sudah.”
Mbok  Giyem  pun  lalu  berlalu  dari  tempat  itu  dan
menuju  ke  belakang  untuk  mencuci  pakaian  kotor  di
keranjang  yang  dibawanya.  Sepeninggal  Mbok  Giyem,
Raden  Purwolumakso  dan  isterinya  saling  pandang
sejenak  lalu  berdiri.  Dengan  diikuti  isterinya  Raden
Purwolumakso  ke  kamar  anaknya  yang  letaknya  dekat
dengan  ruang  makan  di  samping.  Daun  pintu  masih
tertutup  rapat.  “Tok-tok-tokk!  As…..  Astuti…..,  bangun!
Buka  pintunya,  nak!”  Ibunya  mengetuk  daun  pintu,
membangunkan  anaknya  dan  ketika  lama  belum  juga
ada  sambutan  dari  dalam  kamar  itu  iapun  lalu  kembali
mengetuk lebih  keras sambil memanggil-manggil dengan
suara yang lebih nyaring!
“Ya,  bu.  Sebentar…..  ahh….  aduhhh….!”  Tak  lama
kemudian  terdengar  suara  sandal  diseret  berat  berjalan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mendekati  daun  pintu  kamar  dan  terdengar  pula  ganjal
pintu itu dibuka dari  dalam.  Begitu Raden Purwolumakso
dan  isteri  membuka  daun  pintu,  mereka  berdua  kaget
melihat  muka  anaknya  yang  pucat  bagaikan  kehabisan
darah.  Ibunya  langsung  menubruk  ketika  melihat  Astuti
berdirinya menjadi oleng.
“As…. Astuti, ada apa nak. Apanya yang terasa sakit?”
Astuti  tidak menjawab pertanyaan ibunya karena telah
pingsan.  Raden  Purwolumakso  lalu  menolong  isterinya
mengangkat  tubuh  anaknya  ke  pembaringan  dan
menyelimutinya  dengan  selimut  yang  tebal.  Memandang
isterinya sejenak, lalu berkata.
“Bune,  aku  akan  memanggil  dukun  obat  di  sebelah
jalan perempatan desa sana!”
Tetapi  usahanya  telah  gagal  dan  akhirnya  dia
memanggil Dukun Sutokriyip dari Gunung Tugel. Seorang
dukun  yang telah berusia  agak lanjut yaitu sekitar  enam
puluhan  tahun.  Seorang  ahli  dalam  menolak  segala
macam  penyakit  dan  gangguan  dari  orang  yang  tidak
senang atau disantet!  Malah kabarnya bisa mengusir  roh
halus.  Sampai  di  sini  kenangannya  terputus  lalu  melihat
ke  arah  Dukun  Sutokriyip  yang  sedang  membaca
mantera!
Ki  Dukun  Sutokriyip  berkemak-kemik  berulang-ulang
menyuarakan  mantra  yang  tidak  jelas  terdengar  oleh
telinga.  Tangan  kirinya  berulang  kali  menaburkan
kemenyan  ke  api  pedupaan  yang  terletak  di  depannya
dan  asap  keputihanpun  mengepul  naik  dengan
bergulung-gulung  naik  memenuhi  kamar  tidur  itu.
Menyiarkan  bau  harum  kemenyan  yang  mempunyai  bau
tersendiri!  Tiba-tiba  tubuh  Ki  Dukun  bergetar,  makin
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lama  makin  keras  getarnya  dan  tangannya  bergerakgerak  tidak  menentu.  Diam  sejenak.  Lalu  mengambil
bokor  yang  berisi  bunga  serta  membawanya  ke  sisi
pembaringan  lalu  memercik-mercikkan  air  bokor  itu  ke
sekeliling  pembaringan  dan  tubuh  Astuti  yang  sedang
terbaring,  sambil  tiada  hentinya  dia  membentak-bentak!
Berjalan keliling kamar sambil menaburkan bunga-bunga,
kembali  ke  tempat  duduknya  semula  dan  meletakkan
bokor !aiu duduk diam bersamadhi.
Keadaan  menjadi  sunyi  yang  mencekam  dengan
adanya  bau  kemenyan  yang  menyengat  hidung.  Tibatiba……..
“Brakkk! Wussss…..!”
Jendela  terbuka  mendadak,  seakan  ada  tangan
raksasa  yang  tidak  nampak  mendorong  dari  luar
sehingga  membuat  jendela  terbuka  dengan
mengeluarkan  suara  keras!  Angin  dingin  menyerbu
masuk  membuat  api  kecil  di  sudut  yaitu  api penerangan
kamar  itu  bergoyang-goyang  menari  ke  kanan  kiri,
menimbulkan  bayang-bayang  aneh  dari  kepulan  asap
yang tebal di tengah ruangan!
Keadaan  dalam  kamar  pun  semakin  menggiriskan!  Ki
Dukun  Sutokriyip melolos kerisnya dari  warangkanya lalu
dibawa  ke  depan  dada,  dipegang  oleh  kedua  tangan
dengan  ujung  mengarah  ke  atas.  Mulutnya  tiada
hentinya berkemak-kemik.
Sedangkan Raden Purwolumakso  saling dekap dengan
isterinya, tubuh keduanya menggigil  serta mengeluarkan
keringat  dingin,  memandang  ke  arah  jendela  yang
terbuka.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sebuah  benda  sebesar  kelapa  bersinar  kehijauan
meluncur  masuk  melalui  jendela,  melayang  memutari
kamar dua kali lalu meluncur turun diantara pembaringan
dan dukun  itu duduk.  Ketika benda itu menyentuh lantai,
”buss….. !” lenyap, berubah menjadi asap  tipis  bergulung
naik  berwarna  kehijauan  membentuk  tirai  yang
memisahkan  si  sakit  dengan  Ki  Dukun  Sutokriyip.Melihat
ini Dukun Sutokriyip terkekeh,
”Heh-heh-heh……,  kiranya  kau  yang  mengganggu
cucuku!”  Sambil  tangan  kirinya  meraih  kepala  tengkorak
kehitaman itu dan meniup di  ubun-ubun  dan dilontarkan
ke  atas.  “Terimalah  ini!  Setan  Gundul  Cemeng  akan
menghisap  habis  dirimu!”  Kepala  tengkorak  itu  ketika
dilontarkan  ke  atas,  bukannya  jatuh  akan  tetapi  malah
melayang-layang  memutari  kamar  seakan  bernyawa  dan
memiliki sayap.
Setelah  berputaran  dua  kali  kepala  tengkorak  itu
meluncur turun menerjang ke arah tirai asap kehijauan di
depan. Kedua mata yang berlubang di  tengahnya seakan
ada api kecil  bagaikan bernyala serta mulutnya bergerak
naik-turun  siap  memakan  lawan!  Menghisap  kabut  hijau
di  tengah  ruangan!  Begitu  kepala  tengkorak  mengenai
tirai  kehijauan,  asappun  membuyar,  lalu  kembali
membungkus  tengkorak  kehitaman  dan  makin  lama
asappun  semakin  tebal,  sehingga  tengkorang  tidak
tampak.
Tiba-tiba  terdengar  jeritan  melengking  anak  kecil
memecah kesunyian dari tengah gumpalan asap, seakan
anak  yang  ketakutan  dan  tak  lama  kemudian….  terdengar  ledakan  kecil.  Asap  kehijauan  lalu  mem  bentuk
tirai  kembali  dan  tengkorak  kecil  itupun  lenyap  tidak
meninggalkan bekas!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Uuhh……  huukkk…..uhhhuukkk…..!”  Ki  Dukun
Sutokriyip terbatuk-batuk. Dadanya seakan kena hantam
tangan  raksasa  ketika  tengkorak  Setan  Gundul  Cemeng
meledak! Tenaga batin yang mendorong tengkorak dapat
bergerak, telah kalah oleh tenaga lawan sehingga tenaga
nya  membalik!  Membuatnya  terbatuk-batuk  karena
dadanya terasa nyeri.  Ki Dukun  Sutokriyip lalu  mengatur
napasnya  kembali  sambil  tangan  kirinya  menaburkan
kemenyan  ke  api,  asappun  mengepul  naik  dengan
hebatnya.  Mulutnya  kembali  berkemak-kemik,  sepasang
matanya dilebarkan memandang ke arah api lalu kerisnya
dibolang-balingkan  di  tengah  asap  di  atas  api  pedupaan
itu.
“Ha-ha-ha……  keluarkan  semua  kesaktianmu,  tua
bangka!”  Tiba-tiba  terdengar  suara  yang  dalam  dan
menggetar,  anehnya  yang  berkata  tidak  nampak
orangnya. Bagaikan suara iblis saja!
“Hiyaaaahhhhh……..  heh…….  heh-heh-heh,  terimalah
pusakaku ini!” Ki Dukun Sutokriyip menggerakkan tangan
kanannya dan keris itu-pun meluncur ke depan.
“Tingg…..  tinggg….  tinggg…..!”  Bagaikan  paruh
burung  pelatuk  sedang  mematuk  pohon,  keris  itu
menusuk-nusuk  di  tengah  udara  dan  berusaha  untuk
menembus tirai kehijauan itu. Tubuh  Ki Dukun  Sutokriyip
bergetar  makin  kuat,  lalu  kedua  tangannya  didorongkan
ke arah kerisnya untuk menambah tenaga, agar kerisnya
dapat menembus tirai itu dan mengenai lawannya.
“Huah-hah-hah…..  hi-hi-hikk…..  kerahkan  sepenuh
tenagamu.  Mana  itu  kesaktianmu  yang  tersohor  tua
bangka?”  Tiba-tiba  nampaklah  sosok  tubuh  di  balik  tabir
asap.  Tubuh  tinggi  besar  dengan  dada  telanjang  dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
nampaklah  pula  seekor  ular  hijau  sebesar  lengan
melingkari  lehernya  dengan  kepala  bergerak-gerak
sambil  menjulurkan  lidahnya  yang  kecil  kemerahan.
Wajahnya  juga  berwarna  kehijauan  dengan  sepasang
mata  sebesar  jengkol  bersinar  tajam,  di  kanan  kiri
bibirnya nampak sepasang caling menyembul keluar.
Raden  Purwolumakso  dan  sejak  tadi  telah  menggigil
saling  berdekapan  itu,  tidak  terasa  lagi  telah  terkencingkecing  karena  menahan  ketakutan.  Pemandangan  yang
dilihatnya  di  dalam  ruangan  itu  sungguh  membuat
hancur  ketabahannya,  apalagi  ketika  melihat  seorang
raksasa  berkulit  kehijauan  di  dekat  pembaringan
anaknya.  Tanpa  terasa  keduanya  telah  pingsan  dengan
kedua  mata  masih  terbuka!  Ki  Dukun  Sutokriyip  tidak
menjawab ejekan Iblis Ular Hijau.  Menahan napas untuk
menambah  daya  menyerang  pusakanya.  Karena  sedang
menghadapi  lawan  tangguh  ia  mengerahkan  seluruh
kekuatan  batinnya,  berusaha  untuk  membendung
serangan  balik  Iblis  Ular  Hijau.  Urat-urat  di  seluruh
tubuhnya  perlahan-lahan  menggembung,  makin  iama
makin membesar.
Iblis  Ular  Hijau  pun  mendorongkan  kedua  tangannya
ke depan. Terjadilah adu kekuatan batin yang seru, kalau
kalah  dapat  dipastikan  akibatnya!  Mati!  Memang  dalam
adu  kekuatan  batin  ini  hanya  ada  dua  pilihan  yaitu
menang dapat hidup, akan tetapi kalau kalah, pasti mati!
Keris itu perlahan tapi  pasti  terdorong mundur ke arah
pemiliknya.  Ki  Dukun  menggigit  bibir  sampai  berdarah,
berusaha menahan. Akan tetapi tiba-tiba otot-otot tuanya
telah  tidak  kuat  lagi  menahan  kemauannya,
dan…….pecahlah  otot-otot  itu  dengan  mengeluarkan
letupan-letupan kecil.  Darahpun berhamburan memenuhi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ruangan  itu.  Mayat  Ki  Dukun  Sutokriyip  tidak  dapat
dikenali  lagi  bentuknya  karena  telah  hancur  kulit  dan
dagingnya!
Iblis  Ular  Hijau  mengamati  onggokan  daging
lawannya,  meludah  dan  menghampiri  pembaringan.
Mulutnya  berkemak-kemik  lalu  meniup  tubuh  Astuti.
Kedua  mata  Astuti  terbuka  perlahan-lahan,  pandang
matanya  bak  boneka  dan  napasnya  yang  tadinya
tersendat  kini  memburu  bagaikan  orang  yang  sedang
berlari  kencang.  Tiba-tiba  tangannya  menyibak  selimut
yang menutupi tubuhnya. Ternyata tubuh di balik selimut
itu  tanpa  sehelai  benangpun  yang  menutupinya,  seakan
orok  yang  baru  keluar  dari  rahim  ibunya!  Tubuhnya
bergerak-gerak  tak  beraturan  ketika  Iblis  Ular  Hijau
membaca  mantera  makin  cepat  dan  semakin  cepat  lagi,
seperti  seekor  cacing  yang  ditaruh  di  abu  yang  panas,
berkelojotan tidak menentu!
“Ha-ha-ha……!”  Si  Iblis  Ular  Hijau  yang  melihat
keadaan  korbannya  sudah  seperti  itu  lalu  melepas  kulit
nya  untuk  menubruk  daging  angsa  di  pembaringan  itu.
Menghisap  habis  sari  kehidupan  Astuti  sampai  kering.
Tidak  berapa  lama  kemudian  tubuh Astuti  telah  tergolek
dengan  tidak  bernapas  lagi.  Mati!  Tubuhnya  menyusut
bagaikan  balon  yang  kehilangan  anginnya  sehingga
kulitnya  bersatu  dengan  tulang-tulang  tubuhnya,  atau
tinggal tengkorak yang terbungkus kulit!
Sambil  mengenakan  pakaiannya  kembali,  si  Iblis  Ular
Hijau  melihat  keadaan  sekeliling  ruangan  lalu  meludah.
Sekali  kakinya  menjejak  lantai,  tubuhnya  melayang  ke
arah daun jendela dan hilang di kegelapan malam. Hanya
meninggalkan  suara  tawa  yang  melengking  nyaring
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bagaikan tawa  iblis  yang  telah  mendapat  kepuasan
menikmati korbannya!
(OodwkzoO)
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bab 2
PEMUDA berwajah  tampan  itu  mengambil  sepotong
kayu  lalu  melemparkannya  kearah  api  yang  hampir
padam  itu.  Bunga-bunga  api  pun  beterbangan  ke  atas
bagaikan  kunang-kunang  di  malam  gelap  terbawa  angin
untuk  kemudian  padam  menjadi  abu,  lenyap  di  kelam
malam.  Duduk  di  dekat  api  unggun  seorang  diri  pula  di
malam  dingin  di  tepi  hutan  dengan  tenangnya,
menandakan  bahwa  pemuda  ini  bukanlah  seorang
pemuda  bias?  saja,  melainkan  seorang  pengelana  yang
tidak  gentar  menghadapi  serangan  binatang  buas
penghuni  hutan  dan  para  perampok  yang  biasanya
bertempat  tinggal  di  hutan  yang  lebat  dan  menjadi
penguasa  rimba!  Siapakah  pemuda  yang  mengenakan
pakaian serba putih dan tersenyum  manis dengan wajah
tampan  dihiasi  sepasang  mata  berseri-seri  itu?  Benar!
Tebakan  anda  benar,  dia  bukan  lain  adalah  seorang
pengelana dari Mataram yang bernama Suryo.
Atau  lebih  dikenal  namanya  dengan  Suryo  Lelono.
Seorang pendekar muda yang namanya mulai terkenal di
dunia para pendekar setelah membasmi Iblis Elang Hitam
di Wonowoso!
Sambil  mengorek-ngorek  bara  api,  berhenti  sebentar
untuk  menambah  kayu  bakar  agar  api  unggun  itu  tetap
menyala.  Dapat  untuk  mengusir  nyamuk  yang  datang
mendekat  dan  menghangatkan  badan  dari  serangan
hawa  dingin.  Suryo  termenung  sambil  memandang  ke
arah api yang menyala naik turun, seolah di situ terdapat
bayangan  yang  nyata  dan  menarik  perhatiannya.
Menghela  napas  panjang  penuh  penyesalan  kalau
teringat  dia  membunuh  lawan  nya  si  Iblis  Elang  Hitam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan  aji pamungkas  pemberian  Pengemis  Alis  Putih.
Aji Pamungkas yang luar biasa akibatnya!
“Ahh,  ilmu  itu  sungguh-sungguh  dahsyat!  Aku  harus
hati-hati  mengeluarkannya.  Kalau  tidak  terpaksa  sekali,
aku  tidak  akan  meng-gunakan  ilmu  itu!”  bisiknya  dalam
hati,  seakan  berjanji  dengan  dirinya  sendiri!  Sambil
bersandar  di  akar  yang  menonjol  Suryo  memandang  ke
atas. Nampak langit yang bersih dari gumpalan awan dan
bintang-bintang  yang  tak  terhitung  banyaknya  berkelap
kelip  di  hamparan  beludru  hitam.  Sekalipun  bulan  tidak
muncul  akan  tetapi  bintang-bintang  itu  sungguh  indah
sekali!  Keindahan  yang  jarang  dapat  dinikmati  oleh
kebanyakan  orang  yang  telah  penuh  dengan  persoalan
yang me-nindih seluruh jalan pikirannya!  Beban problem
yang  berat  untuk  dipanggulnya  setiap  hari!  Kebesaran
Tuhan yang memberikan segala keindahan untuk semua
ciptaannya untuk dapat menikmatinya!
Tiba-tiba  Suryo  tersentak!  Apa  yang  dilihatnya?  Di
iangit  yang  bersih  itu  terlihatan  sebuah  cahaya  putih
cemerlang  meluncur  dengan  cepatnya  seakan  ada
bintang  yang  berpindah  tempat,  atau  lebih  tepat  lagi
meteor  yang  melayang  menuju  ke  arah  sebatang  pohon
yang tinggi dan besar di bawah bukit!
“Hemm,  benda  apakah  itu  yang  sinarnya  begitu
terang?  Mengapa  jatuh  di  pohon  itu?”  bisiknya  pelan,
sambil mengingat dan memberi  tanda di  mana benda itu
lenyap.  “Biarlah  besok  akan  kuselidiki  ke  sana!”  Tak
berapa  jauh  dari  tempat  Suryo  duduk,  nampak  tiga
pasang  mata  mengawasi  gerak-geriknya  dari  balik
rimbunnya semak belukar,  agaknya bukan mata binatang
buas penghuni hutan itu yang mengintai. Akan tetapi tiga
pasang  mata  manusia.  Benar!  Mereka  adalah  tiga  orang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
laki-laki  yang  bertubuh  kekar  serta  bertampang
menyeramkan.
“Kulihat dia tidak membawa senjata, kang. Pemuda itu
pasti  bukan  pendekar,  hanya  seorang  pejalan  kaki  yang
kemalaman  saja!”  Salah  seorang  berkata  dengan  suara
yang tidak dapat pelan.
“Ssttt,  jangan  keras-keras,  Nden!  Kalau  kau  omong
mbok  ya  pelan  saja.  Tidak  perlu  ngotot!”  tukas
temannya.
“Aeeyaaahhh…..  mesti  kok  gitu  lho,  kang  Genjik  ini!”
Ganden mengomel.
“Sssstttt…… diam!!”
Pendengaran  Suryo  yang  tajam  telah  dapat
menangkap  bisik-bisik  tiga  orang  laki-laki  itu,  walaupun
agak  jauh  tapi  Suryo  dapat  mendengar  dengan  jelas.
Maka  iapun  menoleh  ke  samping  sambil  menguap  dan
merentangkan  kedua  tangannya  mengolet.  Merebahkan
diri  seakan  tidur  tapi  dalam  hatinya  dia  tersenyum  geli,
menanti kelanjutan dari pembicaraan itu!
“Kita.  tunggu sebentar  lagi, nanti  kalau dia pulas baru
kita kerjai!”
“Ahh,  buat  apa  nunggu-nunggu  segala!  Kita  sergap
saja  bersama  pasti  berhasil.  Masa  kita,  bertiga  akan
kalah!” ajak Ganden.
“Betul kata Ganden, kang. Hayo maju!” Tanpa menanti
jawaban  Genjik  menyelinap  maju  mendekati  si  pemuda
yang  akan  dijadikan  korbannya  itu.  Kedua  orang
temannya  mengikuti  dari  belakang  dan  setelah  dekat
mereka  lalu  mengambil  posisi  masing-masing,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengepung  dan  mencegat  agar  si  korban  tidak  dapat
meloloskan diri.
Suryo  yang  pura-pura  tertidur,  tetap  diam  tak
bergerak. Napasnya diatur panjang-panjang seakan telah
pulas,  tapi  kedua  telinganya  yang  berpendengaran
sangat  tajam  itu  mengikuti  segala  gerak  yang  dilakykan
oleh  ketiga  orang  itu.  Pendengarannya  seakan  menjadi
pengganti  sepasang  matanya  dan  mengikuti  kemanapun
tiga orang itu bergerak!
Ketiga  orang  itu  saling  memberi  isyarat  tangan,  lalu
hampir  berbareng  mereka  menubruk  ke  depan  untuk
meringkus korbannya!
“Dukkkk! Adduuuhhhh…….!!”
“Edan ane luput!”
“Lho  kok  hilang!”  Ketiga  perampok  itu  saling  tubruk
sendiri  dan jatuh  tumpang  tindih di  dekat  akar  pohon  di
mana  tadi  Suryo  telentang.  Sambil  mengumpat  panjang
pendek  mereka  bangun  mencari-cari  si  pemuda,
memandang ke kanan kiri  lalu  ke  atas, akan tetapi yang
dicari  tidak nampak lagi  bayangannya. Tanpa terasa  lagi
seluruh bulu di tubuh mereka pada berdiri karena merasa
seram!
Genjik  yang  paling  dulu  berkata.  “Jangan-jangan
pemuda  itu  bukan  manusia?  Masa  kita  bertiga  dapat
luput menubruknya?”
“Seee…… seee…… taaaaannnnn….. !” Ganden berteriak
sekuatnya tubuhnya gemetaran tidak karuan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
”Haaaa…… setaaaannnnn……!”  Dan  kedua  temannya
lari  sipat  kuping  tanpa  melihat  arah  lagi.  Saling  tabrak
jatuh bangun tanpa berani menengok ke belakang.
“Tooo…..  looonggg……  kang  Gen….  to,  to,to….
longgg…… kang Genjik…… tolonggg….!!”
Ganden  yang  gemetaran  saking  takutnya  tidak  bisa
lari,  apalagi  ketika  tengkuknya  tersiram  air  dingin  dari
atas  pohon.  Ganden  ndeprok  lalu  berusaha  pergi  dari
tempat itu dengan merangkak. Setelah agak jauh situ ia
menengok ke belakang dan……. nampak bayangan putih
bergerak-gerak di  cabang pohon  yang tinggi. Gaden pun
berdiri,  berlari  sambil menengok ke belakang takut kalau
bayangan putih itu mengejarnya.
“Bressss!  Huaaaadduuuhhhh!  Mati  aku!!”  Ternyata
tubuhnya  telah  melanggar  batang  pohon  dengan
kerasnya  akibat  dari  berlari  sambil  menengok  ke
belakang  tadi.  Membuatnya  terpelanting,  merintih  lalu
pingsan! Dua sosok  bayangan hitam menghampiri  tubuh
Ganden  yang  tergolek  lalu  memapahnya,  dibawa  pergi
meninggalkan  tempat  itu.  Dalam  sekejap  saja  lenyaplah
bayangan mereka di kegelapan malam!
“Huah-ha….. ha-ha-ha….. hi-hi-hi-hik…. ha-ha-ha…..!!”
Suryo  tak  dapat  menahan  ketawanya  saking  gelinya
melihat  peristiwa  itu.  Dia  memang  tidak  mau  melayani
tiga  orang  perampok  itu.  Begitu  mereka  menubruknya,
Suryo  menggunakan  kecepatan  geraknya  untuk  me
lompat  ke  atas  pohon.  Saking  cepat  gerakannya,  tiga
orang itu tidak dapat melihatnya ke mana dia menghilang
di  balik  daun-daun  yang  lebat  tidak  nampak  oleh
ketiganya. Ketika melihat Ganden gemetaran  tidak dapat
pergi  menyusul  kedua  temannya  yang  lari,  iapun  ingin
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menggoda Ganden  lebih  lanjut.  Suryo  melepaskan
burungnya untuk berdendang icciek iccciiieeeeekkkkk!
Suryo  lalu  meneruskan  tidurnya  di  atas  pohon.  Ketika
mentari  telah  bersinar  dan  cahayanya  yang  redup
menimpa  wajahnya  diapun  terbangun.  Meloncat  turun
untuk  pergi  ke  sungai,  di  mana  ia  kemarin  telah
mengambil  air  untuk  minum.  Mandi  di  sungai  lalu
kembali  dia  mengenakan  pakaiannya.  Selesai  itu  semua
iapun  menuju  ke  arah  pohon  yang  malam  tadi  telah
menarik  perhatiannya.  Wajahnya  bersinar-sinar  karena
tubuhnya  terasa  segar  sehabis  mandi  tadi,  langkahnya
juga terasa ringan!
“Hemmm, tak salah lagi, pasti di sini!”
Sekali  menjejakkan  kaki  tubuhnya  telah  melayang  ke
dahan  yang  terendah  lalu  berloncatan  dari  dahan  ke
dahan dengan  cepatnya sambil  mengawasi dengan teliti.
Benar  pasti  di  sini  tempatnya,  kembali  ia  membatin
setelah  melihat  onggokan  kayu  bekas  api  unggunnya
semalam.  Kembali  sepasang  matanya  meneliti  dengan
lebih  teliti  lagi  diantara  cabang-cabang  yang  malangmelintang  serta  rimbunnya  dedaunan.  Tiba-tiba  dia
tertarik melihat sebatang  tongkat pendek yang ujungnya
melengkung tergantung di cabang yang paling tinggi.
“Huppp!” dengan sekali  meloncat saja tubuh nya telah
melayang dekat cabang di  mana  tongkat  itu tergantung.
Suryo  mengulurkan  tangan  kanan  untuk  mengambil
tongkat itu.
“Wirrr…..!”  Seleret  sinar  hijau  bagaikan  kilat  cepatnya
mengarah tangan kanannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Suryo membalikkan  tangannya  menyaut  sinar  itu,
“tappp!”  benda  dingin  lunak  melingkar  di  telapak
tangannya.  Ketika  dia  membuka  telapak  tangannya,
ternyata seekor ular hijau kecil dengan kepala berbentuk
segitiga  telah  melingkar  jinak!  Tanpa  pikir  lagi  Suryo
mengambil  tongkat  dengan  tangan  kiri  sekali  meloncat,
tubuhnya  telah  melayang  turun  seringan  bulu  ke  atas
tanah.  Meneliti  tongkat  kayu  cendana  yang  berwarna
kehitaman itu.
Anehnya!  Ular  tadi  melingkari  tangan  Suryo  merayap
pelan  menuju  ke  saku  baju  pemuda  itu,  masuk  lalu
dengan  tenangnya  melingkar  dalam  saku  pemuda  baju
putih itu!
Penuh  keheranan  Suryo  menghadapi  kenyataan  yang
dialaminya ini. Mengapa ular hijau itu tidak mematuknya?
Mengapa  malah  melingkar  dan  memasuki  kantong  baju.
Berdiam  di  situ  seperti  ingin  mengikuti  dirinya!  Tongkat
(teken)  kayu  cendana  inipun  aneh?  Bagaimana  dapat
menggantung  di  cabang  yang  tinggi  itu  serta  ditunggui
oleh seekor ular hijau!
“Ahh,  masa  bodoh!  Yang  terang  sekarang  aku
mendapat  kawan  seekor  ular  dan  mendapat  teken
(penopang  dari  kayu  untuk  pejalan  kaki)  kayu  cendana
yang  dapat  untuk  senjata.”  gumamnya  lirih  sambil
melanjutkan  perjalanan  sambil  memutar-mutar  teken
dengan jurus-jurus Ilmu Tongkat Pengemis Gila!
(OodwkzoO)
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bab 3
“HIIIYAAAA……!Tarr-tarr-tarr….. hiiyaaa  aaaa!!”  Kusir
kereta  memainkan  cambuk  nya,  melecut  udara  kosong
sambil  berteriak  keras,  tangannya  yang  memegang
kendali  bergerak  naik  turun.  Si  kusir  ini  memacu  kuda
nya  karena  ingin  cepat  dapat  keluar  dari  tengah  hutan.
Enam  pengawal  juga  mencambuki  kudanya  agar  tidak
tertinggal  dan  dapat  selalu  mengawal  kereta  yang
dilarikan  kencang  itu.  Rombongan  ini  ingin  keluar  dari
hutan  dengan  cepat  agar  sampai  di  tempat  tujuan  lebih
awal.  Raden  Harjorumekso  yang  duduk  berdua di  dalam
kereta  dengan  isterinya  tergoncang-goncang  ke  kanan
kiri.  Mereka  berusaha  untuk  dapat  duduk  dengan  baik,
mengurangi  goncangan  dengan  jalan  memegangi  daun
jendela kuat-kuat.
“Kro,  pelankan  sedikit!  Perutku  sampai  sakit
tergoncang!”  teriaknya  pada  si  kusir.  Keretapun
diperlambat  larinya,  memenuhi  permintaan  Raden
Harjorumekso  walaupun  dalam  hati  si  kusir  merasa
jengkel.  Sejak  berangkat  dari  rumah  tadi  dia  disuruh
untuk  melarikan  kudanya  karena  ingin  dapat  sampai  di
tempat  tujuan  lebih  pagi.  Akan  tetapi  kenapa  sekarang
ketika  berada  di  tengah  hutan  malah  disuruh  untuk
berjalan pelan? Sukro si kusir merasa heran.
“Iiiiiyyeeeeiiiii……” Kedua kuda meringkik keras  sambil
mengangkat  kedua  kaki  depan,  membuat  badan  kereta
hampir  saja  terguling.  Raden  Harjorumekso  kaget  sekali
melihat  ulah  kusirnya.  ”Duukkkk!”  Tak  ampun  lagi
pelipisnya  terantuk  tepi  jendela,  sedang  isterinya
menjerit ketakutan tubuhnya menggigil saking takutnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Gila! Bagaimana  caramu  membawa  kereta,  Kro?
Ngantuk ya!” bentaknya marah.
“Maaf, Gusti.  Di  depan ada tiga orang menghadang di
tengah jalan, sehingga kuda-kuda menjadi kaget.” Sukro
menjawab teguran tuannya.
”Ha-ha-ha…..  ini  baru  rejeki!”  Ganden  berkata  keras.
Kedua kawannya juga tertawa.
Enam  orang  pengawal  maju  ke  depan  setelah  turun
dari  kuda  serta  menambatkan  kuda  pada  ranting  di  tepi
jalan. Salah seorang yang agaknya menjadi pemimpinnya
berkata.
“Siapa kalian berani menghadang rombongan ini?”
“Uuwaaahhh,  lagaknya  seperti  seorang  bangsawan
tinggi  saja!  He-he-he…..  siapa  adanya  kami  bertiga?
Kamilah  yang  disebut  orang  Tiga  Pendekar  dari
Pandean….. ha-ha-ha!”
Enam  pengawal  itu  kaget  mendengar  ini.  nama  Tiga
Pendekar  dari  Pandean  bukanlah  nama  yang  tidak
terkenal. Mereka bertiga sebetulnya adalah jago silat tiga
bersaudara  yang  menjadi  dedengkot  di  desa  Pandean.
Sayang  sekali  mereka  terlalu  mengandalkan
kepandaiannya dan sering berbuat kurang terpuji.
“Maafkan  kami  kalau  kami  berlaku  kurang  hormat.
Kami  tidak  mengetahui  kalau  tuan  bertiga  adalah  Tiga
Pendekar  dari  Pandean.”  Kepala  pengawal  memberi
hormat memohon maaf.
“Hee,  pengawal!  Siapa  yang  di  dalam  kereta?
Rombongan  ini  mau  ke  mana?”  Genjik  bertanya  agak
halus.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Pemilik  kereta  ini  adalah  Gusti  Raden  Harjorumekso.
Mau ke tempat saudaranya untuk melayat.” si pemimpin
memberi  tahu  bahwa  rombongannya  ini  mau  pergi
melayat, agar tidak diganggu.
“Hemmmm,  kalau  begitu  cukup  memberi  kami  uang
sekadarnya  untuk  membuka  jalan  agar  kalian  dapat
melanjutkan perjalanan kembali!”
“Kami  mohon  pengertian  tuan  pendekar  bertiga,
karena hendak melayat maka tidak membawa bekal uang
yang  banyak.  Setelah  selesai  melayat  barulah  kami
serombongan menghaturkan terima kasih.”
“Cerewet!  Lekas  suruh  keluar  tuanmu  itu!  Biar  dia
sendiri bertemu dengan kami bertiga!”
Raden  Harjorumekso  telah  mendengar  semua
pembicaraan  mereka,  ia  lalu  memberi  perintah  kepada
enam  pengawalnya.  “Serbu  saja  mereka!  Kalian  terdiri
dari  enam orang dan mereka hanya bertiga. Masa kalian
takut!”
“Edan…..  malah  nantang!  Hayo  kang,  kita  habisi  saja
dia!”  Ganden  yang  berwatak  berangasan  tidak  dapat
menahan  diri  lagi.  Enam orang  pengawal  itu  mendengar
perintah  tuannya  menjadi  kaget.  Mereka  sebetulnya
hendak  mengajak  jalan  damai  untuk  tidak  menimbulkan
permusuhan  dengan  Tiga  Pendekar  Pandean.  Karena
Raden  Harjorumekso  telah  berteriak  demikian,  maka
tiada  jalan  lain  lagi  mereka  harus  melawan.  Untuk  tidak
menimbulkan  rasa  permusuhan  yang  mendalam  mereka
menyerbu  dengan  tangan  kosong.  Terjadilah
pertempuran berat sebelah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Cepat jalankan kereta, Kro! Selagi mereka bertempur,
cepat!”
Sukro  tanpa  diperintah  dua  kali  sudah  melecut
kudanya  agar  berlari  kembali.  Mat  Gudel  orang  tertua
Tiga  Pendekar  dari  Pandean  yang  selalu  mengawasi
kereta  segera  tahu  maksud  si  kusir.  Sehingga  belum
sampai kuda itu berlari dia telah meloncat ke atas kereta
dan kakinya melayang ke arah dada Sukro. Tanpa ampun
lagi Sukro terpental keluar dari kereta!
Raden  Harjorumekso  kaget  melihat  Sukro  terlempar
dari  kereta, isterinya juga tambah ketakutan lagi. “Ini…..
ini….  bagaimana  ini….”  ia  tidak  dapat  melanjutkan  lagi
kata-katanya  karena  keburu  menangis.  Takut  kalau
dibunuh oleh ketiga orang itu.
“Tenang ibune, tenang…..!” Suaminya mencoba untuk
membesarkan  hati  isterinya,  akan  tetapi  sebetulnya  dia
sendiri  juga  merasa  bingung.  Apalagi  ketika  melihat
enam  pengawalnya  sudah  malang  melintang  di  atas
tanah  sambil  merintih  kesakitan!  Tanpa  disadarinya
mukanya  menjadi  pucat.  Ganden  dan  Genjik  melangkah
maju menghampiri kereta,tangan terulur untuk membuka
pintu kereta….. “Tukk’ Tukk!!”
“Aduuuhhhhh!  Athoooo…..!”  Ganden  dan  Genjik
menarik  tangannya  lalu  dikibas-kibaskan  untuk
mengurangi  rasa  sakit.  Mat  Gudel  yang  duduk  di  atas
kereta  juga  kaget  melihat  keadaan  kedua  temannya.
Mengapa  mereka  menjerit  lalu  mengibas-ngibas  kedua
tangannya?  Mat  Gudel  lalu  celingukan  mencari-cari  di
sekitar kejadian itu, tiba-tiba ia melihat seorang pemuda
tampan  berpakaian  serba  putih  mendatangi  dari  depan
sambil memutar-mutar sebuah tongkat pendek.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Di  siang  bolong  mengganggu  orang!  Ck-ck-ck
sungguh  tidak  baik  dan  tidak  terpuji.  Katanya  tiga
pendekar,  nyatanya  hanya  tiga  perampok  kecil,  he-hehe……!”
Tiga  Pendekar  Pandean  menjadi  marah  men  dengar
ini.  Mereka  adalah  jagoan  pilih  tanding  di  seluruh
Pandean,  mengapa  bocah  kemarin  sore  itu  berani
mengatakan  mereka  perampok  kecil.  Ganden  yang
berangasan membentak. “Setaaannnn! Bocah bau kencur
berani  berkata  tidak  karuan,  he…..  bocah.  Apa  orang
tuamu tidak pernah mengajarimu sopan santun!”
“Uuwaaahhhh  lagaknya…..,  seakan  orang  berbudi
saja.  Heee….  Kang  Ganden,  siapa  yang  tidak  tahu
kesopanan? Kau atau aku, he-he-he……”
“Bangsat!  Malah  masih  berani  menjawab!  Mampus
kau…..!!”  Ganden  meloncat  maju  sambil  mengirimkan
kepalan ke dada anak muda itu. Angin dingin menyambar
dada  dengan  kuatnya.  Agaknya  Ganden  kalap  dirinya
diejek seorang bocah. Maka dengan sekali pukul dia ingin
anak itu mencelat dan pingsan!
“Ihhh,  baunya  pesingggg!!”  Sambil  meliukkan  tubuh
atasnya  sedikit  pemuda  itu  dapat  menghindari  pukulan,
lalu tangan kanan yang memegang tongkat bergerak.
“Bleekkkk!” Ganden jatuh dengan pantatnya lebih dulu
menimpa  tanah.  Sialnya  pantatnya  menimpa  batu  yang
runcing  sehingga  membuat  pantat  itu  sakitnya  bukan
main!  Ternyata  dengan  sekali  gerak  tadi  lengkung
tongkatnya  telah  menarik  kaki  depan  Ganden  ke  atas,
membuat Ganden jatuh dengan pantat lebih dulu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Hssss…..  addd……  adduuhh…..”  Sambil  kedua
tangannya  menggosok-gosok  pantatnya  dengan  keras
mengusir nyeri! Tanpa malu Ganden merintih kesakitan.
“Wuttt!  Wuutt!!”  Dua  kepalan  sebesar  kelapa
mengarah  kepala.  Suryo  mundur  selangkah  tangannya
bergerak.
“Tukk!  Tukk!”  Dan  sebutir  telur  tumbuh  di  dahi
keduanya.  Sakitnya  bukan  main!  Keduanya  lalu
menekan-nekan  telur  itu  sebentar,  memandang  ke  arah
si bocah dengan mata berapi.Mat Gudel memberi  isyarat
kedua  temannya,  lalu  mencabut  klewang  membabat
kepala  anak  muda  itu.  Ganden  dan  Genjik  tidak  mau
ketinggalan, mereka juga membabatkan golok-nya. Golok
Genjik  menabas  perut  sedangkan  Ganden  membelah
kepala!
“Tranggg….!!”  Ketiga  golok  saling  beradu  sendiri,
membuat  tangan  yang  memegang  golok  gemetaran
saking  kuatnya  pertemuan  senjata  mereka.  Entah
dengan  cara  bagaimana  anak  muda  itu  bergerak,
kelihatannya  bocah  itu  tidak  bergerak  dari  tempatnya
kenapa  golok  mereka  dapat  beradu!  Mereka  bertiga
memandang dengan mata terbelalak ke arah si bocah!
“Paman bertiga harap sadar bahwa perbuat an paman
ini  tidak  benar.  Menodai  ketenaran  nama  sendiri,
menyeret  nama  paman  ke  tempat  yang  rendah.”  Suryo
berkata  dengan  halus,  tidak  menyerang  mereka  lagi  lalu
melanjutkan.  “Sebagai  pendekar  seharusnya  paman
melindungi  yang  lemah  dan  tertindas  dari  perbuat  an
sewenang-wenang  dari  orang-orang  yang  memaksakan
kehendaknya.  Tapi  kenapa  paman  malah  menindas
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
orang lemah sendiri. Apa dunia sudah terbalik?  Pendekar
malah jadi perampok!”
“Bocah! Kau anak kemarin  sore tahu apa?” Mat Gudel
membentak.
“Sebelum  kau  lahir  aku  telah  malang  melintang  di
dunia  pendekaran.  Bocah  kemarin  sore  mau  menggurui
orang  tua!  Gilaaa!”  Genjik  menyela.  Ganden  yang
biarpun berangasan dapat melihat kebenaran kata-kata si
bocah  maka  dia  diam  saja.Raden  Harjorumekso  juga
telah turun dari  kereta didampingi enam orang pengawai
serta  Sukro  sais  kereta,  mereka  mendengarkan  semua
pembicaraan  itu.  Melihat  ke  arah  si  pemuda  baju  putih
yang tersenyum  manis berdiri  dengan santainya, tongkat
digantungkan di pundaknya!
“Agaknya  paman  lupa  bahwa  yang  tua  belum  tentu
benar  dan  yang  muda  belum  tentu  salah.  Seperti  kata
pepatah  “kebo  nyusu  gudel”  itulah  yang  saya
maksudkan,  paman.”  kata  Suryo  sambil  memandang
Ketiga  Pendekar  Pandean  silih  berganti.  Begitu  pandang
mata  bertemu  dengan  pandang  mata  Suryo,  ketiganya
tidak  kuat  untuk  memandang  lebih  lama,  menunduk
dengan wajah berubah kemerahan karena malu.
Mereka  yang  telah  tua  dan  berpengalaman  diberi
pengarahan oleh anak kemarin sore.
“Kalahkan  dulu  kami  bertiga,  baru  nanti  kita  bicara
lagi!” Mat Gudel berkata pelan. Menuntut agar si pemuda
dapat  mengalahkan  mereka  bertiga  baru  mereka  mau
menurut  kata-kata  si  pemuda.  Suryo  tersenyum  lebar
mendengar  permintaan  ini,  ia  maklum  bahwa  mereka
bertiga  akan  selalu  merasa  penasaran  kalau  dia  tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dapat  mengalahkan  mereka  tetapi  berani  memberi
petuah!
“Silakan  paman  bertiga  menggunakan  senjata  paman
untuk  menyerang,  saya  tidak  akan  bergerak  atau
membalas serangan paman satu kalipun!”
Ketiganya  saling  pandang  tidak  percaya,  mereka
disuruh  menyerang  dengan  menggunakan  senjata  dan
anak  muda  itu  tidak  membalas  menyerangnya?  Apa
boleh  buat!  Mereka  ingin  membuktikan  kata-kata  anak
muda ini!
“Awaas serangan!”  Bagaikan kilat saja ketiga golok  itu
menerjang  tubuh  Suryo  yang  berdiri  diam  tak  bergerak.
Berulang  kali  ketiganya  menyerang  dengan
menggunakan  seluruh  tenaga  dalam  mereka.
Kenyataannya  tidak  ada  sebuahpun  golok  mereka  yang
dapat  menembus  atau  mengenai  tubuh  anak  muda  itu!
Saking  bernafsunya  mereka  bertiga  sampai  terengahengah  karena  terlalu  banyak  mengerahkan  banyak
tenaga.
“Cukup,  Paman!”  Suryo  berkata  pelan.  Akibatnya
sungguh  mengherankan  mereka  yang  menonton,  yakni
Raden  Harjorumekso  serta  Tiga  Pendekar  Pandean  itu
sendiri.  Mereka  bertiga  terlempar  ke  belakang  seperti
dilanda topan ketika anak muda itu berbicara. Ketiganya
berusaha  bangun,  anehnya  tidak  dapat!  Sepertinya
semua tenaganya telah lenyap meninggalkan tubuhnya.
“Amm….. ammpuuuunnnn  raden. Kami  bertiga mohon
ampun,  sudilah  raden  menyembuhkan  kami  ini.
Ampuuunn…. toooobaaatttt!!”  Hampir berbareng mereka
bertiga bersambat, mereka  takut bukan main mengalami
hal  seperti  ini.  Raden  Harjorumekso  sendiri  bersama
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
rombongannya  juga  berlutut  memintakan  ampun  bagi
ketiga  orang  yang  tadi  ingin  meram-poknya  itu.  Suryo
yang  melihat  ini  tersenyum  manis  sekali,  melangkah
maju  menghampiri  mereka  lalu  tangannya  menyentuh
mereka satu persatu. Begitu tersentuh oleh tangan Suryo
ketiganya  dapat  bangun  kembali,  telah  sehat  kembali
seperti biasanya. Hanya merasa sedikit lemas karena tadi
mereka telah mengeluarkan tenaga terlalu banyak.
“Harap semua paman berdiri, tidak enak rasanya!”
“Ampunkan  kami,  raden.  Apabila  telah  membuat
kesalahan kepada raden. Dan bolehkah saya mengetahui
siapa raden?”
“Paman,  saya  bukan  raden.  Saya  hanyalah  seorang
biasa  saja  yang  sedang  meluaskan  pe-ngalaman,  nama
saya Suryo, paman.” Setelah berkata demikian Suryo lalu
lenyap  dari  hadap  an  mereka,  membuat  mereka  kaget
berbareng kagum!
“Suryo……  Suryo…..  benar,  pasti  dia….  dia  adalah
Suryo  Lelono  pendekar  muda  yang  baru  saja  muncul!”
Ganden  berteriak  keras.  Membuat  orang  yang
mendengar  menjadi  kaget  sekali  mengetahui  bahwa
pemuda tadi adalah Suryo Lelono!
Tiga  Pendekar  dari  Pandean  merasa  menyesal  sekali
akan perbuatan mereka  tadi, dalam hati mereka berjanji
akan merubah semua perilaku mereka yang tidak baik.
“Kami  bertiga  mohon  maaf  telah  membuat  anda
sekalian  mengalami  kaget  serta  terhalang  perjalanan
untuk  melayat.  Kami  sedia  menerima  hukuman  karena
telah  membuat  kalian  menderita  karena  ulah  kami
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bertiga.”  Mat  Gudel  meminta  maaf  atas  segala
perbuatannya tadi.
“Kami juga minta maaf kepada saudara bertiga karena
telah  mengira  bahwa  kisanak  adalah  para  perampok.”
Raden Harjorumekso juga meminta maaf. Mereka semua
lalu saling maaf memaafkan dan saling berkenalan akrab.
Raden  Harjorumekso  lalu  mengajak  ketiga  pendekar  ini
untuk  ikut  dengan  rombongannya.  Ketiganya  juga
menyetujui maka berangkatlah rombongan ini menuju ke
rumah duka di desa Kandangan!
Tiga  Pendekar  Pandean  lalu  menceritakan  siapa  itu
Suryo  Lelono  kepada  mereka.  Raden  Harjorumekso
merasa  nelangsa  karena  pendekar  itu  telah  pergi  tak
tentu  rimbanya.  Kalau  dia  tahu,  pasti  akan  mohon
bantuannya  untuk  memecahkan  teka  teki  kematian
keponakannya, Astuti di desa Kandangan!
(OodwkzoO)
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bab 4
“ULAR  HIJAU!  Benarkah  yang  mengganas  di  rumah
Raden Purwolumakso  mengenakan kalung ular berwarna
hijau?” tanya seorang laki-laki bertubuh tinggi kurus pada
teman seperjalanannya.
“Benar  kang.  Menurut  para  pembantu  rumah  di  sana
yang mengganas adalah ular hijau!” jawab Marto.
“Kalau  demikian  pastilah  dia  adalah  Iblis  Ular  Hijau!
Seorang iblis yang baru saja muncul serta mengganas di
sekitar  lereng  Gunung  Merapi,  selalu  mencari  korban
dara yang ma-sih perawan.” katanya kembali.
Dikun  ini  adalah  seorang  pedagang  yang  selalu
bepergian  dari  kampung  ke  kampung  untuk  menjajakan
dagangannya.  Pedagang  keliling  istilah  sekarang!  Marto
berhenti  dan  memandang  Dikun  dengan  kaget  sekali
mendengar  keterangan  itu.  Diapun  ingin  mengetahui
lebih  banyak  perihal  Iblis  Ular  Hijau  yang  mengganas
serta  mencari  korban  perawan  untuk  disedot  sarinya
sehingga menjadi tengkorak yang terbungkus kulit.
“Kang Dikun mari mampir di kedai itu, kita minum kopi
panas  sambil  istirahat  melepaskan  lelah,”  ajaknya.  ”Hehe-he…..  kau pasti  ingin mendengar cerita itu. Betul kan,
tebakanku ini?”
Marto  tersipu,  maksudnya  telah  ditebak  oleh  Dikun
dengan tepat sekali. Maka iapun menjawab.  “Kang Dikun
kayak dukun saja, tahu akan maksudku mengajak minum
kopi.  Mari,  kang.  Jangan  jual mahal  ah,  aku  ingin  sekali
mendengarnya.”
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dikun mengangguk,  lalu  mengikuti  Marto  untuk
memasuki  kedai  untuk  menikmati  secangkir  dua  cangkir
kopi panas, sambil makan makanan kecil. Mencari tempat
di  sudut  yang  kosong,  duduk  berdua  saja  berbincang
dengan asiknya!
Setelah  menyeruput  kopi  yang  masih  hangat
mengembalikan  ke  mejanya.  Dikun  mulai  bercerita.
Marto  mendengarkan  dengan  penuh  perhatian  semua
cerita  Dikun  tentang  Iblis  Ular  Hijau!  Marilah  kita  ikut
mendengarkan cerita Dikun tentang Iblis Ular Hijau!
Suatu  malam  yang  dingin  sekali  meliputi  Padepokan
Teratai  di  lereng  Gunung  Merapi  sebelah  timur.  Ketua
padepokan Nyi Resmi Suci sedang bersamadhi di sanggar
pamujan  yang  terletak  di  tengah  candi  beserta  lima
orang  muridnya.  Kelima  muridnya  ini  rata-rata  baru
berusia  lima  belasan  tahun,  wajah-wajah  mereka  ratarata  cantik  dengan  kulit  tubuh  yang  putih  mulus.  Diam
tak bergerak seakan telah berubah menjadi patung  batu
yang  cantik  menarik,  sedap  dipandang  mata.  Sampai
tengah malam hampir berlalu  mereka masih  tetap dalam
posisi  seperti  semula,  tidak  terganggu  oleh  hawa  yang
semakin dingin!
“Hi-hi-hi…..  kak-kak-kak…..  ha-ha-ha….!”  Tiba-tiba
terdengar  suara  tawa  mengumandang  di  udara,
memecah keheningan di  padepokan di  sanggar pamujan
itu. Nampak di ujung menara candi berdiri seorang tinggi
besar  dengan  dada  telanjang,  seekor  ular  hijau  sebesar
lengan  melingkar  di  lehernya.  Kelihatan  jelas  di  bawah
sinar bulan pernama yang menerangi malam itu.
Nyi  Resmi  Suci  dan  kelima  muridnya  tersadar  dari
samadhinya  oleh  suara  tawa  yang  mengandung  tenaga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dalam  yang hebat,  seakan  menggedor  jantung  di  dalam
dada.  Begitu  melihat  tubuh  tinggi  besar  di  atas  candi
yang  berwarna  kehijauan  itu  kelima  murid  perempuan
lalu  mencabut  pedangnya  untuk  bersiap  diri  menjaga
segala kemungkinan dengan datangnya  tamu yang  tidak
diundang ini!
“Ha-ha-ha……  Nyi  Resmi,  aku  datang  berkunjung
untuk  meminjam  kelima  muridmu.Huah-ha-ha-ha……”
Tanpa basa-basi lagi  orang berkulit kehijauan itu berkata
tanpa  tedeng  aling-aling  lagi.  Sepasang  matanya
mengawasi kelima dara yang cantik-cantik itu dengan liar
penuh nafsu jalang!
“Orang  tak  tahu  sopan  santun.  Datang  tanpa
diundang,  berkata  seenak  perut  sendiri.  Siapakah
engkau, hei orang liar?”
“Hi-hi-hik……  jangan  sewot  nenek  tua,  aku  tidak
membutuhkan kau! Yang kuinginkan lima muridmu itu!”
“Sebutkan  namamu  dulu,  sebelum  kau  mampus  tak
bernama!”
“Ha-ha-ha-hi-hi…..  tanya-tanya  nama  segala,  apa  kau
ingin  memungutku  menjadi  mantumu!  Baik,  aku  adalah
Iblis Ular Hijau, seorang jago  yang akan merajai di  dunia
kependekaran  di  seluruh  bumi!  Ha-ha-ha-hahaha……!!”
Begitu  selesai  ucapannya  tubuhnya  telah  meloncat  ke
dalam sanggar pamujan.
Keenam  wanita  itu  mundur  selangkah  melihat  ujud
Iblis  Ular  Hijau.  Nyi  Resmi  Suci  memberi  isarat,  kelima
muridnya maju mengurung membentuk pormasi segilima
mengurung  si  Iblis  tepat  di  tengah.  Nyi  Resmi  pun
mengeluarkan pedang tipis  dari  balik  jubahnya, diangkat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
di depan dada dengan ujung lurus menunjuk dada si Iblis
Ular Hijau.
“Mari,  mari,  mendekatlah  ke  mari  bocah  ayu!
Kakangmas ingin segera membelaimu!”
“Wirr-wirrr-wirrr…….  siutt-siuttttt!!”  Lima  Pedang  di
tangan  kelima  murid  Padepokan  Teratai  bergerak
menyerang dengan hebatnya, mendengar kata-kata yang
tidak  sopan  itu.  Gerakan  pedangnya  cepat  serta
bertenaga,  saling  melindungi  dan  saling  bantu  dalam
menyerang lawan. Sedangkan Nyi Resmi Suci melengking
nyaring  sambil  meloncat  tinggi  di  udara  pedangnya
bergerak membelah kepala!
“Huuahhh….. ganasnya! Ha-ha-ha-ha…….!”
Sambil  berputar  tangannya  bergerak  menangkis  lima
pedang,  sedangkan  ular  di  lehernya  menangkis  ujung
pedang yang menyerang dari atas! Para penyerang kaget
mendapat  serangan  balasan  dari  Iblis  Ular  Hijau  yang
sungguh  hebat.  Kedua  tangan  lawan  agaknya  kebal
karena  berani  menangkis  pedang  yang  disaluri  tenaga
dalam  tinggi. Anehnya  ular  hijau  itupun  dapat  menahan
pedang  yang  digerakkan  oleh  Nyi  Resmi  Suci  yang
mempunyai kepandaian tinggi!
Dalam  waktu  yang  tidak  terlalu  lama  Iblis  Ular  Hijau
dapat  menotok  tubuh  kelima  murid  Padepokan  Teratai
sedangkan pedang Nyi Resmi Suci terpental oleh sabetan
ularnya  yang  melilit  leher. Aneh  memang!  Ular  hijau  itu
mampu  menahan  bacokan  pedang  dan  malah  dapat
membuat  pedang  yang  dipegang  dengan  tangan  penuh
tenaga  dalam  itu  terpental.  Ular  itu  pastilah  bukan  ular
biasa, akan tetapi ular siluman!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Hati  Nyi  Resmi  Suci  menjadi  mencelos  melihat
kenyataan ini, betapa tidak? Pedangnya bukanlah pedang
biasa serta dialiri oleh tenaga dalamnya yang juga sudah
mencapai  tingkat tinggi, kenapa sekarang bagaikan  tidak
berdaya  menghadapi  durjana  ini?  Berbagai  pertanyaan
memenuhi benaknya, tapi  tiba-tiba melesat sinar hijau ke
arah  dadanya  dan…….  tanpa  dapat  dicegah  iagi  ular
hijau telah mematuk dadanya.
Begitu  terkena  patukan  Nyi  Resmi  Suci  roboh  dengan
tubuh berubah menjadi hijau. Ular itu lalu  merobek kulit
dada  lalu  menyelusup  masuk  mengambil  jantung
korbannya.  Sedangkan  tuannya  berdiri  bersedakap
sambil mulutnya komat-kamit membaca mantera.
Tiba-tiba  tubuh  yang  telah  tertotok  lemas  itu  dapat
bergerak  lalu  menari-nari  di  depan  si  Iblis  sambil
melepaskan  pakaiannya  satu  persatu.  Sepasang  mata
yang  berwarna  hijau  itu  semakin  bercahaya  membuat
kelima  orang  wanita  itupun  menari  semakin  menggila,
menari  tidak  menurut  aturan  lagi,  hanya  menggoyanggoyang  seperti  orang  kepanasan  yang  haus  kenikmatan
dunia!  Tiba-tiba  mereka  berlima  berguling  di  tengah
sanggar  lalu  telentang  bergoyang  ke  kanan  kiri  dengan
hebatnya.  Melihat  ini  si  Iblis  Ular  Hijau  maju  menubruk
menyerang  mereka  satu  persatu,  menyerap  sari
kehidupan  dara-dara  suci  ini.  Empat  orang  gadis  telah
layu  dibuatnya,  tetapi  ketika  akan  menyerang  dara
kelima  tiba-tiba  terdengar  suara  ayam  berkokok,
menandakan sebentar lagi pagi akan datang menjelang!
Iblis  Ular  Hijau  kaget  sekali,  tangannya  melayang  ke
arah  si  gadis  tanpa  menengok  lagi  lalu  berkelebat  pergi
dari  tempat  itu  dengan  cepat  untuk  mencari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
persembunyian  buat  dirinya.  Dalam  sekejab  tubuhnya
telah hilang ditelan kabut pagi!
Dara itu telah pingsan dengan tubuh berubah menjadi
hijau,  ternyata  dia  telah  terkena  pukulan  yang
mengandung  racun  hijau!  Tidak  lama  setelah  si  Iblis
pergi, seorang cantrik  setengah tua bangun dari  tidurnya
mau membersihkan sanggar pamujan seperti biasa yang
dia  lakukan  setiap  harinya.  Pekerjaan  rutin  setiap  pagi
hari!
“Jagad  Dewa  Bathara……  Duh  Gusti,  apa  yang  telah
terjadi di sini? Kenapa mereka terbunuh dengan demikian
kejamnya?”  Ketika  dia  mendekati  gadis  yang  termuda,
ternyata  gadis  itu  masih  hidup.  Begitu  melihat
kedatangannya, gadis itupun  lalu menceritakan apa yang
telah  terjadi  yang  menimpa  dia  dan  teman-temannya,
serta gurunya!
“Dari  cantrik  itulah  berita  tentang  Iblis  Ular  Hijau
tersebar.  Sekarang  agaknya  iblis  itu  mulai  mengganas
sampai  di  sini.”  Kata  Dikun  kepada  Marto,  menutup
ceritanya  tentang  mengganasnya  si  Iblis  Ular  Hijau!
Dikun selesai bercerita lalu minum kopinya!
Dua ekor kuda dilarikan kencang di  jalan depan kedai
itu menuju ke timur. Kuda yang di depan berwarna hitam
dengan totol-totol kelabu, seorang muda bertubuh tegap
duduk  di  atas  pelana  dengan  tegak  dan  anggunnya.
Wajahnya  menunjukkan  betapa  dia  sedang  diianda
kesusahan. Di  belakangnya berlari  pula dengan cepatnya
kuda  coklat  kemerahan  dengan  seorang  penunggang
yang  tidak  kalah  tampan  dibandingkan  pemuda  yang  di
depan.  Wajahnya  berseri  penuh  senyum,  melihat  ke
depan dengan tajam, lirikannya dapat meruntuhkan para
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
gadis.  Sayang  sekali  sinar  matanya  itu  seperti
mengandung misteri!
Kedua  orang  muda  itu  menujukan  kudanya  ke  arah
rumah  Raden  Purwolumakso  yang  sedang  tertimpa
musibah kematian anak tunggalnya Astuti. Begitu sampai
di  depan  regol,  orang  muda  yang  di  depan  meloncat
turun bagaikan melayang saja. Tahu-tahu tubuhnya telah
berada  di  ruang  tengah.  Berlari  masuk  ke  dalam  kamar
yang  masih  penuh dengan  orang  yang  sedang  berusaha
untuk merawat Raden Purwolumakso dan isterinya.
Orang-orang  yang  melihat  kedatangannya  menghela
napas  panjang,  merasa  kasihan  sekali  akan  nasib  si
pemuda.  Begitu  masuk  kamar,  pemuda  ini  mendelong
melihat  keadaan  Raden  Purwolumakso  serta  isterinya.
Mereka  berdua  saling  berpelukan  duduk  di  sudut  kamar
dengan muka seperti kertas pucatnya.
”Rama…..  rama  sadarlah…..  hamba  Sarpojati…..
menantu  rama!”  Ternyata  anak  muda  yang  datang
dengan  terburu-buru  itu  adalah  menantu  Raden
Purwolumakso  sendiri.  “Ular  hijau…….  hiiiii…..  ular
hijau….. hiiiii …….
“Sadar  rama……  hamba  Sarpojati.  Menantu  rama!”
Sarpojati  berkata  sambil  mengguncang  pundak
mertuanya  untuk  menyadarkan,  akan  tetapi  yang  keluar
dari mulut ramanya hanya ‘ular hijau…. ular hijau’ saja!
“Sabarlah,  ngger  Sarpojati.  Tenangkan  dulu  dirimu,
jangan  tergesa-gesa  untuk  menyadarkan  Kangmas
Purwo.  Ini  aku  pamanmu  ada  di  sini!”  Raden
Harjorumekso  menenangkan  Sarpojati  yang  baru  datang
dengan penuh emosi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Aduhhh….. paman! Kenapa ini mesti terjadi, mengapa
menimpa  diriku……  kenapa,  Paman?  Apa  salah  dan
dosaku, Paman?”
“Nyebuttt….. ngger, nyebuttt!”
Sarpojati menyebut kebesaran Asma Allah lalu menarik
napas  panjang  tiga  kali,  wajahnya  pelan-pelan  menjadi
tenang serta dapat berpikir dengan tenang. Sarpojati lalu
melihat  seke-lilingnya,  dia  melihat  Raden  Harjorumekso
suami  isteri  telah  berada  di  kamar  itu  memandangnya
dengan penuh rasa kasihan!
“Maafkan  saya,  Paman.  Saya  telah  khilaf,  terlalu
menuruti  dorongan  hati  yang  penuh  dengan  kedukaan
karena mendengar tentang tewasnya diajeng Astuti.”
“Paman  maklum,  ngger.  Paman  sendiri  juga  begitu
ketika kemarin datang ke sini.”
“Sebetulnya apakah yang  telah  terjadi di  sini, Paman?
Mengapa  kanjeng  rama  berulang-ulang  menyebut  ‘ular
hijau, ular hijau’ sambil terbelalak seperti itu?”
“Mari  kita  keluar  dari  kamar  ini,  lebih  baik  kita  bicara
dengan  tenang  di  depan.  Kulihat  tadi  kakakmu
Sarpowulung  juga  datang.  Marilah  kita  bicarakan  ini
dengan kakakmu pula, aku ingin  minta pertimbanganmu
serta  kakakmu  mengenai  hal  ini!”  Raden  Harjorumekso
mengajak  Sarpojati  keluar  dari  kamar  itu.  Sarpojati
mengikuti  pamannya  menuju  ke  ruang  depan  di  mana
kakaknya  telah  duduk  menanti  dengan  tenang.  Melihat
keduanya  berjalan  keluar  Sarpowulung  bangkit  berdiri.
Raden  Harjorumekso  lalu  duduk  menghadapi  kedua
kakak  beradik  Sarpo.  Dengan  tenang  dia  lalu
menceritakan  apa  yang  telah  menimpa  keluarga  kakak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kandungnya.  Semua ini  diketahuinya  dari  cerita  para
pembantu  rumah  tangga  Raden  Purwolumakso  yang
telah me-nemui dirinya untuk minta pertimbangan!
“Iblis  laknat  kurang  ajar!  Berani  mengganggu  kumis
harimau!”  kata  Sarpowulung  berdiri  sambil  meremasremas  sandaran  kursinya.  “Kreesss,  kreeesss!!”  Kayu
sandaran  kursi  tempat  duduk  Sarpowulung  hancur
menjadi  tepung  halus.  Tidak  kuat  menerima  luapan
amarah Sarpowulung!
Raden  Harjorumekso  kaget  melihat  hal  ini,  sungguh
hebat  tenaga  dalam  yang  diperlihatkan  oleh  anak  muda
yang  duduk  di  depannya  itu.  Diapun  lalu  meminta
keduanya  untuk  tinggal  di  rumah  itu,  juga  berusaha
untuk  memulihkan  ingatan  kakaknya  yang  terganggu
akibat  musibah  itu.  “Baik,  Paman.  Saya  dan  kangmas
Sarpowulung  akan  berusaha  menyembuhkan  kanjeng
rama,  serta  akan  kucari  Iblis  Ular  Hijau  itu  untuk
membalaskan sakit hati  diajeng Astuti.” Sarpojati berkata
sambil memandang kakaknya meminta persetujuan.
“Baik  dimas.  Aku  akan  membantumu  untuk  mencari
pembunuh  tunanganmu  sampai  berhasil!”  Sarpowulung
memberikan janjinya.  Raden  Harjorumekso  mengangguk
senang  melihat  semangat  kedua  teruna  itu.  Mereka
bertiga  melanjutkan  pembicaraan  itu  sampai  lama,
ketiganya  terlibat  dalam  pembicaraan  yang  serius
tentang  cara  menuntut  baias  kepada  durjana  yang  telah
menghancurkan kehidupan Raden Harjorumekso!
Pelayanpun  datang membawa nampan berisi makanan
dan minuman, menaruhnya di meja, lalu kembali mundur
ke dalam meneruskan kembali pekerjaannya sehari-hari.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Isteri Raden  Harjorumekso  memasuki  ruang  depan
dengan kedua mata merah karena ter-lalu banyak tangis,
duduk  di  dekat  suaminya.  Ikut  pula  bicara  dengan
mereka sampai larut malam!
(OodwkzoO)
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bab 5
BULAN  bersinar  dengan  terangnya  yang  lkjlembut
berwarna  kuning  keemasan,  cahayanya  yang  redup  itu
membuat  suasana  malam  itu  menjadi  makin  romantis
untuk  pasangan  muda-mudi  yang  sedang  dalam  masa
pacaran.  Di  dalam  taman  bunga  di  belakang  rumah  Ki
Demang Mardawa di  desa  Kandangan nampak sepasang
teruna  sedang  memadu  kasih.  Malam  telah  semakin
larut,  akan  tetapi  kedua  nya  masih  terlena  oleh
keindahan  yang  dicipta  kan  oleh  cahaya  sang  rembulan
yang sudah bulat penuh itu!
“Kangmas  Jaka,  aku  sungguh  merasa  bahagia  sekali
malam  hari ini.  Entah  mengapa  aku  tidak  ingin  berpisah
lagi  dari  sisimu,  kangmas.”  Sambil  berkata  demikian
Marsini merapatkan tubuhnya.
“Akupun  juga merasakan  hal  yang  sama  seperti  yang
kaurasakan  itu,  diajeng  Marsini.”  Jaka  menjawab  sambil
melingkarkan  tangannya  di  pinggang  yang  nawon  kemit
(ramping)  Marsini.  Mereka  berdua  lalu  bisik-bisik  mesra,
tidak merasakan udara yang bertambah dingin di  malam
itu.  Dunia  ini  bagaikan  milik  mereka  berdua  saja,  tidak
ada  lagi  kesusahan  yang  dapat  mengganggu  atau
memisahkan mereka berdua pada saat itu!
“Srett-seet-srett-seeett!!”  Suara  sandal  di-seret
memasuki  jalan  menuju  ke  taman,  tidak  berapa  lama
kemudian Ki Demang Mardawa telah berada di  belakang
kedua  muda-mudi  yang  sedang  terlena  dalam  buaian
sang  Dewa  Asmara.  Keduanya  sama  sekali  tidak
mengetahui  kedatangan orang  tuanya sehingga keadaan
ini  membuat  Ki  Demang  menggeleng  kepala.  Sungguh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hebat pengaruh  Dewi  Bulan  terhadap  sepasang  remaja
yang dimabok cinta ini!
“Eehhhemmmm!” Ki Demang berdehem.
Kedua  teruna itu kaget sekali mendengar suara orang
berdehem di  belakang mereka! Menengok dan keduanya
wajahnya  berubah  menjadi  ke-merahan  ketika
mengetahui  bahwa  yang  berdiri  di  belakang  mereka
adalah Ki Demang Mardawa sendiri!
“Ayah…..  sudah  lama  ayah  berada  di  sini?”  Marsini,
bertanya.
“Bapa  Demang!”  Jaka  juga  berdiri  membungkuk
hormat.
“Hemmm…..,  anak  muda  kalau  sudah  berdua  di
malam  terang  bulan  lupa  segalanya!  Yang  ada  hanya
kekasih hatinya. Ha-ha-ha……”
“Ahhh,  ayah  bisa  saja!”  Jaka  hanya  tersenyum  malu,
tidak kuasa untuk membuka mulut karena merasa likat!
“Ha-ha-ha-ha…….  aku  tidak  marah,  Mar.  Aku  tahu
semua  ini……  aku  juga  pernah  muda  lho  Mar!”  Ki
Demang tertawa lagi melihat keduanya berhal seperti itu.
Akan  tetapi  sebagai  orang  tua  Ki  Demang  melihat
bahayanya  kalau  sedang  duduk  berdua  di  bawah  terang
bulan  purnama,  mungkin  tidak  disadari  oleh  sepasang
teruna ini. Suasana yang romantis dapat membuat orang
lupa diri dan melakukan hal yang terlarang. “Jaka, malam
telah  mulai  larut. Sebaiknya  kau  pulang  dulu, besok  kau
dapat  bertemu  dengan  anakku  kembali.  Aku  tidak
melarang  kalian  bergaul  dengan  akrabnya,  akan  tetapi
harus  diingat  bahwa  setan  selalu  rnenggoda  manusia
tatkala mereka sedang dibuai oleh nikmatnya dunia!”
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Ahhh, ayah.  Kami  berdua  dapat  menjaga  diri.  Tidak
akan  melakukan  hal  yang  telah  ayah  dan  ibu  ajarkan.
Kami  saling  menjaga  diri,  ayah!”  Marsini  membantah
ayahnya.
Jaka  pun  mengangguk  pelan.  “Betul  rama.  Kami
berdua  tahu  mana  benar  mana  salah!”  Jaka  juga
menimpali  kekasihnya,  memperkuat  keterangan
tunangannya.
“Ayah  tahu…..  ayah  tahu!  Aku  percaya  kepada  kamu
berdua.  Kalau  tidak  percaya  masa  aku  memperbolehkan
kalian berdua saja di taman di malam yang sunyi ini!”
“Terima  kasih,  ayah.”  Hampir  berbareng  Jaka  dan
Marsini berkata.
“Nah,  sekarang  marilah  masuk  ke  dalam!  Jaka,  kalau
kau  ingin  menikmati  malam  bulan  purnama  ini,  ayo  kita
bermain catur di ruang depan.”
Mereka bertiga lalu bertindak pergi ke depan!
“Ha-ha-ha-ha……!  Kata-kata  kosong  kakek  ompong
seperti gentong kosong melompong, ha-ha-ha…..!”
Ketiga  orang  itu  menjadi  kaget  sekali  ketika
mendengar  kata-kata  ini.  Mereka  celingukan  mencari
siapa  yang  telah  mengeluarkan  tawa  serta  berkata  tidak
karuan di taman itu!
“Di  sana  ayah.  Itu  di  atas  menara  di  ujung  taman!”
Marsini berteriak memberi tahu ayahnya.
Benar!  Di  ujung  menara  rumah  kecil  itu  berdiri
seorang  laki-laki  bertubuh  tinggi  besar,  berkulit
kehijauan, nampak jelas karena orang itu tidak memakai
baju.  Wajahnya  juga  menyeramkan  dengan  sepasang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mata  yang  berwarna  hijau  dan  mulut  bercaling  itu.
Apalagi  seekor  ular  yang  bergerak-gerak  di  leher  itu
menggantungkan kepala di dada!
“Iblis  Ular  Hijau!!”  Hampir  berbareng  ketiganya
berseru.
Ki  Demang  Mardawa,  Jaka,  mencabut  senjata
kerisnya,  siap  menghadapi  bahaya  yang  mengancam
Marsini dengan kedatangan iblis di rumah mereka ini!
“Heii,  Demang  tua  bangka,  hayo  bawa  ke  sini  anak
gadismu itu!” perintah Iblis Ular Hijau. “Aku akan segera
pergi  serta  tidak  akan  membunuh  seluruh  penghuni
rumah ini, kalau kau menyerahkan anakmu!”
“Bangsat! Langkahi  dulu mayat kami berdua, baru kau
akan dapat membawa pergi  anakku!”  Bentak  Ki Demang
marah.  Tangan  kirinya  bergerak  mendorong  ke  depan.
Nampak bola api melayang ke arah iblis itu berdiri.
”Mainan  anak  kecil  kautunjukkan  padaku.  Ha-haha……”  Iblis  Ular  Hijau  menggerakkan  tangan  kirinya
mengibas  ke  depan.  Dari  tangan  nya  keluar  bola
kehijauan menerjang ke arah bola api!
“Duaaarrrrr !” Ledakan dahsyat  terdengar ketika kedua
bola api itu beradu di tengah udara!
Ki Demang kaget melihat lawannya dapat menyambut
pukulan  tangan  apinya  dengan  mudah.  Tangan  kirinya
lalu  bergerak ke depan berulang-ulang mengibas dengan
bola-bola  api  yang  bagaikan  meteor  terbang  menerjang
lawan.
Iblis  Ular  Hijau  juga  menggerakkan  tangan
menyambut! Dan ledakan pun  terdengar bagaikan orang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyulut mercon  renteng  di  kala  pesta  kembang  api!
Memang  indah  dilihat  bola  api  kemerahan  meluncur  ke
depan  disambut  bola  kehijauan  yang  juga  meluncur
datang.  Seakan  di  taman  itu  sedang  mengadakan  pesta
ulang  tahun  dengan  menyalakan  kembang  api  berwarna
merah dan hijau !
Ledakan  saling  susul  itu  membangunkan  seluruh
penghuni  rumah  Ki  Demang  Mardawa.  Mendatangkan
para  penjaga  yang  sedang  bertugas.  Dengan  membawa
senjata  mereka  mendatangi  taman  di  belakang  rumah
itu.
“Siut-siut-siut!!!”  Bagaikan  hujan  anak  panah  dari
tangan  penjaga  meluncur  menuju  ke  sasaran.  Akan
tetapi  Iblis  Ular  Hijau  hanya  berdiri  diam,  menerima
serangan anak panah penjaga dengan dada terbuka. Ular
hijau dilehernya bergerak berputaran dan….. anak panah
yang mengarah wajah tertangkis patah! Sedangkan anak
panah  yang  mendarat  di  dada  terpental  kembali  malah
ada yang patah begitu menimpa dada!
“Tung tung tung tung tung tung!”
Salah  seorang  penjaga  memukul  kentungan  untuk
memberi  tanda adanya bahaya yang mengancam rumah
Ki  Demang  Mardawa.  Bunyi  kentungan  pun  sambung
menyambung  memenuhi  udara  di  malam  yang  dingin  di
desa  Kandangan!  Mendengar  ini  Iblis  Ular  Hijau  menjadi
kaget,  dia  tidak  gentar  menghadapi  semua  orang  yang
berada  di  Kandangan  ini,  tapi  kalau  pertempuran  terjadi
sampai  pagi,  dan  dia  tidak  dapat  membasmi  semua  dia
dapat celaka!
Belum  juga  beranjak  pergi  nampak  meluncur  bungabunga  kecil  berwarna  merah  menghujani  tubuhnya,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bagaikan jala  yang  menjaring  ikan.  Semua  jalan  keluar
telah  tertutup  oleh  luncuran  bunga  berwarna  merah!
Melihat  cepatnya  luncuran  bunga  itu,  iapun  maklum
bahwa  bunga  itu  mengandung  tenaga  dalam  yang  tidak
kecil.  Maka  untuk  mempercepat  waktu  tangan  kanannya
bergerak  ke  leher,  menarik  ular  hijau  dan  memutarnya
melindungi tubuhnya!
“Ting-tang-ting-tang-ting-tang!!”  Berulang  kali  ular
hijaunya menangkis bunga yang datang. Hebat sungguh
kekuatan  ular  hijau  itu,  sanggup  menangkis  luncuran
senjata  bunga  yang  dikirim  dengan  tenaga  dalam  yang
hebat  itu!  Bola  api  kembali  datang  dari  arah  Ki  Demang
juga  dari  luar  sekarang  meluncur  pula  gulungan  sinar
putih  bagai  dua  kitiran  menerpa  tubuhnya!  Iblis  Ular
Hijau  melengking  nyaring  sambil  meloncat  tinggi  di
udara, lalu membalik berputar-putar di udara seperti roda
hijau menggelinding di  tengah udara pergi meninggalkan
tempat itu!
“Ting-ting……. darrrr-daarrrr!!”
Ternyata  pukulan  api  dari  Ki  Demang  yang  luput
mengenai  tubuh  Iblis  Ular  Hijau  bertemu  dengan
sepasang sinar pedang dari  dara yang berpakaian merah
muda  yang  berputar  cepat  dengan  dilambari  tenaga
dalam tingkat tinggi!
Begitu  mereka  melihat  ke  arah  roda  hijau  yang
berputar pergi, mereka semua tercengang! Ternyata Iblis
Ular  Hijau  telah  tidak  nampak  lagi.  Roda  hijau  itu
bagaikan asap saja terbang terbawa angin ke arah utara,
hilang dalam rimbunnya pepohonan!
“Turunlah ke sini,  bocah ayu! Aku ingin meminta maaf
karena  bola  apiku  telah  menyerangmu!”  Ki  Demang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mardawa meminta  dara  berpakaian  merah  muda  itu
turun.  Pemudi  yang  berusia  lima  belasan  tahun  itupun
lalu  melayang  turun  ke  arah  Ki  Demang  dengan
ringannya, seakan awan yang terdorong pergi oleh angin
kencang!
Begitu  dapat  melihat  jelas,  semua  orang  memandang
kepada dara ini dengan kagum, pakaian merah muda itu
membuat  kulit  tubuhnya  yang  kuning  langsat  seakan
bercahaya.  Rambutnya  yang  hitam  panjang  dikepang
dua  diberi  tali  pita  sutera  berwarna  merah  tua.  Apabila
kepalanya  bergerak  maka  kepang  itu  pun  seakan  hidup
dan  berpindah  tempat.  Kadang  kedua  kepang  di  depan
pundak  terkadang  hanya  satu  saja  yang  di  depan
sedangkan  lainnya  di  belakang.  Sangat  serasi  sekali
dengan  wajah  yang  cantik  dihiasi  oleh  sepasang  mata
bersinar  tajam  seperti  mata  burung  merak!  Cantik
menarik  serta  nampak  gagah  dengan  gagang  sepasang
pedang di punggung!
“Nini,  maafkan  paman  yang  tadi  tidak  tahu  akan
kedatanganmu  dan  menggantikan  tempat  si  iblis,
membuat nini terancam oleh bola apiku.”
“Tidak  mengapa,  Paman.  Saya  tahu  paman  tidak
sengaja  menyerang  saya.”  jawabnya  halus.  Tersenyum
manis sehingga nampaklah lesung pipit di pipi kirinya!
“Idiiiihh,  cantik  jelita,  pandai  silat  dan  masih  remaja
lagi. Adikku yang cantik ayu, aku bernama Marsini, puteri
Ki Demang.” Marsini mendekat lalu menggandeng tangan
dara itu dan menariknya.
“Ahh, mbakyu ini bisa saja! Kayak gini dikatakan cantik
jelita? Ngeledek nih yeee!”
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Benar  nini,  puteriku  tidak  berkata  bohong.
Kenyataannya  memang  demikian!”  Ki  Demang  Mardawa
menimbrung.  “Tidak  bocah  ayu,  sebetulnya  siapakah
engkau  ini?  Bagaimana  sampai  engkau  dapat
membantuku mengusir iblis itu dari tempat ini?”
Mereka  berempat  lalu  duduk  di  ruang  tengah.
Mendengar  pertanyaan  Ki  Demang,  dara  jelita  berbaju
merah muda itu tersenyum manis sekali lalu menjawab.
“Begini,  Paman.  Aku  adalah  puteri  tunggal  Raden
Harjorumekso,  ayah  bundaku  memanggilku  Mawarsari.
Dan  kebetulan  saja  aku  dapat  mengetahui  bahaya  yang
mengancam  di  kademangan  ini,  sebetulnya  tujuanku  ke
mari  adalah  menyusul  ayah  ibuku  yang  pergi  ke  tempat
uwaku  Raden  Purwolumakso  yang  baru  ketimpa
musibah.”
“Jadi……  kau  ini  anaknya  Kakang  Harjorumekso?  We
lha da lah….. lha kok sudah pangling aku? Kau anak kecil
yang  suka  nangis  kalau  tidak  dituruti  permintaanmu  itu!
Heh-heh-heh-heh…..!”  Ki  Demang  terbelalak  dan
berdecak berkali-kali.
”Benar, Paman.”
“Toooobiiilllll…..  diajeng  Mawarsari  kiranya  ini?  Betulbetul  aku sudah tak mengenalmu lagi.” Marsini  mencubit
lengan Mawarsari, gemas! Dia merasa dipermainkan oleh
dara  ini,  sebetulnya  hubungan  mereka  sangatlah  erat  di
waktu mereka masih kanak-kanak.
“Aduuuuhhhhh! Ini Iho kangmas Jaka, mbakyu Marsini
nakal?”
Merekapun  tertawa  hampir  berbareng  melihat  ulah
dara  ini.  Memang  anak  ini  sedari  kecil  sudah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menunjukkan watak  yang  jenaka  dan  galaknya  bukan
main.  Merekapun  lalu  melanjutkan  silaturahmi,  Ki
Demang lalu memanggil seorang penjaga untuk memberi
tahu  bahwa  Mawarsari  akan  menginap  di  rumahnya.
Penjagapun  berlalu,  menuju  rumah  Raden
Purwolumakso.  Memenuhi  Raden  Harjorumekso
menyampaikan pesan atasannya, Ki Demang Mardawa!
(OodwkzoO)
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bab 6
RUMAH  MAKAN  di  sebelah  utara  pasar  itu  ramai
dikunjungi  orang. Kebanyakan pendekar yang memenuhi
tempat itu  adalah para pendekar yang memakai  pakaian
serta menyandang senjata yang aneh-aneh. Nampak tiga
orang  setengah  tua  dengan  mengenakan  baju  berwarna
hijau tua duduk  di  sudut, mereka bicara berbisik-bisik. Di
dekat jendela yang menghadap ke jalan raya duduk  pula
seorang pemuda yang berwajah  tampan seorang diri.  Di
antara  pemuda  tampan  dan  tiga  orang  setengah  tua
berpakaian  warna  hijau  itu,  duduk  dua  orang  yang
bertampang  keren  dengan  badan  tinggi  besar.  Mereka
mengenakan  rompi  terbuat  dari  kulit  harimau  tutul,
membuat keduanya nampak angker sekali.
Masih  banyak  pula  pengunjung  yang  lain,  mereka
duduk  mengelilingi  meja  sambil  bercakap-cakap  dengan
bermacam-macam  dialek.  Perbincangan  mereka  itu
kebanyakan hanya berkisar tentang munculnya Iblis Ular
Hijau  yang  gagal  mengganas  di  rumah  Ki  Demang
Mardawa beberapa malam yang lalu!
“Memang  iblis  itu  sungguh  piawai,  anak  panah  yang
menghujaninya hanya didiamkan saja dan serangan bola
api  Ki  Demang  yang  jarang  dapat  ditahan  lawan  itu
hanya  dikibas  pelan,  seakan  semua  serangan  itu
hanyalah  permainan  kanak-kanak  saja!”  kata  seorang
laki-laki  yang  berkumis  seperti  Raden  Gatot  kaca  yang
duduk di dekat si pemuda tampan berbaju putih.
“Tapi  yang  lebih  hebat  lagi  adalah  dara  berpakaian
merah  muda  yang  begitu  datang  telah  membuat  si  Iblis
itu  lari,”  teman  bicaranya  menimpali.  “Kalau  saja  dara
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
remaja  itu  tidak  datang!  Entah  apa  jadinya  dengan
keluarga Ki Demang?”
“Menurut  yang  kudengar  anak  itu  dari  Padepokan
Teratai di lereng Gunung Merapi.”
“Benar  kang.  Dia  malah  masih  keponakan  dari  Raden
Purwolumakso katanya.”
Pemuda  baju  putih  mendengarkan  dengan  penuh
perhatian,  dia  sudah  banyak  mendengar  tentang
keganasan yang dilakukan oleh Iblis Ular Hijau di  sekitar
lereng  Gunung  Merapi.  Maka  begitu  dia  mendengar
pembicaraan  mengenai  iblis  itu,  perhatiannya  ditujukan
untuk  mengetahui  lebih  banyak  lagi  data-data  tentang
iblis  itu!  Tiba-tiba  dari  luar  masuklah  lima  orang
bertampang  keren.  Begitu  masuk  mereka  lalu  duduk  di
meja kosong dekat dengan jendela.
“Brakkkk….!!” Hampir berbareng golok itu dilemparkan
ke  meja,  membuat  semua  pengunjung  rumah  makan
menengok! Tapi lima orang itu tidak peduli dengan para
pengunjung  yang datang terlebih dahulu.  Seakan tempat
itu tidak ada orangnya sama sekali!
“Pelayan….. cepat bawa ke sini lima ekor ayam bakar!”
teriaknya keras sekali. Tanpa sopan santun sama sekali.
“Jangan lupa tuaknya sekalian!” sambung temannya.
“Ha-ha-ha……  hayo  cepat  tuanmu  sedang  kelaparan!”
Sambung pula yang lain.
Pelayan  rumah  makan  itu  agaknya  telah  mengenal
mereka  berlima.  Pesanan  cepat  sekali  terhidang  dan
seorang  pelayan  gemuk  membawa  pesanannya  berjalan
dari  dapur  rumah  makan,  tergesa-gesa  dia  melewati
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
meja-meja yang  penuh  dengan  pengunjung  itu.  Begitu
pelayan  menghampiri  dekat,  ketika  melewati  dua  orang
berompi  macan  tutul,  kakinya  terpeleset.  Nampan  berisi
lima ekor ayam serta guci tuak melayang ke udara, isinya
tumpah  menyiram  kelima  orang  itu.  Isi  tuak  menyiram
orang yang duduk di  kanan kiri meja dan dua ekor ayam
mengenai muka dua orang yang duduk dekat jendela!
Lima  orang  itu  menjadi  marah  sekali,  salah  seorang
yang  duduk  paling  dekat  dengan  si  pelayan  gendut
kakinya melayang ke belakang cepat sekali.
“Bleekkkkk!”  tanpa  ampun  lagi  perut  yang  besar
membusung  ke  depan  terkena  tendangan  dan  tubuh
gempal itu melayang ke belakang!
“Toolooongggggg……..!”
Sebuah  tangan  menyambar  ke  udara  dan  tubuh
pelayan  gendut  dapat  terhenti,  tidak  sampai  jatuh
menimpa  meja.  Tangan  itu  memegang  tubuh  yang
gendut  seperti  mengangkat  benda  ringan  saja,
menurunkannya  di  lantai.  Pelayan  gendut  gemetaran
saking  takutnya  ketika  tubuhnya  melayang!  Setelah
mengucapkan  terima  kasih,  pelayan  itupun  masuk  ke
dalam ruang belakang sambil berlari. Ternyata celananya
telah basah kuyub!
Dua orang yang bertampang keren itu bang kit berdiri
menghampiri kelima orang yang bersikap ugal-ugalan itu.
Salah seorang menegur dengan halus.
“Maaf,  saudara.  Kuminta  anda  berlima  dapat  bersikap
sopan  di  tempat  umum.  Menghargai  orang  lain  yang
berada di sini!”
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kelima  orang  itu  berdiri,  tangan  kanannya  mengambil
golok  di  meja.  Orang  yang  tadi  menendang  si  pelayan
membentak. “Peduli  apa kalian dengan urusan kami, toh
kami tidak me rugikan kamu!”
“Jangan  suka  mencampuri  urusan  orang,  kalau  tidak
ingin kuhajar!” sambung yang lain.
“Buuusyeeeet…..  baru  memakai  rornpi  macan  sudah
merasa  jagoan!  Apa  kalian  tidak  mengenal  kami
berlima?” orang ke tiga mengejek.
“Kamilah  Lima  Harimau  Magedang!  Jagoan  yang  tak
terkalahkan!”
“Maaf, maaf….. kiranya kami berhadapan dengan Lima
Kecoa Magedang!”
Mendengar  jawaban  ini  kelima  orang  itu  menjadi
matah  bukan  main.  Tanpa  member!  kesempatan  lagi
mereka lalu maju mengeroyok dua orang berompi macan
tutul  itu!  Lima  orang  itu  bersilat  dengan  mengeluarkan
gereng  an  keras,  seakan  mereka  benar-benar  harimau
yang  menjadi  raja  rirnba.  Akan  tetapi  mereka  kecele,
ternyata  kedua  orang  lawannya  itu  benar-benar
berkepandaian  tinggi,  malah  baru  saja  beberapa  jurus
saja mereka berlima telah mendapat hadiah pukulan dan
tendangan beberapa kali! Tanpa malu mereka rnencabut
golok  lalu  menyerang  kedua  lawannya  yang  masih
bertangan kosong!
Pertempuran  ini  membuat  ruangan  itu  menjadi  tidak
karuan,  banyak  meja  kursi  rusak  tertendang  atau
ditendang  minggir,  untuk  membuat  lapang  arena
pertempuran!  Kelebatan  lima  batang  golok  yang
mencecar  lawan  bagai  kan  hujan  deras  yang  turun  dari
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
langit.  Anehnya  kedua  pendekar  berompi  macan  tetap
tidak  rnencabut  senjata  mereka,  hanya  bergerak  cepat
mengelak lalu  balas menyerang tak kalah berbahayanya!
Perkelahian  itu  menjadi  bertambah  seru  dan  matimatian!
“Ulaarr  hijaaauuuuu!  Iblis  ular  hijauuuu……dia……
dia……  iblis  itu…..  kepungggg!  Jangan  biarkan
lolosssss…..!”
Tiba-tiba  terdengar  teriakan  dari  luar  rumah  makan
itu.  Ketika  mereka  semua  menengok,  melihat  pemuda
berpakaian  putih  memasukkan  ular  hijau  ke  dalam  saku
baju!  Otomatis  perkelahian  itu  berhenti  dan  mereka
semua  lalu  mengepung  tempat  di  mana  pemuda  itu
berdiri!  Ada  pula  yang  mencegat  di  luar  rumah  makan.
Keadaan  menjadi  kacau  dalam  sekejap  mata  semua
orang telah mencabut senjata masing-masing. Mengingat
betapa pandainya Iblis Ular Hijau!
“Saya…..  saya  bukan  iblis…..  ini  salah  paham……
kalian  telah  salah  mengenali  orang!”  si  pemuda  kaget
dan berkata gagap.
”Buuunuuuhhhh…..! Seraanggg!! Keroyokkk!”
Entah  siapa  yang  beteriak  ini,  tahu-tahu  berkelebatan
banyak senjata menghujani  tubuh si pemuda. Si Pemuda
pun  lalu  memainkan  tongkat  pendeknya  untuk menahan
hujan  senjata,  tubuhnya  bergerak  dengan  lincahnya  di
antara kelebatan bermacam  senjata.  Begitu  tangan yang
memegang  tongkat  balas  menyerang,  dalam  sekali
serang  saja  tiga  orang  telah  terkena  totokan  ujung
tongkat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Cegah  dia  keluar  ruangan  ini!  Perketat
pengepungan!”
Sambil  mengelak  cepat,  Suryo  si  pemuda  baju  putih
itu  berusaha  untuk  menyadarkan  para  pengeroyoknya,
bahwa dia bukanlah Iblis Ular Hijau yang seperti mereka
tuduhkan!
Tongkatnya  bergerak  menangkisi  senjata  yang
meluruk  turun  ke  arah  tubuhnya,  begitu  ter-tangkis
banyak  senjata  berpentalan  terlepas  dari  tangan
pemiliknya!  Para  pengepung  ber-tambah  banyak,
berdatangan  dari  seluruh  penjuru  desa.  Suryo  pun
semakin repot menang-gulangi pengeroyokan ini, ia tidak
ingin  melukai  seorang  pun  lawannya.  Ia  tahu  bahwa
mereka  ini  telah  salah  paham,  mengira  dirinya  durjana
yang mengganas di sini!
“Tahannnn senjataaaa!! Munnduuuurrrrrr….!”
Di  depan  pintu  rumah  makan  itu  telah  berdiri  tiga
orang  teruna  yang  gagah  dan  cantik  jelita.  Para
pengepung  mendengar  teriakan  berwibawa  itu  berhenti
menyerang,  mereka  menengok  ke  arah  pintu.  Begitu
melihat  siapa  yang  datang,  mereka  lalu  mundur  untuk
memberi tempat ketiga teruna itu.
Suryo  pun  berdiri  tenang,  sepasang  matanya
mengawasi  tajam,  seluruh  indranya  siap  sedia
menghadapi segala bahaya! Dia memandang orang yang
baru  datang,  terpesona  melihat  kejelitaan  dara  yang
berdiri  di  tengah.  Pakaian  merah  muda  yang  ketat
membungkus  tubuh  itu  menonjolkan  keelokan
pemiliknya.  Sedang  di  kiri  si  dara  berdiri  pula  pemuda
tinggi  tegap  dengan  mata  yang  agak  kemerahan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sedangkan di  kanannya  berdiri  pula  pemuda  tampan
dengan sepasang mata yang penuh misteri!
“Benarkah kau memiliki ular hijau!” tanya dara itu.
Suryo tersenyum, merasa geli melihat dara itu ber-aku
kau  dengannya.  Seperti  sedang  menghadapi  sahabat
lama saja. “Benar, nona manis!”
“Setann!  Kalau  begitu  kau  tentulah  iblis  itu.  Sungguh
berani kau datang di siang hari!”
“Bukan, bukan…… aku bukan iblis…. aku….aku……”
Belum habis bicaranya Suryo menundukkan kepalanya
menghindari  sambitan  bunga  merah  yang melesat  bagai
kilat  cepatnya  itu.  Lalu  melangkah  ke  kiri  menghindari
tendangan  terbang,  tangan  kanan  menangkis  babatan
tangan ke arah leher!
“Siuuutttt-wuuusssss-plaakkkkkkk!!”
Ketiga  lawannya  kaget  melihat  pemuda  baju  putih  itu
dapat  menghindari  serangan  mereka  dengan  amat
mudahnya, seakan gerakan mereka itu bagaikan gerakan
anak  kecil  saja!  Mereka  sekarang  berlaku  lebih  hati-hati
serta  menyerang  lebih  teratur  dan  terarah.  Suryo  pun
lalu berusaha untuk menahan dengan menggunakan ilmu
silat  Mliwis  Putih  yang  sudah  mencapai  tingkat  tinggi
sekali.  Geraknya  perlahan  saja  dalam  menghindari
serbuan  serangan  bertubi-tubi  itu.  Berputaran  dan
melangkah ke kanan kiri,  semua pukulan dan tendangan
yang  menggebu  datang  dapat  dielak  kan  dengan
mudahnya,  seakan  tidak  mengeluar  kan  tenaga  sama
sekali!  Suryo  sama  sekali  tidak  menghendaki  adanya
pertempuran itu. Ia ingin  membuat mereka sadar bahwa
mereka  telah  salah  menduga,  bahwa  dirinya  bukanlah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Iblis Ular Hijau seperti yang mereka kira! Hanya kadangkadang saja dia membalas dengan satu dua kali  pukulan
untuk  mengurangi  cecaran  kaki  tangan  yang  datang
melanda,  bukan  sembarangan  tenaga  yang  tersalur  di
dalam  serangan  lawannya.  Apabila  ada  pukulan  yang
telak  mampir  di  tubuh,  mungkin  akan  membuat  dia
terjatuh  dan  menjadi  sasaran  hujan  senjata!  Sedang
seru-seru  pertempuran  itu,  dua  ekor  kuda  berhenti  di
depan  rumah  makan,  kedua  penunggangnya  turun
melangkah  memasuki  ruangan.  Salah  seorang  ketika
melihat  ke  arah  pertempuran  kaget  karena  dia  seperti
mengenal anak muda berpakaian serba putih itu. Diapun
lalu  berbisik  kepada  Ki  Demang  Mardawa,  menceritakan
siapa  adanya  si  pemuda.  Ki  Demang  Mardawa  kaget,
sepasang  matanya  terbelalak  memandang  lalu  iapun
membentak keras.
“Tahann!!  Nini  Mawarsari,  mundurlah.  Kedua  Sarpo
tahan dirimu, mundurlah dulu!!”
Ketiganya  lalu  meloncat mundur setelah melihat siapa
yang  menyuruh  mereka  untuk  menahan  diri,
menghentikan  pertempuran.  Suryo  pun  merasa  lega
melihat  siapa  yang  datang.  Dia  mengenal  Raden
Harjorumekso  yang  pernah  ditolongnya  di  tengah  hutan
itu.
“Maafkan  anakku yang tidak mengenalmu, nak Suryo.
Apakah  yang  telah  terjadi  di  sini  sehingga  kalian
berkelahi?”  Raden  Harjorumekso  bertanya  sambil
melangkah maju mendekati Suryo Lelono.
“Tidak ada apa-apa, paman. Terjadi  kesalah pahaman
di  sini,  saya  dikira  iblis  yang  membuat  bencana  akhir-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
akhir  ini!”  Sambil  tersenyum  manis  Suryo  membalas
permintaan maaf itu.
“Mawarsari,  ceritakan  apa yang terjadi! Kenapa  kalian
sampai mengeroyok anak muda ini?”
“Kami  bertiga  datang  di  sini  telah  terjadi
pertempuran.,  menurut  apa  yang  kami  dengar  pemuda
itu  adalah  Iblis  Ular  Hijau,  maka  kami  lalu
menyerangnya.”  Mawarsari  menceritakan  apa  yang
terjadi  sampai-sampai  dia  berkelahi  mengeroyok  si
pemuda.  Dia  tidak  mau  kalau  sampai  disalahkan  oleh
ayahnya karena telah membuat ribut lebih  dahulu.  Maka
sebelum  pemuda  baju  putih  yang  telah  dikenal  ayahnya
bercerita,  ia  mendahului.  Suryo  Lelono  yang
mendengarkan  hanya  tersenyum  saja,  maklum  akan
maksud gadis ini!
“Benarkah demikian, nak Suryo? Aku minta maaf kalau
anakku  telah  berbuat  salah  kepada  mu.”  Raden
Harjorumekso  berkata,  lalu  dia  mengenalkan  si  pemuda
kepada  semua  orang  yang  berada  di  tempat  itu.
“Ketahuilah,  anak  muda  ini  adalah  seorang  pendekar
yang  namanya  baru-baru  ini  melejit  setelah  kejadian  di
Wonowoso!  Dia  bukan  lain  adalah  Suryo  Lelono  yang
telah  menumpas  Iblis  Elang  Hitam!”  Mendengar  ini
kagetlah  semua  orang  yang  berada  di  situ.  Sungguh
tidak  disangka  bahwa  orang  yang  telah  mengalahkan
Iblis Elang Hitam masih seorang pemuda remaja! Mereka
memandang takjub si pemuda yang berdiri menundukkan
muka sambil tersenyum kemalu-maluan!
“Marilah  mampir  ke  tempatku,  nak  Suryo.  Aku  ingin
mohon  pertolonganmu  menghadapi  musibah  yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menimpa  kakak  kandungku.”  Ajak  Raden  Harjorumekso.
“Mungkin nak Suryo dapat memberi jalan keluarnya.”
Mereka  lalu  bersama-sama  meninggalkan  tempat  itu.
Ki  Demang  Mardawa  menemui  si  pemilik  rumah  makan
untuk  mengganti  kerugian  yang  terjadi  akibat
perkelahian itu. Semua pendekar yang berada di  tempat
itupun  lalu  membayar  makan  minum mereka  dan  pergi!
Tidak  berapa  lama  kemudian  tempat  itu  telah  menjadi
sunyi,  yang  ada  hanya  para  pelayan  yang  membetulkan
meja  kursi,  mengatur  sebagaimana  mestinya.  Menyapu
ruangan  yang  kotor  oleh  tumpahan  makanan  dan
minuman!
(OodwkzoO)
“Tolong ambilkan garam secukupnya!” Suryo meminta
garam  untuk  mengobati  Raden  Purwolumakso.  Dia
melihat  keadaan  yang  sangat  menyedihkan  sekali  dari
kedua orang tua itu. Suryo Lelono lalu duduk bersamadhi
di  dalam  kamar,  tidak  berapa  lama  kemudian  dia
mendapat  penglihatan!  Penyakit  yang  diakibatkan  oleh
ulah  si  Iblis  Ular  Hijau  dapat  dimusnahkan  atau
ditawarkan dengan GARAM! Begitu membuka mata Suryo
minta disediakan garam.
Dengan  air  yang  dicampur  garam,  Suryo  Lelono
memercik-mercikkan  air  itu  ke  tubuh  Raden
Purwolumakso  suami  isteri,  dan  dengan  bantuan
Mawarsari  meminumkan  sebagian  air  garam  kepada
suami  isteri  itu.  Sebelumnya  Suryo  telah  menotok  dulu
kedua  orang  itu  sehingga  menjadi  lemas  dan  dengan
mudah dia dapat melakukan pengobatan untuk mengusir
pengaruh dari ulah Iblis Ular Hijau.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Apa yang  terjadi?  Di  mana  anakku  Astuti?  mana
Eyang  Dukun  Sutokriyip  yang  menyembuhkan  anakku?”
Begitu  membuka  mata  Raden  Purwolumakso  bertanya.
Lalu  melihat  ke  sekeliling  ruangan!  Ia  melihat  dengan
heran ke arah adiknya Raden Harjorumekso dan isterinya
serta  anaknya  perempuan  duduk  mengelilingi  tempat
tidurnya.  Ketika  dia  menengok  ke  samping,  melihat  pula
mantunya Sarpojati  dan kakaknya si Sarpowulung berdiri
di  situ pula! Dia semakin bingung, memandang ke kanan
kiri minta penjelasan!
“Tenang kangmas, tenangkan diri  kangmas lebih dulu.
Ingat-ingatlah  dulu  apa  yang  sebe-tulnya  terjadi  dan
menimpa  anakmu  Astuti!”  Raden  Harjorumekso
menenangkan  kakaknya,  mendekat  untuk  duduk  di
pembaringan.
Mendengar  ini  Raden  Purwolumakso  memejamkan
kedua  matanya.  Terbayang  kembali  peristiwa  yang
menimpa  keluarganya!  Ingatiah  dia  ketika  mohon
pertolongan  Eyang  Dukun  Sutokriyip  untuk  mengobati
anaknya yang menderita penyakit  aneh dan dia bersama
isterinya melihat kejadian menyeramkan terjadi  di  kamar
puterinya  itu.  Saking  takutnya  bersama  isterinya  dia
saling  peluk  tidak  sadarkan  diri,  pingsan!  Kenapa
sekarang  adiknya  suami  isteri  serta  puterinya  berada  di
sini.  Pula  kenapa  anak  mantunya  si  Sarpojati  dan
kakaknya Sarpowulung juga berada di sini?
“Raksasa  hijau  dengan  berkalung  ular….hiiii…..!”
Sambil  membuka  mata  dia  berteriak  lalu  berusaha
bangun  sambil  melihat  jendela  dan  ke  seluruh  ruangan.
Ketika  itu  masuklah  seorang  pemuda  yang  tampan  dari
pintu,  langsung  menuju  ke  pembaringan.  Dengan  pelan
Suryo lalu  memegang  nadi  tangan  Raden  Purwolumakso
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lalu  memandang  matanya.  Tatapan-nya  yang  lembut
menenangkannya  tidak  berapa  lama  kemudian  Raden
Purwolumakso tertidur kembali.
”Untuk  sementara  dia  jangan  terganggu  emosinya,
nanti  setelah  agak  tenang  barulah  diajak  bicara  serta
menjelaskan apa yang telah terjadi.”
Merekapun  lalu  meninggalkan  kamar  itu  menuju  ke
depan.  Beberapa  hari  kemudian  nampak  Raden
Purwolumakso  suami  isteri  telah  sembuh  kembali.  Sinar
wajahnya  nampak  terang  berseri,  menerima  cobaan
dengan  pasrah,  sabar,  serta  mengambii  hikmah  dari
peristiwa  itu!  Ternyata  GARAM  yang  diberikan  untuk
mengobati penyakitnya sungguh manjur sekali. Air garam
itu  telah  mengusir  semua  penyakit  akibat  dari  kematian
serta  penglihatan  yang  mengerikan  di  kamar  anaknya
yang telah membuat kacau akal budinya dan pikirannya!
Pagi itu di ruang depan rumah terlihat beberapa orang
yang  duduk  mengelilingi  meja  besar.  Membicarakan
semua  peristiwa  dengan  asyiknya!  Nampak  keluarga
Raden Harjorumekso beserta anaknya, kedua suami isteri
pemilik  rumah  dan  Sarpojati.  Juga  pemuda  berpakaian
putih  yang  bernama  Suryo  Lelono,  tapi  tidak  kelihatan
Sarpowulung  berada  di  situ.  Sarpowulung  telah  pergi
untuk  memberi  tahu  ayah  mereka  akan  keadaan  yang
telah  dilihatnya,  memohon  bantuan  ayahnya  untuk
mencari Iblis Ular Hijau yang mengacau di  lereng Merapi
dan sekitarnya!
“Kita harus mencari iblis itu sampai dapat!” Mawarsari
berkata.  “Aku  harus  membalaskan  sakit  hati  guru  dan
kakak seperguruanku di Padepokan Teratai yang dianiaya
secara keji!”
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Akupun  akan  mencari  dia  sampai  dapat!  Akan
kuhancurkan  tubuhnya  mengingat  apa  yang  telah
dilakukannya  terhadap  diajeng  Astuti.”  Sarpojati  juga
berjanji di depan mertuanya.
“Sebagai  pendekar  sudah  semestinya  kalau  kita
menentang Iblis Ular Hijau. Perbuatan yang dilakukannya
tidak sesuai dengan kebenaran, akan tetapi harap andika
sadar.  Tidak  baik  nafsu  dendam  mempengaruhi  pikiran
kita,  oleh  karena  dendam  dan  kebencian  akan  membuat
tindakan  kita  tidak  murni  lagi,  hanya  menuruti  nafsu
kebencian  semata!”  Suryo  Lelono  mengingatkan  kedua
teruna  itu  karena  ingin  membalas  dendam  didasari  oleh
kebencian.  Ia  lalu  berkata  lagi  untuk  tidak  menimbulkan
salah  mengerti.  Suryo  menerangkan  maksudnya  tentang
tidak  baiknya  membalas  dendam  penuh  kebencian
sebagai dasarnya!
“Benar sekali  kata-kata nak Suryo dalam hal ini. Maka
kalian  berdua  harus  dapat  mencontohnya!”  Raden
Purwolumakso  ikut  membenarkan  pendapat  anak  muda
itu. Adiknya juga  mengangguk-angguk  setuju.  Baru  saja
pembicaraan  itu  akan  diteruskan,  dari  luar  masuklah
seorang  pemuda  dengan  tubuh  penuh  luka,  darah  yang
sudah  kering  membasahi  bajunya.  Meloncat  turun  dari
kuda  dengan  terhuyung  maju  mendekati  pendapa.
Mereka  memandang  terheran-heran,  siapakah  gerangan
anak  muda  itu?  Akan  tetapi  Sarpojati  meloncat  cepat
untuk  mencegah  orang  itu  jatuh,  memapahnya  ke
pendapa dan berkata.
“Kirtam,  apa  yang  terjadi  denganmu?  Mengapa  kau
sampai mendapat luka begini gawat!”
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Anuuu…..anu…..! Ayahmu….. ayahmu tewas dibunuh
oleh  Iblis  Ular  Hijau!  Semua  kawan  yang  mencoba
melawan  kebanyakan  terbasmi  dengan  mengerikan……!
Aku…. aku berusaha meloloskan diri untuk memberi  tahu
…..  mu…  ahhhh!”  Kepala  Kirtam  tersentak  karena
nyawanya  telah  melayang  pergi.  Kirtam  mati  dengan
mata  terbelalak  menahan  sakit.  Ketika  diperiksa  dengan
teliti,  ternyata  di  punggung  Kirtam  terdapat  tulisan  yang
mengeluarkan  darah  dari  luka  itu.  Surat  berdarah  itu
agaknya ditujukan kepada mereka.
Dewi  Bulan  penuh  sinarnya  Lima  belas  itu  tanggalnya
Mengundang  semua  memuja  Dewa  Hijau  raja  dunia!
Candi  Ular  di  lereng  Merapi  Akan  menjadi  saksi
Datanglah ! Aku menanti !
Benar!  Agaknya  surat  itu  ditujukan  kepada  mereka!
Dengan  wajah  kemerahan  menahan  amarah,  Sarpojati
mencabut  kerisnya  diacung-kan  ke  atas  lalu  berteriak
lantang !
“Tunggulah jahanam!  Datang  masanya  kau  menerima
pembalasanku!”
Tubuhnya  berkelebat  cepat!  Akan  tetapi  tiba-tiba
bayangan putih telah mendahuluinya dan menghadang di
depannya.  Ternyata  Suryo  telah  bergerak  cepat  untuk
mencegah  kepergian  Sarpojati  lalu  menyabarkannya.
Mereka  berdua  kembali,  semua  orang  lalu  berembuk
untuk menghadapi undangan Iblis Ular Hijau itu!
(OodwkzoO)
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bab 7
TELAH berhari-hari kedua teruna itu berjalan bersama.
Salah  seorang  adalah  dara  cantik  jelita  berkulit  kuning
langsat  dengan  rambut  dikepang  dua,  mengenakan
pakaian  ringkas  berwarna  merah  muda.  Pakaian  ketat
yang  semakin  membuatnya  nampak  makin  menarik
karena  cantiknya!  Di  sampingnya  berjalan  seorang
pemuda berpakaian putih  sambil memutar-mutar tongkat
pendek  berbau  harum  cendana.  Senyum  manis  tidak
pernah  meninggalkan  wajah  si  pemuda!  Siapakah  kedua
pasangan ini?  Mereka bukan lain  adalah  Mawarsari serta
si  jago  kita  Suryo  Lelono.  Berjalan  bersama  memenuhi
undangan  Iblis  Ular  Hijau.  Sedangkan  Sarpojati  pergi
sendiri untuk meminta bantuan dari para pendekar yang
menjadi kenalan ayah dan dirinya. Mereka berjanji  untuk
bertemu  dengan  rombongan  pendekar  undangan
Sarpojati di Bukit Ular, di mana terdapat candi ular! Siang
itu  mereka  berdua  memasuki  sebuah  desa.  Mereka  tadi
heran  sekali  melihat  pemandangan  di  ladang  serta
persawahan  yang  berada  di  luar  desa  itu.  Kenapa  hari
masih  pagi,  akan tetapi  tidak nampak seorangpun petani
yang  mengerjakan  sawah  ladangnya,  malah  perempuan
tani  juga  tidak  satupun  kelihatan  pergi  ke  sawah.
Keadaan  pertanian  itu  ditinggalkan  begitu  saja,
terbengkelai tidak karuan.
Begitu  kedua  pasangan  ini  memasuki  dusun,  mereka
disambut  oleh penglihatan  yang  mengerikan!  Tiga  sosok
tubuh  berpakaian  pendeta  tergantung  di  samping
bangunan besar di dekat pintu gerbang masuk! Di bawah
tubuh  tergantung  itu  nampak  lima  orang  lelaki  sedang
asyik  bermain  dadu!  Mereka  melanjutkan  perjalanan,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
akan  tetapi  wajah  kedua  muda  mudi  ini  menjadi
kemerahan. Apa yang mereka saksikan?
Di  depan  emper  rumah  di  sebuah  toko  kelontong,
nampak  dua  pasang  muda  tua  sedang  asyik
bersanggama!  Tidak  peduli  melihat  pemuda  pemudi  itu
melihatnya,  mereka  tetap  melanjutkan  adegan  mereka
sendiri  yang  sangat  tidak  bersusila!  Semakin  jauh  kedua
teruna  ini  memasuki  dusun  semakin  marahlah  hati
mereka.  Seluruh  penduduk  besar  kecil,  tua  muda,  laki
perempuan,  sungguh  sudah  tidak  bermoral  lagi!
Perbuatan mesum, kemaksiatan telah melanda dusun itu
tanpa ada yang melarang atau mencegahnya!
“Ini dusun apa? Kenapa semua orang tidak bermoral?”
Mawarsari bertanya.
“Entahlah!  Aku  sendiri  tidak  habis  pikir,  kenapa  ada
sebuah  dusun  yang  tidak  bermoral  sama  sekali.
Penduduknya  agaknya  sudah  tidak  mengenal  lagi  itu
kesopanan  dan  kebajikan  yang  diajarkan  oleh  pemuka
agama!  Semua  perbuatan  maksiat  dilakukan  warga  di
sini, tanpa tedeng aling-aling lagi. Hemmm….. betul-betul
sudah  mau  kiamat  agaknya  dunia  ini!”  Suryo  menjawab
sambil geleng-geleng kepala.
“Bagaimana  para  kepala  desa  tidak  turun  tangan
melarang?”
“Entah  siapa  yang  telah  menggantung  ketiga  pendeta
itu?  Mengapa  pula  ketiganya  digantung?”  Suryo  sendiri
berkata  dengan  penuh  keheranan.  “Mari  kita  masuk
warung  makan  itu  untuk  melepaskan  lelah  dan  mencari
keterangan!” ajaknya kepada Mawarsari.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tanpa menjawab  Mawarsari  mengikuti  Suryo  menuju
ke rumah makan di tepi jalan! Begitu memasuki ruangan,
kedua  pasang  mata  teruna  ini  terbelalak  dan  mukanya
menjadi merah padam! Tampak di sudut ruangan itu dua
perempuan  saling  bergelut  tanpa  busana  sama  sekali!
Keduanya bergelut sambil mengeluarkan rintihan-rintihan
yang  membangunkan  bulu  roma  saking  tegangnya!  Kaki
yang  sudah  mau  melangkah  terpaksa  ditarik  kembali.
Tanpa  berkata  lagi  Mawarsari  lalu  melesat  pergi  dengan
cepat  menuju  ke  luar  dusun  itu. Suryo  Lelono  mengikuti
dari  belakang  dengan  rnuka  masih  merah  sekali.  Marah
dan malu bercampur aduk menjadi satu!
“Tunggu….!  Diajeng  Mawarsari,  tunggu…..  aku  ingin
bicara!”  Suryo  berteriak  untuk  menahan  larinya
Mawarsari yang seperti kesetanan melihat kejadian tadi.
Mawarsari  berhenti  di  bawah  pohon  besar  yang
rindang  daunnya.  Menjatuhkan  diri  di  tanah,  mengusap
dua  butir  air  mata.  Melihat  pemandangan  di  ruang
makan  itu  ia  tidak  kuasa  lagi  untuk  menahan
kesedihannya!  Ternyata  apa  yang  diperbuat  kaumnya
sungguh  aneh  sekali  bagi  dirinya  yang  masih  begitu
muda  itu!  Bagaimana  hal  seperti  itu  dapat  terjadi?  Apa
penyebabnya? Kenapa? Semua ini memenuhi  pikirannya,
membuatnya  terdiam  dengan  tertunduk,  air  mata
mengalir turun tanpa dapat dicegahnya lagi!
“Diajeng, lebih  baik kalau malam  nanti  kita melakukan
penyelidikan  terhadap  dusun  itu!  Aku  melihat  hal  yang
tidak  sewajarnya?  Dusun  itu  agaknya  dicengkeram  oleh
sesuatu!”  Begitu  dekat  Suryo  Lelono  berkata  untuk
menyadarkan  Mawarsari  dari  keadaan  tidak  enak  yang
dilihatnya.  Mengalihkan  perhatian  Mawarsari  serta
memberi tahu akan ketidakwajaran dusun itu!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mawarsari tersentak! Benar kata Suryo, pikirnya! Pasti
ada sesuatu di sini yang perlu mereka singkap! Entah apa
dia  tidak  tahu?  Diapun  mengangkat  mukanya,  pandang
matanya menyelidik ke arah wajah tampan Suryo.  Begitu
dua pasang mata itu beradu pandang, ia merasa terharu.
Dia melihat pandang mata Suryo yang lembut itu penuh
pengertian tanpa maksud tertentu.
“Benar  katamu,  Suryo.  Aku  ingin  segera  menyingkap
apa  sebetulnya  yang  terjadi  di  desa  itu?  Siapa  biang
keladi  perbuatan  durhaka  tidak  mengenal  ajaran  agama
itu!”  Mawarsari  berkata.  “Ajaran  agama  yang  diturunkan
Dia  yang  telah  menciptakan  langit  bumi  beserta  isinya
ini!  Ajaran  yang  akan menuntun  manusia  ke jalan  benar
yang  diridhoiNya  yang  akan  membawa  manusia  kepada
hidup kekal di sorga!”
“Kita  menanti  sampai  malam,  baru  kita  menyelidiki
siapa  sebetulnya  yang  menjadi  dalang  dari  semua
perbuatan maksiat di dusun itu!”
“Ingin aku melumatkan kepala setan itu!”
“Aduuhhhh,  galaknya……  kalau  sudah  marah  kau
bertambah  cantik,  Sari.”  Suryo  berkata  karena  tidak
tahan  melihat  kecantikan  dara  ini  kalau  sedang  marah.
Entah  matanya,  bibirnya  yang  tipis  kemerahan  itu  yang
bergetar  menarik,  atau  hidungnya  yang  kembang
kempis!
“Gilaa……! Apakah kau sudah gila, Suryo?”
“Tidak!  Aku  seratus  prosen  sehat  dan  waras,  Sari.
Hanya….. itu lho…. itu……!”
“Ahhh,  sudahlah!!”  Mawarsari  memotong  perkataan
Suryo  yang  belum  selesai.  Lalu  pergi  ke  hutan  untuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mencari  makan  siang  dan  mencari  air.  Sambil  tertawa
kecil  Suryo  Lelono  berjalan  mengikuti,  lalu  mencari
tempat  untuk  melewatkan  siang,  menanti  malam  untuk
menyelidiki  rahasia  di  dusun itu!  Malam  itu  bulan  timbul
hanya  sepotong,  sinarnya  yang  lembut  mengurangi
gelapnya  malam.  Membuat  keadaan  desa  kelihatan
nyata!  Dua  sosok  tubuh  berkelebat  cepat  menuju  ke
desa,  menyelinap  di  balik  kegelapan  mendekati  tempat
yang  terang  di  tengah  balai  desa  itu,  di  mana  telah
dipasang  banyak  obor  sehingga  menjadi  terang
benderang bagaikan  siang hari layaknya! Tua muda, laki
perempuan  serta  anak-anakpun  tidak  ketinggalan  duduk
memenuhi halaman balai desa itu!
Suryo  Lelono  dan  Mawarsari  menujukan  pandang
matanya ke arah pintu yang tertutup tirai halus berwarna
kehijauan.  Tidak  berapa  lama  kemudian  tirai  itu
tersingkap,  keluarlah  tiga  orang  pendeta  berpakaian
hijau menuju  ke tengah lapangan dengan diiringkan dua
orang tinggi besar mengusung gentong besar!
“Warga  dusun  yang  kucintai,  kalian  telah  menikmati
adanya  sorga  dunia  di  dalam  bimbingan  Raja  Hijau!
Kalian  akan  lebih  banyak  lagi  menikmatinya  kalau  yang
dipertuan telah menjadi raja!” Salah seorang pendeta itu
berkata.
“Hidup  Dewa  Hijau  yang  telah  banyak  mem  beri  kita
kenikmatan  sorgawi.”  Seorang  berbadan  tinggi  besar
dengan  muka  bertotol-totol  hitam  bekas  penyakit  cacar
berteriak!  Dia  adalah  kepala  dusun  yang  sekarang  telah
berubah  menjadi  pengikut  Dewa  Hijau  yaitu  Iblis  Ular
Hijau yang menyebut dirinya sendiri menjadi Dewa Hijau.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Penduduk  desa besar  kecil,  tua  muda  dan  laki-laki
perempuan,  bersorak  menyambut.  Mereka  tertawa-tawa
lepas  tidak  beraturan  dan  tidak  peduli  ada  anak-anak
mereka  di  situ.  Mereka  lalu  menanggalkan  semua
pakaian di  tubuh mereka. Melihat ini ketiga pendeta baju
hijau  mengangkat  tangannya  ke  atas.  Para  warga  lalu
membungkuk  hormat  sampai  tangan  menyentuh  tanah.
Diam tak bergerak! Salah seorang dari mereka berkata.
“Inilah  air  suci  pemberian  dewa  kita,  semua  yang
meminumnya  akan  selalu  dapat  menikmati  sorga
pemberian Dewa Hijau!”
“Kau  alihkan  perhatian  ketiga  pendeta  itu.  Aku  akan
berusaha  untuk  memasukkan  GARAM  ini  ke  dalam
gentong  besar  berisi  air  dari  iblis  itu!”  Suryo  Lelono
berbisik  pelan  kepada  Mawarsari  yang  mengawasi
keadaan depan balai desa itu.
“Baik!  Aku  akan  bergerak  dulu!”  Tanpa  menanti
jawaban  Mawarsari  melayang  ke  tengah  kumpulan
manusia  telanjang  itu.  Begitu  kakinya  bergerak  telah
membuat  seorang  pendeta  terjungkal,  karena  dadanya
telah  tertendang!  Dua  pendeta  yang  lain  menjadi  kaget
sekali!
“Setan! Siapa kau berani mengacau di sini!”
Ketiganya  mengawasi  dengan  penuh  perhatian  dara
muda  berpakaian  merah  muda  yang  berdiri  di  depan
mereka.  Ternyata  setelah  bangun  dari  tertendang  tadi
pendeta  baju  hijau  itu  lalu  mendekati  dua  orang
rekannya.  Tak  lama  kemudian  dia  mengenal  dara  itu
yang  bukan  lain  Mawarsari  murid  Ki  Sapta  Aji  paman
guru Nyi Resmi Suci!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Kiranya kau dara liar!  Kau ingin  menyusul gurumu ke
neraka? Mari kuantar!”  Ketiga pendeta itu mengeluarkan
senjata ular hijau dari saku bajunya dan maju menyerang
dengan bentuk segitiga!
“Ha-ha-ha….  ketiga  pendeta  murtad  yang  haus
kematian! Aku mendapat pesanan dari Hyang Yamadipati
untuk  mencabut  nyawamu!”  Mawarsari  berkata  sambil
mencabut sepasang pedangnya, mengelak dari sambaran
seekor  ular  di  tangan  pendeta  termuda.  Membabatkan
pedangnya  ke  arah  dua  ular  hijau  lainnya!  Lalu  balas
menyerang  dengan  hebatnya  kepada  tiga  orang  itu,
dielakkan  dan  ditangkis  oleh  lawannya.  Perkelahianpun
terjadi di tempat itu dengan serunya! Mawarsari memang
menjadi  murid  Nyi  Resmi  Suci.  Akan  tetapi  ketika  baru
dua  tahun  menjadi  murid  di  situ,  tiba-tiba  datanglah
paman  guru  Nyi  Resmi  Suci  ke  Padepokan  Teratai!
Melihat  kelincahan  dan  bakat  anak  itu,  hatinya  tertarik.
Mawarsari  pun  lalu  dibawanya  ke  pertapaannya!
Digembleng dengan ilmu-ilmu yang tinggi dari perguruan
yang  menjadi  aliran  dari  Padepokan  Teratai!  Ingat  akan
maksud  Suryo  Lelono  maka  Mawarsari  lalu  meloncat  ke
atas  genteng  sambil  mengejek  ketiga  lawannya!  Tiga
pendeta  berbaju  hijau  mengejar  ke  manapun  Mawarsari
pergi,  berusaha  untuk  membunuh  dara  itu.  Agar
peristiwa  di  dusun  itu  jangan  sampai  tersiar  sebelum
rajanya dapat berkuasa!
Suryo  Lelono  yang  melihat  Mawarsari  telah  berhasil
memancing  ketiga  orang  pendeta  itu  menjauhi  balai
desa,  muncul  keluar  dengan  cepatnya  tahu-tahu  telah
berada  di  dekat  gentong.  Kedua  orang  tinggi  besar  di
kanan  kiri  gentong  dengan  sekali  serang  telah  tertotok
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak  berdaya,  tubuhnya  lemas,  menggeletak  di  dekat
gentong!
Tanpa  membuang  waktu  Suryo  lalu  memasukkan
GARAM  ke  dalam  gentong  dan  mengaduknya.  Isi
gentong  yang  telah  tercampur  dengan  garam  itu
ditinggalkannya!  Dengan  sekali  lompat  saja  tubuhnya
telah menghilang di atas genteng rumah!
Orang-orang yang ditinggalkan tiga pendeta itu berdiri
dari  sembahnya  tadi.  Lalu  berurutan  mereka  meminum
air  gentong  yang  telah  tercampur  garam!  Semuanya
tidak terkecuali, dari yang tua sampai ke anak-anak kecil!
Tidak  berapa  lama  kemudian  terjadilah  keanehan  di
tempat  itu!  Semua  yang  minum  air  gentong  menjadi
pingsan! Akan tetapi  tak lama kemudian mereka tersadar
dan  menjerit  kaget  melihat  keadaan  diri  mereka  juga
semua  penduduk  yang  berada  di  situ!  Telanjang  tanpa
satu  benangpun  yang  ada  di  tubuh  mereka,  bersicepat
mereka mengenakan pakaian dan menanti di situ dengan
penuh  tanda  tanya?  Apa  yang  akan  terjadi  kemudian?
Akan  tetapi  sekarang  wajah  mereka  sudah  tidak
berwarna  kehijauan.  Dan  mereka  telah  mengenal  malu
kembali!  Ini  menandakan  bahwa  mereka  telah  sembuh
dari  pengaruh  yang  ditimbulkan  oleh  racun  air  yang
berada di  gentong yang diberikan tiga pendeta berjubah
hijau itu! Dapat membedakan mana baik dan mana yang
buruk!
Mawarsari  yang  memancing  ketiga  pendeta  berjubah
hijau  ketika  sampai  di  ujung  desa  segera  berhenti,
menanti  mereka  bertiga.  Melihat  anak  dara  itu  menanti
dengan  tenangnya  di  tepi  dusun  dekat  hutan,  begitu
datang ketiganya lalu menyerang dengan senjata ularnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kembali! Dan  terjadilah  pertempuran  di  tepi  hutan  itu
dengan serunya.
Pada  suatu  kesempatan  yang  baik  Mawarsari
menggerakkan  pedangnya  dengan  kecepatan  bagaikan
kilat  menabas  ketiga  kepala  ular!  Dua  kepala  tertabas
pedang  kanan  dan  yang  seekor  oleh  pedang  di  tangan
kirinya! Mawarsari  mengejek melihat senjata lawan  tidak
berguna lagi.
“Nah, sekarang kepala ularmu yang tertabas. Sebentar
lagi  kepalamu  yang  penuh  dengan  kotoran  itu  akan
menggelinding di tanah!”
“Jangan  bergirang  dulu,  iblis  nakal.  Kau  tidak  tahu
sedang  berhadapan  dengan  siapa?  Kami  bertiga  adalah
Tiga Penegak Hukum dari tuanku Raja Hijau!” kata salah
seorang yang tertua.
Ketika  di  desa  Kandangan  mereka  juga  ada  di  sudut
ruang makan itu. Akan tetapi ketika terjadi pengeroyokan
terhadap pemuda baju putih yang membawa tongkat dan
ular hijau, mereka hanya berdiri menonton saja! Agaknya
mereka menduga bahwa anak muda itu juga segolongan
dengan  mereka,  apalagi  pemuda  itu  dapat  mengatasi
keadaan  dan  tidak  berada  dalam  bahaya  mereka  tidak
mau  mencampuri!  Ketiganya  lalu  membuang  ular  tanpa
kepala dari  tangan. Lalu sambil berkomat-kamit sebentar
kemudian mendorongkan kedua tangan ke depan dan……
keluarlah  sinar  hijau  dari  telapak  tangan  mereka.
Meluncur  cepat  ke  arah  Mawarsari  berdiri.  Melihat  ini
dengan  cepat  kakinya  mengenjot  tanah,  dalam  sekejab
tubuhnya  telah  melayang  ke  samping.  Ketika  sinar  yang
tidak mengenai tubuh Mawarsari itu masih  meluncur dan
mengenai pohon besar, sungguh hebat akibatnya!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Krakkkkk!!  Bummm!”  Dengan  mengeluarkan  suara
gemuruh pohon besar itupun tumbang!
Mawarsari  menarik  napas  panjang  melihat  ini,  untung
ia  cepat  mengelak.  Melihat  hasil  sinar  hijau  itu  sungguh
hebat,  ia  harus  berlaku  hati-hati  untuk  mengelak  atau
menghindarinya!
Ketika  melihat  serangan  pertama  dapat  dielakkan
dengan  mudah  oleh  lawan.  Ketiga  pendeta  itu  lalu
menyerang  berulang-ulang  dengan  dorongan  tangan
yang  mengandung  sinar  hijau.  Mawarsari  mengelak
dengan  lincahnya,  menyelinap  di  balik  pohon  mengajak
bermain  kucing-kucingan  terhadap  lawannya!  Tanpa
dapat  dicegah  lagi  cabang-cabang  pohon  terputus
berhamburan jatuh terlanda sinar hijau!
“Terimalah  balasanku,  pendeta  keparat!”  Bentak
Mawarsari  dan  dari  tangannya  meluncur  bunga  merah
berhamburan  ke  arah  tiga  pendeta  berjubah  hijau.
Akibatnya  sungguh  hebat!  Ternyata  ketiganya  telah
terkena  senjata  boor  bunga  mawar  di  tengah  dahi
masing-masing.  Membuat  pendeta-pendeta  itu
menemukan ajalnya!
Begitu  ketiga  orang  itu  roboh  menjadi  korban  senjata
rahasianya,  datanglah  Suryo  Lelono  yang  menyusul  ke
tempat  itu  dengan  cepatnya  bagaikan  segumpal  asap
tertiup  angin  kencang.  Mawarsari  leletkan  lidahnya
saking  kagumnya!  Sungguh  hebat  pemuda  ini,  bisiknya
dalam  hati.  Tanpa  terasa  hatinya  telah  tercuri  oleh
pemuda  ini.  Dengan  pandang  mata  mesra  ia  melihat  ke
wajah Suryo Lelono.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Bagaimana,  Sari.  Kau  dapat  mengorek  keterangan
dari  pendeta-pendeta itu?” Suryo begitu datang menegur
untuk bertanya.
“Ahh, sangat disayangkan aku lupa akan hal ini, Suryo.
Sungguh  aku  bodoh  sekali  tidak  teringat  akan  hal
sepenting  itu.”  Mawarsari  menghela  napas  panjang,
menyesal.  “Karena  gemas  aku  telah  membunuh
ketiganya!”
“Sayang!  Tapi  tidak  apa.  Kita  masih  dapat  mencari
lagi.”
“Kalau  hanya  tempatnya  aku  dapat  membawamu,
Suryo. Maka aku mengajak kau untuk ikut ke sana.”
“Aku  menurut  saja,  karena  kau  yang  lebih  mengenal
daerah Merapi ini.”
“Dan bagaimana hasilnya usahamu, Suryo.”
“O  ya,  marilah  kita  segera  ke  sana.  Tadi  setelah  aku
memasukkan  garam  ke  dalam  gentong  lalu  kutinggal  ke
sini.  Aku  takut  kalau  kau  terjebak  oleh  perangkap
pendeta  jubah  hijau  itu.  Mari,  kita  lihat  hasilnya!”  Suryo
pun menggerakkan tubuhnya kembali ke desa di mana ia
tadi  memasukkan  garam  di  gentong.  Mawarsari
mengikuti di belakangnya.
Begitu  mereka  berdua  sampai  di  depan  balai  desa,
ternyata  dua  orang  pembawa  gentong  telah  menjadi
onggokan  daging!  Ternyata  dia  telah  dibunuh  oleh
penduduk  dusun  yang  telah  teringat  kembali  akan  apa
yang  terjadi!  Apa  yang  telah  menimpa  desa  mereka
adalah akibat dari dua orang ini yang membujuk dengan
muluk-muluk!  Dua  orang  inilah  yang  telah  membunuh
tiga  pendeta  mereka  dengan  dibantu  ketiga  pendeta
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
jubah  hijau!  Tadinya  ketiga  pendeta  desa  itu  hanya
ditahan  di  balai  desa.  Baru  dua  hari  yang  lalu  ketiganya
digantung  untuk  menyenangkan  hati  ketiga  pendeta
jubah  hijau!  Maka  melihat  kedatangan  kedua  teruna  itu,
mereka mengangkat senjata siap untuk mengeroyok!
Suryo  lalu  menggunakan  tenaga  dalamnya
mengeluarkan  teriakan  Aji  Senggoro  Macan  (Auman
Harimau). “Tahannnn! Lepaskan senjata!!”
Teriakannya  mengumandang  dan  berwibawa!
Mendengar  teriakan  itu  semua  penghuni  desa  lumpuh
tidak  dapat  berdiri  lagi,  jatuh  terduduk  dengan  tubuh
terasa  lemas.  Apalagi  untuk  me-megang  senjata,  untuk
duduk  saja  sudah  tidak  bisa!  Mawarsari  yang  melihat
hasil  teriakan  Suryo  Lelono  takjub!  Dia  sendiri  yang
memiliki  tenaga  dalam  yang  sudah  tinggi,  ikut  tergetar
sehingga  tanpa  terasa  telah  melangkah  mundur  dengan
kedua kaki menggigil!
Suryo Lelono  lalu memberi  petuah kepada masyarakat
desa.  Memberi  pengarahan  dan  meminta  mereka  untuk
menjalankan  ibadah  dengan  baik  sehingga  tidak  dapat
kemasukan  ajaran  yang  menyesatkan!  Pelajaran  yang
merugikan  diri  sendiri  juga  menyeret  anak  keturunan
mereka  ke  lembah  dosa  yang  tak  berampun!  Mawarsari
pun tidak ketinggalan untuk menambahkan saran kepada
mereka.  Meminta  agar  mereka  bekerja  dengan  baik  dan
tekun di tanah pemberian Tuhan yang digarap mereka.
“Kalau  tanah  pertanian  subur  serta  memberi  hasil
yang  baik.  Semua  penduduk  akan  menikmati
kemakmuran!”
“Benar  sekali,  hasil  yang  melimpah  dapat  untuk
memajukan  desa,  serta  mencukupi  kebutuhan  hidup!”
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Semua  penduduk  menyatakan  sanggup  untuk
melaksanakan  perintah  serta  saran  kedua  remaja  itu.
Memang  dalam  hati  mereka  telah  terbit  kembali  sinar
terang  dari  Yang  Maha  Tinggi.  Mereka  terasa  muak
dengan  perbuatan  yang  mereka  lakukan  selama  ini,
dibawah  cengkeraman  air  beracun  ular  hijau!  Mereka
sadar  telah  melakukan  hal  yang  tidak  diridhoi  juga
menjadi laranganNya! Dalam hati mereka bertekad untuk
menebus  semua  kesalahan  itu,  memperbaiki diri  dengan
menjalankan  ibadah  sebaik  mungkin  serta  menjauhkan
diri dari perbuatan maksiat dan dosa! Setelah mendengar
kesanggupan mereka, kedua teruna ini berkelebat lenyap
ditelan  gelapnya  malam!  Menuju  ke  barat  memenuhi
undangan Iblis Ular Hijau!
(OodwkzoO)
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bab 8
BUKIT  ULAR  di  lereng  Gunung  Merapi  adalah  sebuah
bukit yang penuh dengan pohon-pohon  yang besar,  dan
lebat  sekali  daun-daunnya.  Membuat  jalan  di  bawahnya
menjadi  gelap,  karena  lebatnya  hutan  itu.  Bermacammacam  ular  menjadi  penghuni  hutan  itu.  Jarang  sekali
orang yang berani untuk memasuki hutan tersebut. Para
penduduk  sekitar hutan yang telah mengenal tempat itu,
melarang  semua  orang  yang  akan  melewati  hutan  di
Bukit  Ular.  Memberitahu  akan  banyaknya  bahaya  yang
mengancam di Bukit Ular !
Akan  tetapi,  sejak  matahari  keluar  dari  peraduannya.
Nampak  banyak  sekali  orang  yang  berdatangan  menuju
ke Bukit Ular! Ketika mereka bertanya-tanya kepada para
penduduk  dan  mendapat  tahu  betapa  bahayanya  kalau
memasuki  hutan.  Mereka  tidak  peduli!  Berombongan
mereka  memasuki  hutan,  sambil  tangan  siap  di  tempat
senjata.  Tidak  iupa  membawa  obor  untuk mengusir  ular
yang  berani  mendekat.  Tidak  berapa  lama  rombongan
yang  terdiri  dari  sepuluh  orang,  lenyap  di  balik
rimbunnya daun yang tumbuh subur di situ!
Ketika sepuluh  orang ini sedang berjalan dengan obor
di  tangan  kiri  masing-masing  dan  senjata  terhunus  di
tangan  kanan.  Tiba-tiba  mereka  mendengar  suara
melengking  tinggi dari  empat penjuru! Sepuluh  orang ini
berhenti, siap siaga menghadapi segala kemungkinan.
Tidak  tetialu  lama  mereka  menanti.  Belum  lenyap
suara melengking  itu, tiba-tiba entah datang dari  mana?
Datang  barisan  ular  berbagai  macam  telah  mengurung
mereka!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Awass!  Ular!  Siap!”  Lengkingan  nyaring  terdengar
seakan  memberi  aba-aba.  Barisan  ular  maju  menyerang
sepuluh  orang  itu.  Sambil  menggerakkan  obor  dan
senjata mereka berusaha menahan serbuan barisan ular.
Walaupun  banyak  tubuh  kawan-kawan  mereka  terkena
sulutan  obor  dan  babatan  pedang,  namun  barisan  ular
tetap  maju  menyerang!  Sehingga  ada  yang  dapat
mematuk  kaki  lawan.  Korbanpun  berjatuhan!  Baik  di
pihak  manusia  maupun  di  pihak  ular!  Akan  tetapi  tidak
lama kemudian sepuluh orang itupun  binasa semua oleh
gigitan  ular  berbisa!  Rombongan  pertama  ini  tewas  di
tengah  hutan.  Tidak  berapa  lama  kemudian  Nampak
rombongan  kedua  terdiri  dari  lima  puluhan  orang!
Nampak seorang pemuda berjalan di  depan. Pemuda itu
bukan lain adalah Sarpojati!
Begitu  memasuki  hutan,  Sarpojati  membagi-bagi
minyak  kepada  semua  orang.  Menyuruh  mereka  untuk
segera  meminumnya!  Semua  orang  mengikuti
petunjuknya  serta  melakukan  apa  yang  diperintahkan
oleh  pemuda  itu.  Masing-masing  lalu  membuka  kantong
dan  mem-persiapkannya  di  pinggang.  Lalu  rombongan
inipun masuk ke dalam hutan. Mencari Candi Ular di bukit
itu guna membasmi Iblis Ular Hijau yang telah membuat
kekacauan di sekitar lereng Gunung Merapi!
“Tahan!”  Seru  Sarpojati  ketika  melihat  mayat
berserakan.
Tiba-tiba  langkah  mereka  berhenti  ketika  melihat
mayat sepuluh orang rombongan pertama. Dengan cepat
mereka  lalu  menguburkan  jenazah  dengan  sederhana.
Baru  saja  selesai  mengubur  mereka,  terdengarlah  suara
melengking  dari  empat  penjuru.  Ular-ular  berdatangan
mengepung  mereka.  Mereka  lalu  membuat  lingkaran
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan  punggung  menghadap  ke  dalam.  Tangan  kiri
bergerak  menyebar  serbuk  berwarna  putih  ke  arah  ularular yang mengepung. Akibatnya sungguh hebat! Barisan
ular mawut tertimpa serbuk putih!
“Awas!  Jangan  girang  dulu!”  Sarpojati
memperingatkan teman-temannya.
Agaknya  serbuk  itu  adalah  bubuk  garam.  Ular-ular
yang  terkena  menjadi  berkelojotan  lari  meninggalkan
tempat  itu.  Mereka  takut  kalau  kulit  tubuh  mereka  akan
rusak  terkena  garam,  sehingga  dalam  sekejab  mereka
telah  lenyap!  Lengkingan  nyaring  masih  terdengar  dari
empat  penjuru.  Sarpojati  memberi  isyarat.  Empat  orang
dari  rombongan melempar pisau  belati  ke  atas  pohon  di
empat penjuru.
“Siut-siut-siut-siut!”
“Aduhhhhh!  Mati  aku!”  Hampir  bersamaan  terdengar
jerit  kesakitan  dari  atas  pohon  di  mana  empat  belati  itu
melayang  dan  jatuhlah  tubuh  orang berpakaian  hijau  ke
bawah.  Ketika  diperiksa  ternyata  keempatnya  telah
mampus!  Di  dada  mereka  telah  tertancap  sebuah  pisau
yang tepat menembus jantung! Sungguh hebat pelempar
pisau terbang itu!
Sejenak  mereka  menanti.  Akan  datangnya  serangan
susulan!  Akan  tetapi,  sampai  lama  mereka  tidak
mendapat  serangan.  Merekapun  lalu  melanjutkan
perjalanan  tak  lama  kemudian  mereka  tiba  di  tempat
terbuka.  Tiba-tiba  Sarpojati  memberi  isyarat  dengan
tangan  kanan.  Rombongan  itu  membuat  posisi  seperti
mata  anak  panah!  Sarpojati  sebagai  ujungnya.  Mereka
maju  dengan  hati-hati,  karena  mereka  tahu  bahwa
sedang  di  tempat  yang  tidak  dapat  dibuat  main-main!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Salah  langkah berarti  nyawa  melayang  meninggalkan
tubuh, tidak mungkin akan kembali!
“Wir-wir-wir-wir…..!” Bagaikan hujan layaknya melesat
banyak  sekali  anak  panah  menghujani  mereka.  Kalau
hanya  menghadapi  serangan  anak  panah  para  pendekar
ini  merasa  kecil.  Mereka  semua  memutar  senjata  untuk
menahan serangan ini!
“Serbuuuu!  Bunuhh…..!”  Sarpojati  mengeluarkan
siulan  melesat  ke  depan  sambil  menggerak  kan  senjata.
Bergelimpanganlah  tubuh  lawan  yang  terpotong
pedangnya!
“Majuuuu!  Basmi  Ular  Hijau!”  Teriakan  lantang
memecah  keheningan.  Melihat  perbuatan  Sarpojati,
mereka  segera  menirunya.  Pertempuran  terbukapun
terjadi di lapangan rumput itu dengan hebatnya!
“Tang-ting-tang-ting!”  suara  beradunya  senjata,
disusul  oleh  pekik  kesakitan  dan  robohnya  tubuh
terpotong.  Mereka  saling  bacok  dan  saling  tombak.
Segala  macam  senjata  yang  menjadi  andalan  mereka
keluarkan untuk dapat mengalahkan lawan!
Perang  campuh  yang  hebat  dan  brutal  terjadi  pada
sore  hari,  di  mana  nyawa  manusia  tidak  berharga  sama
sekali.  Hanya  membunuh  atau  terbunuh,  melukai  atau
dilukai.  Berusaha  untuk  membunuh  lawan  sebanyakbanyaknya.  Memenangkan  pertempuran  dengan  cepat,
dengan  korban  sedikit  di  pihaknya!  Pertempuran
berlangsung  sampai  matahari  terbenam.  Orang  terakhir
berpakaian hijau pun  jatuh dengan kepala putus! Melihat
akhir  pertempuran  ini,  jelas  kemenangan  di  pihak
Sarpojati  dengan  para  pendekar  yang  menyerbu  sarang
Iblis Ular Hijau!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Walaupun jumlah  korban  di  pihaknya  tidak  sedikit,
mereka  tetap  bersemangat.  Ternyata  yang  masih  hidup
tinggal  dua  puluhan  orang  termasuk  Sarpojati!  Ternyata
mereka  telah  mengalahkan  lawan  yang  jumlahnya  lebih
banyak lagi!
“Kita terus menyerbu candi itu! Ingat! Kita harus selalu
bersama.  Untuk  menjaga  jangan  sampai  ada  korban
lagi!”  Sarpojati  memberi  tahu  kawan-kawannya  para
pendekar yang tersisa.
“Kita  bakar  saja!  Kita  ratakan  dengan  tanah!”  Usui
seorang  pendekar  yang  marah  sekali  karena  banyaknya
temannya yang tewas.
“Kita  basmi  sampai  akar-akarnya!  Biar  tidak  ada  lagi
manusia  jahat  di  candi  itu  yang  meneruskan  jejak
pemimpinnya!”
“Bakarrr…..! Basmi semua berikut cindil abangnya!”
Teriakan  membahana  mengguncang  Bukit  Ular.  Akan
tetapi,  tiada  sambutan  sama  sekali.  Heranlah  semua
orang  itu?  Mereka  meneliti  keadaan  di  sekitar  candi.
Merasa  heran  sekali  tidak  mendapatkan  seorang  pun
manusia di situ!
“Aneh? Ke mana perginya mereka?”
“Tidak  peduli!  Aku  akan  menanti  mereka  kembali!
Kalau  belum  membasmi  habis  mereka,  belum  puas
hatiku!”  Kata  pula  seorang  bersenjata  golok  besar.  Dia
agaknya  marah  sekali  karena  tangan  kirinya  terluka
parah  dan  kelima  saudaranya  telah  terbunuh  dalam
perang campuh tadi!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Tenang  kawan-kawan!  Aku  setuju  usul  itu!  Kita
tunggu  sampai  si  iblis  serta  konco-konco-nya  muncul.
Kita  bikin  habis  mereka!”  Sarpojati  menerima  usul  itu.
Mereka mencari tempat untuk mengepung altar!
Di  lain  tempat  di  Bukit Ular  terdapat  pula  rombongan
yang  ingin  menerobos  masuk.  Mereka  juga  mengalami
nasib  menguntungkan  karena  ternyata  dapat  lolos  dari
serangan  anak  buah  Iblis  Ular  Hijau  sehingga  sampai  di
tempat  itu!  Di  bawah  cahaya  bulan  yang  telah  bersinar
penuh  pada  tanggal  lima  belas  itu.  Sepuluh  orang  yang
berpakaian beraneka warna memasuki altar pemujaan di
candi. Mereka lalu  bersatu dengan rombongan Sarpojati,
mengepung altar!
Suryo  Lelono  dan  Mawarsari  juga  tidak  terluput  dari
serangan anak buah si iblis yang berpakaian serba hijau!
Kalau  Suryo  tidak  tega  untuk  membunuh  lawannya,
maka Mawarsari tidak pernah memberi ampun lawannya!
Begitu  sepasang  pedangnya  bergerak  menyerbu  lawan
berjatuhanlah tubuh-tubuh yang  terbelah  atau terpotong
sepasang pedangnya.
“Sari,  jangan  dibunuh!  Cukup  kau  lukai  saja,  mereka
tidak  tahu  apa  yang  mereka  lakukan!”  Suryo  yang
melihat perbuatan temannya mencegah. “Ingat peristiwa
di  dusun  itu.  Kukira  orang-orang  ini  juga  berada  dalam
pengaruh racun si iblis yang jahat!”
Mawarsari  menahan  diri  untuk  jangan  sampai
membunuh  lawan.  Ia  teringat  akan  peman-dangan  di
dusun  yang  mereka  lalui  itu.  Semua  orang  tidak  sadar
akan  perbuatan  mereka,  seperti  dituntun  oleh  kuasa
yang tidak nampak! Tidak tahu akan diri sendiri!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Karena untuk tidak membunuh orang-orang itu, maka
pertempuran  berjalan  lama!  Maka  sampai  bulan  telah
muncul  mereka  masih  terlibat  dalam  pertempuran.
Berusaha  untuk  menotok  lawan  dan  membikin  lumpuh!
Suryo  berusaha  menyadarkan  serta  mengobati  mereka
dengan cepat!
Kita  tinggalkan  Suryo  yang  masih  berusaha
memenangkan  pertempuran  dengan  korban  yang  sedikit
mungkin.  Walaupun  dia  dibantu  dengan  Mawarsari  akan
tetapi, mereka berdua tetap mengalami kesukaran dalam
melumpuhkan lawan. Marilah kita ikuti kejadian di tengah
altar!
Tatkala  bulan  yang  bersinar  sepenuhnya  itu  tepat
berada  di  tengah  altar,  tiba-tiba  tampak  asap  kehijauan
membubung  tinggi  dari  pedupa-an  itu.  Semua  mata
mengawasi  kejadian  itu  dengan  hati  berdebar  tegang,
tangan  yang  memegang  senjata  tanpa  disadari  telah
mengeluarkan keringat dingin. Saking tegangnya!
Dari  asap yang semakin tebal  itu keluarlah tawa yang
mendirikan bulu roma. Ketawa seram yang mengandung
kekuatan gaib serta melumpuhkan semangat dan  tubuh!
Tiba-tiba  ketika  asap  telah  menipis,  terlihatlah  tubuh
tinggi  besar  dengan  kulit  hijau  berdiri  di  belakang  altar.
Tangan  terangkat  ke  atas  sambil  memegang  ular  yang
diangkat  tinggi  di  atas  kepala.  Gerakan  itu  dilakukan
berulang  kali.  Ketika  berhenti,  matanya  menyapu  ke
sekeliling.  Menyapu  tempat  di  mana  para  pendekar
menyembunyikan diri. Sepasang mata bersinar kehijauan
itu seakan melihat mereka semua!
“Ha-ha-ha……  hai,  para  kawulaku!  Hayo  cepat  keluar
untuk  menyembah  rajamu  yang  baru!  Dewa  Ular  Hijau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang  akan  menjadi  sesembahan  manusia  sejagad!”  kata
iblis  itu  lantang.  Sambil  tangan  kirinya  menunjuk!  Aneh
nya  dari  tangan  yang  menunjuk  itu  keluar  angin
menerjang ke depan. Begitu mengenai tempat sembunyi
orangnya terpental  keluar! Berulang-ulang jari tangan itu
menuding  sehingga  dalam  sekejap  lebih  dari  tiga  puluh
orang telah keluar dari tempat sembunyinya!
“Ha-ha-ha-ha……  para  kawulaku,  hayo  cepat
menyembah!  Apa  kalian  menunggu  aku  marah  dulu,
membunuhmu  untuk  menjadi  santapan  ularku!  Ha-haha…..!”
Sejenak  hening  tiada  orang  yang  bergerak
menjawabnya.  Semua  mata  ditujukan  melihat  ujud  Iblis
Ular  Hijau  yang  berdiri  di  bawah  terangnya  bulan  itu!
Penuh takjub dan ngeri!
“Siapa  sudi  menjadi  kawulamu!  Sebentar  lagi  kau
mampus  oleh  kami.  Mayatmu  anjingpun  takkan  mau!”
terdengar  teriakan  Sarpojati.  Dia  tak  dapat  menahan
marahnya  lagi.  Tunangan  dan  ayahnya  telah  terbunuh
oleh iblis ini secara keji!
“Huah-ha-ha-ha……  Sarpojati.  Bocah  cilik  tukang  jilat!
Rasakan olehmu  sekarang pembalasanku!”  Begitu selesai
berkata  dari  sepasang  mata  iblis  itu  keluar  sinar
kehijauan  meluncur  cepat  menerpa  Sarpojati.  Untung
Sarpojati  waspada.  Diapun  meloncat  mengelak!  Luput
dari  terjangan sinar hijau, akan tetapi  temannya menjerit
ngeri  karena  tubuhnya  hangus  kehijauan  terlanda  sinar
itu!
“Huh-ha-ha-ha……  huah-ha-ha-ha……  mampus  kau
keparat!”
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Serbuuuuu……  keroyokkk……  hujani  senjata
rahasia…..!”
Bagaikan  hujan  bermacam-macam  senjata  meluruk
tubuh  si  iblis. Akan  tetapi  Iblis  Ular  Hijau  tidak  bergerak
sama  sekali!  Tak-tuk-tak-tuk-tak-tuk  terdengar  ketika
senjata  itu  menimpa  tubuh  si  iblis.  Tapi  sebuahpun
senjata  tidak  ada  yang  dapat  menembus  kulitnya!
Tangan kiri  si iblis bergerak ke depan dan…..angin  badai
menerpa  gerombolan  orang  itu!  Ternyata  kibasan
tangannya  telah  mengembalikan  senjata-senjata  rahasia
yang  menyerang  dirinya.  Tak  ampun  lagi  terdengarlah
teriakan mengerikan karena senjata makan tuannya!
Sarpojati  melenting  ke  atas  dan  dari  atas  meluncur
maju sambil menggerakkan pedangnya menebas kepala.
Dielakkan  dengan  menundukkan  muka  sedangkan  ular
hijau  di  tangan  kanan  meluncur  ke  arah  leher  Sarpojati!
Sambil  memutar  pedang  menangkis  kepala  ular,
Sarpojati  mengirim  pukulan  tangan  kiri.  Gerakan  ini
dilakukan  oleh Sarpojati  di  udara,  seakan  seekor  burung
rajawali mematuk ular!
“Takk!” Tubuh Sarpojati terpental kembali ke belakang
akibat  benturan  pedang  dengan  ular  hijau  itu.  Sungguh
luar  biasa  sekali  ular  hijau  itu,  ular  itu  agaknya  bukan
sembarang ular. Ular siluman!
“Terimalah  kematianmu,  bangsat  kecil!”  Kembali  dari
sepasang  mata  itu  meluncur  sinar  hijau.  Ketika  dapat
dielakkan,  mengejar  terus  ke  mana  Sarpojati
menghindar!  Bagaikan  tembakan-tembakan  peluru  roket
layaknya.  Begitu  sinar  itu  meluncur  dan  mengenai
sasaran  tubuh  atau  batu,  benda  itu  meledak  dengan
mengeluarkan suara yang memekakkan telinga!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Begitu serangan sinar hijau yang keluar dari  sepasang
matanya selalu  dapat dielakkan Sarpojati,  Iblis Ular Hijau
menjadi marah. Sambil mengeluarkan lengkingan nyaring
tubuh  nya  meluncur  ke  arah  lawan!  Berbagai  macam
senjata  meluruk  mengenai  tubuhnya,  tapi  sebuahpun
tiada  yang  dapat  melukai  dirinya!  Ternyata  tubuhnya
kebal  sekali  sehingga  bermacam-macam  senjata  tidak
ada  yang  dapat  menerobos  kekebalannya.  Dan  begitu
tangannya  bergerak,  terpentallah  tubuh-tubuh  lawan
dengan dada atau kepala telah remuk!
Ular  hijau  pun  tidak  mau  ketinggalan  oleh  tuannya.
Meluncur  membelah  dada  dan  mencabut  jantung!
Sungguh menggiriskan tandang keduanya. Sebentar saja
para  pengeroyok  itu  hanya  tinggal  lima  orang  termasuk
Sarpojati!
Sarpojati  membaca  mantera,  tiba-tiba  pedang  di
tangannya  berubah  menjadi  pedang  yang  mengeluarkan
api  yang  berkobar-kobar!  Dengan  cepat  Sarpojati
menangkis  ular  yang  akan  mematuk  jantung  teman  di
sisinya  “tak-tak-tak!”  tiga  kali  kepala  ular  itu  terkena
tetakan  pedang!  Akan  tetapi  aneh!  Ular  hijau  itu  begitu
terkena  tetakan pedang berapi mental ke belakang terus
menyerang  lagi  ke  depan!  Tidak  takut  akan  api  yang
dapat menghanguskan tubuhnya itu!
“Ha-ha-ha-ha…….  keluarkan  semua  ajimu,  bocah.
Tidak  lama  lagi  jantungmu  akan  kumakan  untuk
menambah  kebal  diriku.  Ha-ha-ha……  semua  jantung  di
sini akan menjadi santapanku belaka. Ha-ha-ha-ha……!”
Sarpojati  telah  hilang  akalnya  melihat  kehebatan
lawannya! Badan lawan yang kebal ditambah lagi dengan
sepasang  mata  yang  dapat  mengeluarkan  sinar  hijau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ampuhnya menggila!  Sungguh  bukan  manusia,  pikirnya!
Akan  tetapi,  dendamnya  yang  sedalam  lautan  itu
menggelapkan  pikirannya.  Membunuh  atau  terbunuh
tekadnya!  Ketika  ada  kesempatan  baik,  tangan  kanan
yang  memegang  ular  hijau  dikibaskan  ke  depan  dan……
pedang  api  itupun  telah  terbelit  tubuh  ular.  Akan  tetapi
kepala  ular  masih  meluncur  ke  tangan  yang  memegang
pedang.  Dengan  terpaksa  sekali  Sarpojati  melepaskan
pedang apinya. Melompat mundur, berusaha untuk dapat
meloloskan diri dari serangan balasan lawan
(OodwkzoO)
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bab 9
“HA-HA-HA-HA……  mau  lari  ke  mana  kau  Sarpojati!”
Kembali sinar hijau meluncur dari sepasang matanya!
Sarpojati  gentayangan  berusaha  untuk  meloloskan
diri, bersembunyi di balik pohon besar!
“Duarrrr!”  Pohon  tumbang  terlanggar  sinar  hijau!
Sungguh  maut  sinar  hijau  itu!  Entah  tenaga  apa  yang
terkandung di dalamnya?
“Siut-siut-siut….. darr-daarr-darr!!”  Kembali  sinar hijau
menumbangkan  pohon.  Sialnya,  tubuh  Sarpojati  yang
meloncat tertimpa  cabang sehingga jatuh  terguling! Iblis
Ular Hijau mendatangi dirinya dengan langkah kaki satusatu! Pelan tetapi pasti maut mendekati Sarpojati!
Sarpojati  berusaha  untuk  melepaskan  dirinya  dari
cabang  yang  menindihnya,  sial!  Ternyata  kaki  kanannya
telah  patah  terhimpit  dahan,  sehingga  dibuat  bergerak
sedikit saja  sakitnya sampai menusuk ke dalam jantung!
Lebih  lagi  ketika  dia  melihat  kedatangan  Iblis  Ular  Hijau
yang semakin dekat!
“Ha-ha-ha……  inilah  saat  yang  kutunggu-tunggu
Sarpojati!  Kau  tidak  akan  segera  mati.  Akan  kuiris-iris
dagingmu sedikit demi sedikit untuk makanan ularku  ini.
Ha-ha-ha-ha……!”  Iblis  Ular  Hijau  menikmati  hasil
kemenangannya,  pelan-pelan.  Sepasang  mata  kehijauan
itu  menatap  lawan  yang  sudah  tidak  berdaya  tidak  jauh
di depannya!
“Wirr-wirr-wirrr!”  Sinar  merah  saling  susul  meluncur
menyerbu  kedua  mata  kehijauan  milik  Iblis  Ular  Hijau!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan  memutar  ular  hijaunya  dia  menangkis  sinar
merah itu!
“Ting-ting-ting!!”  Suara  sinar  merah  bertemu  tubuh
ular  hijau  menimbulkan  percikan  bunga  api  yang
menyilaukan  mata!  Iblis  Ular  Hijau  kaget  melihat
kehebatan  senjata  rahasia  yang  meluncur  itu.  Ketika  dia
mengawasi  ternyata  yang  menyerangnya  adalah  senjata
boor ber-bentuk bunga mawar!
“Setan  Hijau  aku  di  sini!”  Mawarsari  meluncur  datang
didahului  lingkaran  putaran  sepasang  pedangnya.  Iblis
Ular Hijau lalu menembak bayangan yang datang dengan
sinar hijau dari sepasang matanya!
“Trang-trang-trang-trang!”
Sungguh  luar  biasa  sekali  pertemuan  kedua  senjata
itu!  Bunga  api  berpentalan  ke  sana  kemari,  apabila  ada
yang  melanggar  pohon,  meledak  dan  menghanguskan
pohon  serta  mematah  kan  cabangnya!  Akan  tetapi
putaran  pedang  itu  tetap  menerjang  maju  mendekat!
Iblis  Ular  Hijau  kaget  melihat  ketangguhan  lawan  baru
ini.
Sungguh  tak  disangka  sama  sekali  ternyata  dara
remaja  itu  telah  mempunyai  bekal  ilmu  yang  luar  biasa,
disertai tenaga batin yang matang sekali! Mawarsari tidak
mau  memberi  kesempatan  lawan.  Begitu  dapat  dekat
iapun  lalu  memainkan  ilmu  ajaran  Ki  Sapta  Aji  yang
ampuh!  Pedangnya  saling  menyilang  dan membabat  tak
beraturan membingungkan lawan!
Iblis  Ular  Hijau  juga  mengeluarkan  ilmu  memainkan
ular  hijau  dengan  cepatnya.  Mengeluarkan  bentakanbentakan  untuk  melumpuhkan lawan  baru  ini!  Keduanya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terlibat  dalam  adu  kesaktian  yang  seru  sekali,  yang
nampak  hanya  bayangan  kemerahan  terbungkus  dua
sinar putih  dan bayangan hijau yang berkelebatan sambil
mematuk-matuk cepat sekali!
Bagaimana  Mawarsari  dapat  sampai  di  tempat  itu
sendiri?  Kemana  perginya  Suryo  Lelono?  Ketika  sedang
ramai-ramainya  pertempuran  itu,  tiba-tiba  terdengar
tawa  Iblis  Ular  Hijau  yang  memecah  malam!  Mawarsari
lalu  berkata  kepada  Suryo  yang  masih  sibuk  untuk
menyembuhkan bekas lawannya!
“Aku  pergi  dulu!  Keparat  itu  telah  muncul  di  sana.
Tawanya  itu  menunjukkan  hatinya  yang  senang!”  Tanpa
menanti  jawaban  Suryo,  Mawarsari  meloncat  pergi
dengan  cepatnya.  Tubuhnya  bagaikan  api  meluncur  ke
puncak pohon  tertinggi,  dari sana dia meloncat ke pucuk
lainnya.  Bergerak  cepat  sekali  ke  arah  asal  suara  tawa.
Kebetulan  kedatangannya  tepat  ketika  si  Iblis  Ular  Hijau
mendekati  Sarpojati  yang  tertindih  pohon.  Tanpa
membuang  waktu  ia  meluncurkan  senjata  buatan  guru
nya!  Senjata  boor  bunga  mawar  yang  telah  mampu
menyelamatkan  nyawa  Sarpojati,  dan  menyerang  Iblis
Ular Hijau dengan hebatnya! Itulah yang terjadi sehingga
Mawarsari  sekarang  bertempur  satu  lawan  satu  dengan
Iblis Ular Hijau! Akan tetapi  sungguh sangat disayangkan
sekali.
Apabila  kedatangannya  tadi  bersama  dengan  Suryo
Lelono agaknya ia akan mendapat bantuan dari pemuda
itu  sehingga  tidak  sampai  terdesak.  Tetapi  apa  mau
dikata. Semua telah terlanjur. Iblis Ular Hijau betul-betul
luar  biasa!  Telah  berulang  kali  sepasang  pedangnya
mengenai  tubuh  lawannya,  akan  tetapi  tubuh  itu  tidak
terluka  sama  sekali.  Hanya  membuat  lawan  terdorong
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mundur ke  belakang  lalu  maju  kembali  menyerangnya
dengan lebih hebat!
Mawarsari  merasa  bahwa  kepandaiannya  tidak  kalah
menghadapi  si  iblis,  akan  tetapi  yang  membuatnya
kewalahan  adalah  ilmu  kebalnya!  Kalau  hanya  serangan
sinar  kehijauan  dari  sepasang  mata,  ia  dapat
memunahkannya dengan mudah.
Iblis  Ular  Hijau  yang  sejak  tadi  belum  dapat
mengalahkan lawan. Menjadi penasaran sekali  dan iapun
lalu  berkomat-kamit  membaca  mantera!  Begitu  melihat
pedang  kanan  menabas  pinggang  dan  pedang  kiri
mengarah lehernya, Iblis Ular Hijau menggerakkan kedua
tangannya berbareng.
“Brettt!  Plakkk!”  Pedang  di  tangan  kanan  Mawarsari
terpental.  Lepas  dari  pegangan  oleh  tamparan  yang
mengenai pangkal sikunya! Sedang ular hijau itu melibat
pedang  di  tangan  kirinya!  Dalam  keadaan  seperti  itu,
Mawarsari  lalu  menggerakkan  kakinya  menendang
bawah  pusar  Iblis  Ular  Hijau!  Melihat  tendangan  yang
dapat  membahayakan  jiwanya,  Iblis  Ular  Hijau  meloncat
ke  atas,  tangan  kanannya  menyendal  Tanpa  ampun  lagi
pedang di tangan kiri Mawarsari, terbetot lepas!
“Ha-ha-ha……  sekarang  terimalah  pusakaku,
Mawarsari!”  Iblis  Ular  Hijau  menggerakkan  ular  hijau
menyerang  dada.  Pada  saat  itu  bagaikan  orang  terkena
pesona Mawarsari hanya melihat saja ular hijau meluncur
datang!
“Tukkk!  Plakkk!”  Kepala  ular  yang  sudah  mendekati
dada  Mawarsari,  terpental!  Mawarsari  pun  terdorong  ke
belakang  dengan  kuatnya.  Bagaikan  dilontarkan  tenaga
yang  dahsyat  sekali.  Tubuhnya  melayang  jauh  di  bawah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
altar, bergulingan  beberapa  kali  dan  berhenti  menabrak
sebatang  pohon!  Iblis  Ular  Hijau  kaget  sekali  ketika  ular
hijaunya  terpental!  Ia  meloncat  mundur,  mengawasi
siapa  orangnya  yang  telah  menggagalkan  serangannya
tadi!  Di  mana  Mawarsari  tadi  berdiri,  nampak  seorang
pemuda  tampan  yang  tersenyum  manis  sekali.  Tangan
kanan  memegang  tongkat  berbau  harum  kayu  cendana!
Dengan  kemarahan  meluap  iblis  ini  menggerak  kan
tangan  kirinya.  Bola  kehijauan  berhamburan  menerjang
si pemuda baju putih!
Dengan  mudah  serangan  ini  dimentahkan  Suryo
Lelono.  Putaran  tongkatnya  yang  mengandung  tenaga
dalam  tingkat  tinggi  dapat  mementaikan  bola-bola  hijau
itu.  Iblis  Ular  Hijau  bertambah  geram  lalu  menyerang
maju sambil mengeluarkan seluruh kepandaiannya.
Suryo  Lelono  menghadapi  serangan  menggebu  ini
dengan Ilmu Tongkat Pengemis Gila. Hingga berulangkali
tongkat  itu  dapat  menembus  pertahanan  lawannya,
saking  anehnya  gerakan  ilmu  tongkat  itu!  Untung  sekali
kekebalan  tubuh si Iblis dapat menahan gebukan lawan!
Iblis Ular Hijau mengerahkan seluruh kesaktian yang ada
untuk  dapat  cepat  mengakhiri  lawan.  Sebentar  lagi
matahari akan keluar dari balik bukit di timur!
Sementara  itu,  berdatangan  rombongan  orang  yang
berpakaian hijau. Mereka adalah bekas anak buah si iblis
yang telah dapat disembuhkan oleh Suryo Lelono! Begitu
datang  mereka  berusaha  untuk  membantu  Mawarsari,
menolong Sarpojati yang tertindih cabang pohon!
Mawarsari  tadinya  kaget  melihat  kedatangan
rombongan  ini!  Akan  tetapi,  begitu  mereka
membantunya  untuk  menolong  mengeluarkan  Sarpojati,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dia  maklum  bahwa  orang-orang  ini  telah  terbebas  dari
pengaruh si Iblis Ular Hijau.
Begitu  Sarpojati  dapat  ditolong.  Mawarsari  lalu
berusaha untuk mengobati lukanya. Kaki-nya yang patah
dibalut  dengan  dua  bilah  dahan.  Salah  seorang  berbaju
hijau  menyerahkan  selendang  untuk  pengikatnya  dan
memotong pula cabang untuk dipakai  sebagai penopang
tubuh!
Mereka menyaksikan pertandingan adu kesaktian yang
luar  biasa  sekali!  Belum  pernah  selama  hidup  mereka
melihat  kesaktian  yang  dikeluarkan  seperti  yang  dimiliki
kedua orang yang sedang bersabung nyawa itu! Di mana
dari  sepasang  mata  si  Iblis  Ular  Hijau  terkadang
meluncur  sinar,  dapat  dielakkan  oleh  si  pemuda
berpakaian  putih.  Sinar  yang  luput  mengenai  sasaran,
menghancurkan  benda-benda  yang  dilanggarnya!  Akan
tetapi  mereka  juga  melihat  betapa  tongkat  si  pemuda
acap  kali  dapat  mementalkan  kepala  ular  senjata  Iblis
Ular Hijau!
Melihat  betapa  lawan  dapat  memunahkan  semua
serangannya,  Iblis  Ular  Hijau  menjadi  panik!  Apabila
matahari  telah  keluar,  maka  semua  kesaktiannya  dapat
berkurang  keampuhannya!  Maka  iapun  lalu  berusaha
untuk  melarikan  diri!  Tubuhnya  tiba-tiba  melesat  ke
belakang  meninggalkan  lawan,  ketika  berada  dekat
dengan pedupaan di tengah altar, tiba-tiba saja tubuhnya
berubah  menjadi  asap  hijau!  Tak  lama  kemudian  lenyap
dari  pandang  mata  semua  orang!  Kagetlah  mereka
semua  yang  menyaksikan  peristiwa  ini!  Sungguh  luar
biasa  sekali.  Bagaimana  tubuh  seorang  manusia  dapat
berubah  menjadi  asap  yang  dalam  sekejab  saja  telah
lenyap  entah  ke  mana?  Suryo  Lelono  hanya  tersenyum
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melihat ini.  Mulutnya  komat-kamit  dan  tangan  kirinya
bergerak ke depan.
“Mau lari ke mana, Iblis!”
Cahaya  putih  keluar  dari  tengah  celapak  tangannya.
Meluncur cepat menyambar pedupaan dan……
“Duaaarrrrrr…….!!!”  Pedupaan  yang  terlanda  sinar
putih  meledak.  Menimbulkan  suara  yang  memekakkan
telinga  saking  dahsyatnya!  Dari  balik  kepulan  asap
pedupaan  keluarlah  bayangan  hijau  sambil  memekik
keras  sekali.  Pekik  penasaran  dan  ketakutan  serta
kemarahan bercampur aduk menjadi satu!
“Aauuuuugggggghhhhhh…….!!!!”
Orang yang mendengar pekikan ini  banyak yang jatuh
terduduk. Tidak kuat jantungnya menerima getaran pekik
iblis itu.  Pada  saat  itu  kebetulan  matahari  telah  terbit  di
timur,  sinarnya  yang  kemerahan  jatuh  tepat  di  altar.
Tubuh kehijauan si iblis terkena cahaya matahari.
“Buuuussssss……!!”  dalam  sekejab  asap  kehijauan
bergulung-gulung  naik  ke  angkasa!  Ketika  asap  itu
lenyap, nampaklah sesosok tubuh  tegap yang memegang
keris  besar.  Keris  yang  bersinar  kehijauan  di  tangan
kanan!
Dia  bukan  lain  adalah…..  SARPOWULUNG!  Kakak  dari
Sarpojati.
Mawarsari  dan  Sarpojati  kaget  sekali!  Sungguh  tidak
mereka  duga  sama  sekali.  Bagaimana  iblis  itu  dapat
menjadi  Sarpowulung?  Menurut  keterangan  Kirtam,
semua  penghuni  Padepokan  Silat  Ular  Kencana  telah
binasa oleh Iblis Ular Hijau. Ayahnya Ki Naga Pethak juga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ikut  terbasmi.  Bagaimana  sekarang  si  Sarpowulung
malah  yang  menjadi  Iblis  Ular  Hijau?  Pertanyaan  ini
mengaduk di dalam hati Sarpojati.
“Kiranya kau? Agaknya engkau telah mencari kekuatan
hitam,  Sarpowulung.  Mengapa  kau  berbuat  sekeji  itu
terhadap  sesamamu,  Sarpowulung?”  Suryo  Lelono
bertanya. Mawarsari  juga heran sekali.  Untuk apa semua
itu dilakukan Sarpowulung?
“Lancang!  Kau  anak  muda  yang  iancang!”
Sarpowulung  membentak.  “Semua  kulakukan  untuk
membinasakan  orang  yang  telah  menyakiti  hatiku.
Menghalangi  kesenanganku  dan  merampas  kekasihku.
Ha-ha-ha…….  jangan  kira  kau  akan  dapat  mengalahkan
aku, Suryo. Ha-ha-ha……!”
Begitu  tertawa,  keris  hijau  di  tangannya  menunjuk  ke
arah  Suryo!  Seleret  sinar  hijau  melesat  cepat.  Suryo
melenting  tinggi  mengelak!  Akan  tetapi  kembali  sinar
keris  hijau  mengejarnya,  seakan  tidak  mau  melepaskan
kemanapun Suryo mengelak!
Mawarsari  yang  melihat  kejadian  itu  tadi,  sejenak
terpaku.  Begitu  sadar,  ia  melengking  nyaring  sambil
menerjang  ke  arah  Sarpowulung!  Ingin  dia  dapat
membinasakan  iblis  yang  telah  membuat  musibah  di
tempat  Padepokan  Teratai  dan  di  tempat  uwanya  di
Kandangan!  Melihat  terjangan  ini,  Sarpowulung
mengejek.  Keris  hijau  itu  diarahkan  kearah
Mawarsari…….  sinar  hijau  meluncur  menyambut
Mawarsari!
“Duuaarrrrr!” Tubuh  Mawarsari terpental ke belakang.
Melayang  kembali  bagaikan  layangan  putus  talinya!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Berkelebat  bayangan  putih  menyambar,  dengan  ringan
menurunkan tubuh Mawarsari di tanah.
“Jangan  gegabah!  Keris  hijau  itu  bukan  senjata
sembarangan!”  Suryo  berkata,  “kuharap  semua  hanya
menonton saja. Aku akan berusaha menangkapnya!”
Semua  orang  hanya  mengangguk.  Mereka  dapat
mengukur  kemampuan  mereka  sendiri,  tidak  akan
mungkin dapat menandingi lawan yang begitu hebat!
“Sarpowulung,  sadarlah!  Buang  senjatamu  itu!”  Suryo
Lelono  memperingatkan.  “Kau  akan  terus  dikuasai  oleh
iblis itu. Cepat buang senjatamu!”
“Ha-ha-ha……  kau  kira  aku  orang  bodoh!  Enak  saja
bicara, nih terimalah!”
Kembali  keris itu menuding-nuding! Bagaikan luncuran
peluru-peluru  penangkis  serangan  udara,  sinar  hijau
menerpa  Suryo  Lelono.  Suryo  Lelono  meloncat  ke  arah
pepohonan, serangan peluru hijau mengikutinya!
“Dar!  Darr!  Daarrr!”  cabang  pohon  berpatah  an
terkena  sinar  hijau.  Meledak  dan  menimbul  kan  asap,
berjatuhan menimbulkan suara berkerosakan!
“Cess!  Cess!  Cess!!”  Sinar  hijau  tertangkis  oleh  sinar
putih yang keluar dari telapak tangan kiri Suryo. Ternyata
Suryo  membuat  loncatan  tinggi  dari  atas  pohon.
Meluncur  cepat  ke  arah  Sarpowulung.  Menangkis
serangan  sinar  hijau  serta  menggerakkan  tongkat  kayu
cendana menyerang.
“Takk!  Cringg!  Tak!  Takk!  Cringgg!”  Kedua  senjata
bertemu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sarpowulung  sekarang  terhuyung  ke  belakang  akibat
pertemuan  kedua  senjata.  Agaknya  kesaktiannya  telah
berkurang banyak.  Kenyataan ini membuat Sarpowulung
kaget sekali.
“Terimalah  ini!”  Suryo  berputaran  di  udara,
mengelakkan sinar-sinar hijau panjang yang menuju  tiga
bagian  tubuh  depannya.  Anehnya  ketiga  sinar  itu  dapat
membelok  atau  meliuk  dan  meletik  kembali  ke  arah
Suryo! Ternyata tiga sinar hijau itu adalah tiga  ekor ular
hijau.  Tahu-tahu  telah  melingkar  di  tubuh  Suryo.  Dan
keanehan pun terjadi!
Ketiga  ular  itu  begitu  mengenai  tubuh  Suryo,
melingkar  dengan  jinaknya.  Sama  sekali  tidak  mau
mematuk,  seperti  yang  biasa  dilakukannya!  Mengetahui
ini  Suryo  tersenyum, girang  sekali.  Ketika  dia  menengok
ke  arah  lawannya,  ternyata  Sarpowulung  tengah
melarikan diri!
“Mau lari ke mana, Sarpowulung?” Sekali menjejakkan
kakinya,  tubuhnya  melayang  bagaikan  cahaya  kilat  di
kala  hujan.  Meluncur  cepat  mengejar  ke  arah  bayangan
Sarpowulung pergi!
Semua  orang  pun  tidak  mau  ketinggalan,  ikut
mengikuti  dari  jauh.  Ilmu  lari  mereka  kalah  jauh
dibandingkan  dengan  Suryo!  Mawarsari  juga  berkelebat
cepat,  ia  tadi  mengambil  sepasang  pedangnya
memasukkan ke dalam sarung pedang. Sekali berkelebat,
tubuh  nya  laksana  asap  kemerahan  melayang  cepat
menembus ke dalam hutan!
“Menyerahlah,  Sarpowulung!  Aku  tidak  akan
membunuhmu!”  Suryo  berkata  dengan  menggunakan
tenaga dalamnya yang tinggi, Suara ini memenuhi  hutan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan  membalik  dari  tebing-tebing  membuat  gaung  yang
aneh!
“Lebih baik mati! Akulah raja dunia ini. Ha-ha-ha……!”
“Sadarlah….! Bertobatlah, Sarpowulung!”
“Iblis! Hayo ke sini kalau berani!”
“Aku  tidak  ingin  melukaimu,  Sarpowulung.  Serahkan
kerismu itu!”
“Dan  kau  yang  akan  menjadi  raja  di  dunia  ini!
Tidakkk…!!”
“Keris  itu  mempunyai  pengaruh  yang  menyesatkan!
Cepat  serahkan  untuk  kumusnahkan!”  Suryo  membujuk.
Dia  melihat  bahwa  di  dalam  keris  itu  tenaga  yang
menyesatkan.  Nalurinya  mengatakan  bahwa  dia  harus
memusnahkan  keris  hijau  itu,  untuk  mencegah  lebih
banyak  korban  yang  akan  terjadi  dengan  adanya  keris
hijau di tangan orang yang tidak bertanggung jawab!
Sampailah  mereka  di  dekat  goa.  Begitu  melihat
Sarpowulung  ingin  memasuki  goa,  Suryo  menggerakkan
kedua  tangannya  berbareng  men  dorong  ke  depan.
Seleret  sinar  merah  dan  putih  menimpa  atas  goa!
Ledakan dahsyat terdengar.
Batu-batu  besar  berhamburan  menutup  mulut  goa!
Sarpowulung  terpental  ke  belakang.  Tidak  kuat
menerima  ledakan  dan  saking  kagetnya  melihat  batubatu  besar  berjatuhan  meluruk  ke  bawah.  Seakan
hendak  mengubur  dirinya,  maka  cepat  dia  meloncat  ke
belakang menghindar!
“Serahkan  kepadaku,  Sarpo!  Benda  itu  akan
kumusnahkan!”
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Keparat!  Mampuslah  kau!”  Keris  di  tangan  bergerak
menusuk  ke  dada  dan  tangan  kiri  menampar  kepala.
Suryo  mengelak,  menggerak  kan  tongkat  ke  bawah.
Menarik  kaki  Sarpowulung  yang  melangkah.  Akibatnya
tubuh Sarpowulung terpelanting jatuh di bebatuan.
“Wirrr! Wirrrr! Wirrrr!!”
“Takk!  Takk!  Takk!”  Hujan  batu  dari  bawah  dapat
dimentahkan  Suryo.  Sarpowulung  mendekat  sambil
bergulingan.  Keris  hijau  menusuk-nusuk  kedua  kaki
lawan.  Suryo  pun  menghindar  dengan  gesitnya,
tubuhnya  bagaikan  seekor  burung  dara  yang  meloncatloncat  ringan  dan  gesit  sekali.  Semua  serangan  itupun
gagal!
“Trannggggg! Plakkk! Blukkkk!”
Suara  senjata  tertangkis  disusul  tubuh  terkena
tamparan.  Sarpowulung  terlempar  ke  belakang.
Tubuhnya  terbanting  di  dinding  tebing.  Keris  hijaunya
terlempar  ke  udara  tinggi  sekali!  Ketika  melihat
kesempatan  baik,  Suryo  menggunakan  tongkat
menangkis  dengan  tenaga  sakti  pamungkasnya.
Membuat keris kehijauan terlempar ke udara. Sedangkan
tangan  kirinya  dapat  memukul  pundak  Sarpowulung,
membuatnya terlempar mengenai dinding tebing!
“Siutt-siutt!!”  Dua  sinar  keputihan  menerjang.
Ternyata  Mawarsari  telah  sampai  di  tempat  itu.  Melihat
Sarpowulung  terlempar  dia  menggunakan  kesempatan
baik  itu  untuk  membalas  sakit  hati  guru  dan  kakak
seperguruannya.
Sarpowulung  yang  baru  saja  terbanting  ke  dinding
tebing  mengelak  cepat  lalu  balas  menyerang.  Dua  sinar
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
hijau melesat  dan  kedua  kaki  Mawarsari  telah  terkena
senjata  ini.  Tanpa  ampun  lagi  tubuh  Mawarsari  jatuh
terduduk! Sarpowulung menubruk maju!
“Lepaskan, bangsat!” Mawarsari  berteriak. Akan tetapi
mana mau Sarpowulung melepaskan hasil baik ini! Inilah
jalan meloloskan diri dari  ancaman para lawan-lawannya,
pikirnya!
Suryo Lelono kaget melihat perkembangan yang  tidak
pernah  diduganya  ini!  Ketika  dia  meluncur  menerima
keris  yang  terpental  itu,  melihat  bayangan  merah
menerjang  ke  arah  Sarpowulung.  Ternyata  Mawarsari
telah  menyerang  Sarpowulung,  akan  tetapi  apa  yang
dilihatnya  membuat  hatinya  mencelos!  Ternyata
Mawarsari  telah  dirangkul  oleh  Sarpowulung  dan
pedangnya ditodongkan leher!
Dari  belakang  terdengar  suara  kaki  mendatangi,
kiranya  para  bekas  anak  buah  Iblis  Ular  Hijau  yang
menyusul  datang!  Sambil  salah  seorang  menggendong
tubuh Sarpojati.  Ketika tiba di  tempat itu mereka kesima
melihat Mawarsari sudah menjadi sandera Iblis Ular Hijau
yang  telah  berubah  menjadi  Sarpowulung  ketika
matahari telah bersinar!
“Kakang  Sarpowulung!  Lepaskan  Mawarsari.  Biar  kita
berdua  saja  mengadu  nyawa  di  sini!”  Sarpojati  maju
sambil tertatih-tatih.
“Setan! Kaulah yang menjadikan aku begini!”
“Sadarlah, kakang. Bukan aku yang bersalah.”
“Keparat!  Akulah  yang  menjadi  cercaan  ayah,  karena
senang menikmati kehidupan di luar.”
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Itu  tidak  benar,  kakang!  Ayah  sangat  sayang
kepadamu,  dia  selalu  mengarahkan  untuk  menempuh
jalan yang benar.”
“Kenapa aku yang salah…… kenapa…..?” Sarpowulung
berteriak-teriak.
“Kakang  terlalu  menuruti  dorongan  teman-teman
kakang.  Berbuat  melanggar  aturan  dan  kesopanan  yang
diajarkan ayah.”
“Ha-ha-ha……  goblok!  Orang  hidup  harus  menikmati
kesenangan!  Ha-ha-ha…….!”  Sambil  tertawa  bergelak
Sarpowulung  mencium  pipi  Mawarsari  berulang-ulang,
sampai-sampai mengeluarkan suara kecepak-kecepok!
Mawarsari  hampir  pingsan  menerima  perlakuan
demikian!  Belum  pernah  Mawarsari  menerima  kecupan
dari seorang laki-laki. Sampai sekarang dia belum pernah
berhubungan  dengan  seorang  pria,  maka  betapa  kaget
dan  malu  dirinya  ketika  kedua  pipinya  mendapat  hadiah
kecupan  itu.  Apalagi  di  depan  banyak  orang  malah!
Dapat dibayangkan betapa kaget hatinya!
Ketika  sedang  terjadi  percakapan  antara  kedua  orang
bersaudara itu, diam-diam Suryo yang sudah memegang
keris  hijau  lalu  mengerahkan  tenaga  dalam.
Mengeluarkan  aji  pamungkas  ajaran  Pengemis  Alis-
Putih!  Besi  yang  berwarna  kehijauan  itu  sebentar  saja
berubah  menjadi  kemerahan,  tak  lama  kemudian
berubah  warnanya  menjadi  keputihan!  Asap  kehijauan
membubung  tinggi  ke  angkasa,  semua  orang  yang
melihatnya  menjadi  kaget  dan  takjub  sekali.  Akan  tetapi
Sarpowulung  menjadi  marah  sekali,  juga  kebingungan
melihat kejadian itu!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
“Kau….. kau…..  kau…..!”  Seleret  sinar  hijau  terbang
bagaikan  kilat.  Sukar  diikuti  oleh  pandang  mata,  tahutahu  mulut  yang  terbuka  dari  Sarpowulung  kemasukan
sinar  hijau  itu!  Saking  kagetnya  dia  melepaskan  pedang
dan  rangkulannya  di  tubuh  Mawarsari.  Mendekap  mulut
dengan  kedua  tangan.  Sepasang  matanya  terbelalak
ketakutan  tahu-tahu tubuhnya bergulingan tidak karuan!
Tubuhnya  dibentur-benturkan  batu  gunung,  jari-jarinya
menyogok  langit-langit  mulutnya.  Memuntahkan  benda
yang memasuki mulut. Tetapi usahanya sia-sia belaka!
Semua  orang  melihat  kejadian  ini  menjadi  heran
sekali.  Apa  gerangan  yang  telah  terjadi?  Mengapa
Sarpowulung  berulah  demikian  aneh?  Mereka  hanya
dapat  melihat  saja  kejadian  itu  dengan  bengong,  tidak
tahu apa yang dilakukan untuk mencegahnya!
Sarpowulung  yang  sedang  bergulingan  itu  tiba-tiba
teringat  akan  Dewi  Hijau  di  goa Ular.  Jelas  terbayang  di
depan  kelopak  matanya!  Ketika  dia  memasuki  goa
dengan diantar oleh penunggu  goa. Seorang kakek yang
buruk  sekali  mukanya  dengan  kulit  yang  sudah  kisutkisut.  Dia  membakar  kemenyan  di  tengah  batu  yang
berbentuk persegi duduk bersamadhi. Entah berapa lama
dia  tidak  ingat  lagi?  Tahu-tahu  hidungnya  mencium  bau
harum, merangsang. Ketika dia membuka mata, ternyata
di  depannya telah berdiri  seorang perempuan. Wajahnya
cantik  sekali  dengan  kulit  putih  kehijauan,  mengenakan
pakaian yang tembus pandang. Pandang mata mengajak.
Seperti  orang  kehausan  yang  membutuhkan  kelepasan!
Sarpowulung  menahan  diri.  Dia  ingat  akan  petunjuk
jurukunci  tua  itu.  Lalu  memohon  untuk  dikabulkan
permintaannya!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Perempuan  cantik  kehijauan  itu  menyetujui.  Jadilah
Sarpowulung menjadi  suami  si  perempuan  cantik!  Entah
sampai  berapa  lama  dia  tidak  tahu?  Hanya  ketika  dia
diberi  sebuah  senjata,  perempuan  itu  berkata.  ”Ingat,
Sarpo!  Jangan  sekali-kali  kau  terkena  matahari!  Apalagi
terkena  langsung  ketika  kau  berubah  dan  bersatu
dengan  diriku!  Apabila  terjadi  demikian,  maka  berarti
tamatlah  riwayatmu!”  Sarpowulung  mengiyakan.
Sanggup  untuk  memenuhi  segala  permintaan  dari  Dewi
Hijau!
“Aku  akan  berusaha  sekuat  tenaga.  Semua  akan
kulakukan  demi  kekalnya  hubungan  kita.”  Maka
diserahkannya  sebuah  keris  yang  besar.  Keris  berwarna
kehijauan.  Di  luar  tahu  Sarpowulung  yang  hanya
memburu  kenikmatan  dan  ingin  berkuasa.  Dia  telah
menjadi  budak  Dewi  Hijau!  Ketika  malam  dia  berubah
menjadi Iblis Ular Hijau. Yang pertama, kerisnya berubah
menjadi  seekor  ular,  sesudah  itu  lalu  tubuhnya  berubah
menjadi besar serta kulitnya berwarna kehijauan dengan
muka  seperti  iblis  bercaling!  Dia  mengganas  menyedot
sari  kehidupan  para  perawan.  Semua  dilakukan  sebagai
sarana  agar  dia  dapat  selalu  berhubungan  dengan  Dewi
Hijau!  Melihat  keadaan  ini,  Suryo  menjadi  tidak  tega.
Keris  di  tangannya  bergerak……..  tubuh  Sarpowulung
menjadi sasaran!
“Blaaarrrrr!”  Ledakan  dahsyat  terjadi  ketika  keris  itu
menancap  ke  tubuh  Sarpowulung.  Tubuh  yang  telah
menjadi  budak  dari  Dewi  Hijau!  Asap  kehijauan  berbau
bangkai  melayang  naik!  Sebentar  kemudian  lenyap
terkena  panasnya  cahaya  matahari,  semua  orang  yang
menyaksikan  kejadian  ini  hanya  memandang  bagaikan
telah  berubah  menjadi  patung  batu.  Diam  tak  bergerak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sama  sekali!  Suryo  Lelono  melangkah  maju  mendekati
Mawarsari,  mengambil  garam  lalu  dicampur  air.
Mawarsari meminumnya. Tak berapa lama kemudian dia
telah dapat berdiri  kembali. Sembuh dari pengaruh racun
senjata Sarpowulung atau bekas Iblis Ular Hiiau!
“Kami  minta  saudara-saudara  ikut  membantu
mengumpulkan  jenazah  korban-korban  pertempuran!
Kita kumpulkan di altar dan kita bakar semua jenazah itu
untuk  menghilangkan  bisa  yang  ditinggalkan  dengan
jalan membakar nya!”
Semua  orang  menyatakan  setuju.  Beramai-ramai
mereka lalu  mencari dan mengumpulkan semua jenazah.
Mengambil dan mencari di  hutan-hutan untuk dibawa ke
altar.  Semua  ini  mereka  lakukan  sampai  hari  menjadi
gelap  baru  selesai.  Ketika  telah  terkumpul  semua,  lalu
menumpuk  kayu-kayu  kering.  Dibakarlah  mayat-mayat
itu!  Semua  melihat  api  yang  berkobar-kobar  luar  biasa
besarnya.  Membuat  mereka  mundur  untuk  mengurangi
hawa panas!
Di  sudut,  dekat  dengan  batu-batu  besar.  Tiga  orang
berdiri  dengan  anggunnya!  Suryo  Lelono  memberi  tahu
bahwa  dia  akan  melanjut  kan  perjalanan.  Ketika  dia
merogoh  kantung  untuk  mengeluarkan  ular  hijau,
ternyata ular itu telah lenyap!
“Kita  berpisah  di  sini!  Ingatlah  benda  bertuah  belum
tentu  baik!  Semua  harus  bersandar  kepada  Sang  Hyang
Widhi,  yang  telah  memberi  kita  petunjuk  untuk
dilaksanakan!”
“Dapatkah  kita  berjumpa  lagi,  Suryo?”  Mawarsari
bertanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
”Insyaallah!”
Sekali  melayang  tubuh  Suryo  Lelono  lenyap  ditelan
gelapnya  malam!  Kedua  orang  itu  memandang  ke  arah
lenyapnya Suryo Lelono.
Sampai  di  sini  kita  ikuti  pengembaraan  Suryo  Lelono.
Mungkin  kita  dapat  bertemu  kembali  dengannya  dalam
petualangan yang akan lebih menarik lagi!
T A M A T
Lereng Malabar, Januari ’91